🍁XIII🍁

561 33 1
                                        

Sore itu, setelah hujan mengguyur kota, langit terhampar seperti lukisan alam yang baru saja tercipta.

Awan-awan yang tersisa di langit memantulkan warna oranye keemasan saat matahari terbenam, merangkul gedung-gedung tinggi dengan sentuhan kelembutan.

Tetesan air hujan yang masih menghiasi daun-daun memberikan kilauan magis, seolah-olah setiap tetes itu adalah permata yang tersebar di rerumputan.

Di ujung senja, setelah hujan lembut merayapi jalan-jalan kota, seorang lelaki berdiri di depan pintu sebuah rumah dengan hati yang gemetar seperti daun yang tersapu embun.

Dalam jeda di antara tetesan air yang masih tersisa di ujung rambutnya, dia menantikan kedatangan sang pemilik rumah.

Decitan pintu terdengar, menampilkan seorang gadis dengan pakaian sederhananya. Niswara terdiam mematung didepan pintu rumah begitu melihat sosok lelaki yang berdiri tak jauh darinya.

"Sorry ganggu" ujar lelaki itu setelah keheningan melanda beberapa saat

"Gapapa" balas Niswa

"Kita pergi sekarang?" tanyanya yang dibalas anggukan gadis itu

Dalam pelukan kelembutan hujan yang berangsur mereda, Niswa bisa merasakan getaran detak jantungnya semakin cepat seiring langkahnya yang mendekati pria itu.

Reifan, lelaki itu membukakan pintu mempersilahkan Niswa masuk kedalam mobilnya. Di jalan-jalan kota, genangan air yang terbentuk menangkap refleksi cahaya senja, menciptakan lukisan kaca berwarna-warni yang memantulkan keindahan semesta yang tenang.

Pepohonan di sepanjang trotoar menjemput embun yang masih menempel pada daun-daunnya, menciptakan aroma tanah basah yang membangunkan indera penciuman.

Mall membentang di hadapan mereka seperti istana modern yang siap menyuguhkan beragam keajaiban.
Begitu memasuki pusat pembelanjaan itu, mereka dikelilingi oleh deretan toko yang berkilauan, penuh dengan godaan dan impian.

Reifan berusaha mengetahui selera Niswara, namun   gadis ini sulit ditebak tidak seperti gadis lainnya yang mungkin jika ia belikan barang branded atau perhiasan mewah akan dengan senang hati menerimanya.

Saat mereka melangkah lebih dalam, aroma kopi dari kedai-kedai berseliweran, menciptakan jejak kenangan yang melibatkan indera penciuman. Reifan mengajak Niswa menuju tempat favoritnya, tempat di mana cappuccino yang hangat sering kali menjadi saksi bisu pertemuan-pertemuan yang berkesan.

Ekhem

Reifan berdehem mengalihkan perhatian Niswa yang sedang melihat senja dibalik jendela.

"Gak masalah kan gue ajak lo kesini?" tanya Reifan mengawali percakapan

"Enggak" jawab Niswa cuek

"Lagi ngapain tadi?"

"Gak ngapa-ngapain, ngobrol aja sama ayah" jawab Niswa

"Ada ayah lo di rumah?" tanya Reifan setengah kaget

"Ada lah!!" jawab Niswa setengah sewot

"Kenapa gak bilang?"

"Perlu emangnya?" tanya balik Niswa membuat lelaki itu mendengus

"Iyalah cantik, gue udah bawa anaknya masa gak izin dulu" balasnya sembari menyentil dahi Niswa membuat cewek itu menatapnya garang

"Gak perlu, ayah udah tahu dan dia gak masalah" bela Niswa

"Ya tetap aja Swara, lo tuh ah udahlah" lelaki itu frustasi sendiri berbicara dengan gadis didepannya

"Kado buat cewek apa ya?" tanya Reifan setelah dia mengucapkan terima kasih pda waiters yang mengantarkan pesanan mereka

"Tergantung, cewek itu suka apa" jawab Niswa

Mysterious IntrovertWhere stories live. Discover now