🍁XI🍁

584 39 2
                                        

Pagi menjelang, pancaran keemasan merayap perlahan di ufuk timur, seperti sejuta berlian yang berserakan di langit biru.

Embun perlahan menari di ujung rumput, menggigil dalam kehangatan kilauan pagi yang perlahan muncul.

Daun-daun bergemerincing sebagai orkestra alam yang memulai hari dengan harmoni. Angin berbisik pelan, menyampaikan rahasia alam yang hanya dapat diungkapkan di bawah sinar suci yang lembut.

"Assalamu'alaikum" ucapan salam itu membuat kedua bersaudara yang sedang sarapan bersama menoleh

"Wa'al-Ayahhhhhhh" pekik Niswa sembari berlari memeluk sang empu, lain halnya dengan sang adik yang diam fokus memakan nasi goreng bahkan sekedar menoleh pun tidak

"Andrzej gak rindu ayah?" tanya Bhanu, anak itu tetap diam malah justru melahap nasi goreng itu dengan kasar seolah sembari melampiskan emosinya disana

"Andrzej rindu ayah tapi andrzej juga marah sama ayah!!" ungkapnya dengan nada marah

Mereka berdua menghampiri andrzej, duduk di meja makan dengan bocah itu ditengah-tengah mereka.

"Marah kenapa?" tanya Bhanu, tangannya bergerak mengusap kepala Andrzej namun anak itu lebih dulu menghindar.

Bhanu tersenyum kecut dibuatnya, dia kembali menarik tangannya yang sempat menggantung diudara

"Ayah kemana aja? Kenapa baru pulang sekarang?" tanyanya menuntut

"Ayah kan harus kerja nak" jelas Bhanu dengan lembut

"Kerja apa sampai gak pulang berhari-hari? Gak ibu gak ayah sama aja, sekalian aja kalian gak usah pulang selamanya!!" hardik Andrzej membuat Niswa dan Bhanu terlonjak kaget

"Andrzej jaga ucapan kamu!!" peringat Niswa

"Gara-gara kalian gak pulang, Kak Swara yang harus hadepin debt collector itu!! Mereka mau ambil Kak Swara, kalo Kak Swara gak ada Andrzej gak punya siapa siapa lagi!!" Teriak Andrzej kemudian pergi berlari menuju kamarnya

Mendengar penuturan anak lelakinya, Bhanu menatap Niswa dengan tatapan penuh rasa bersalah sekaligus penyesalan.

"Swara.. Maafin ayah Nak" lirih Bhanu

"Gapapa Ayah, Ayah jangan dengerin omongan Andrzej itu gak bener. Gak ada siapapun yang datang kesini" elak Niswa sembari tersenyum meyakinkan

"Seharusnya ayah gak ninggalin kalian begitu aja, ini salah ayah"

"Ayah pasti lapar kan? Ayo makan dulu Swara udah masak nasi goreng" potong Niswa mengalihkan pembicaraan. Tangannya dengan cekatan memindahkan nasi itu kedalam piring

"Swara maafin ayah, kamu harus menanggung beban yang tidak seharusnya kamu tanggung" ujar Bhanu

"Mereka bilang apa aja? Merea gak melukai kamu kan Nak?"

"Gapapa ayah gapapa" lirih Niswa sembari mengusap kasar bulir bening yang tiba-tiba turun tanpa bisa ia cegah.

'Hanya karena aku bisa memikulnya bukan berarti itu tidak berat'

Bhanu merangkul Niswa membawa gadis rapuh itu kedalam pelukan hangat yang selama ini ia impikan.

Terkadang takdir menguji kita dengan cara yang sulit, memisahkan orang-orang yang kita cintai untuk jangka waktu tertentu.

Namun percayalah kasih sayang mereka untuk satu sama lain tetap tidak berubah.

"Nak.. cinta orangtua kepada anak seperti api, akan terus menyala dalam hati bahkan saat mereka tidak berada di dekat anak-anaknya"

***

"Pagi Niswa" sapa orang yang sangat ingin Niswa hindari

Sejak mengenal laki-laki itu, hari-hari Niswa jauh dari ketenangan. Setiap waktu dia selalu menemuinya entah itu untuk menyapa, mengganggunya, atau membicarakan hal yang tidak penting bahkan saat Niswa tak menghiraukannya lelaki itu tetap tak berhenti mengoceh.

"Niswa nanti mau nikah umur berapa?" tanya lelaki itu yang tak lain adalah Kenes

"Niswaaaa.. Ken nanya jangan dicuekin"

"..."

"Ah Niswa mah sombong" keluhnya.

'Nah itu tahu, terus ngapain masih ditanya? Enyahlah kau!! Si sombong ini gak mau diganggu' Ingin sekali Niswa berteriak dan mengatakan seperti itu, namun mengingat hal itu akan menguras energi ia mengurungkan niatnya.

"Niswaa" rengeknya, menyebalkan bukan? Laki-laki modelan begini spesies apa sih, seumur hidup Niswa baru menemukannya sekarang.

"Tidak tahu" jawab Niswa acuh

"Tapi nanti bakal nikah kan?" tanyanya semangat begitu mendengar Niswa meresponnya

"Ya" Bisa jadi ya bisa jadi tidak, entahlah Niswa tidak tahu dan tak peduli.

"Coba hitung dulu rincian biaya nikahnya, biar nanti aku gampang mau malingnya" ceplos Kenes

Nah kan kata Niswa juga apa!!

"Swara" suara bariton itu mengalihkan perhatian Niswa dan Kenes

"Kenapa?" tanya Niswa saat melihat sang empu hanya diam saja menatapnya

"Gak jadi" tutur lelaki itu kemudian kembali duduk dibangku miliknya

"Gak jelas banget tuh orang ganggu aja" gerutu Kenes

"Siapa yang gak jelas?!" sahut lelaki itu membuat Kenes panik

"Niswa!! ya bener Niswa gak jelas" ceplosnya membuat Niswa memasang wajah protes

"Karena yang jelas cuma cintaku padamu eaaakks" imbuhnya sembari senyum-senyum

Prik. Satu kata yang cocok untuk lelaki itu.

"Niswa, judul lagu wali yang baik baik apa Ken lupa lagi" tanya Kenes

"Baik baik saja" jawab Niswa membuat Ken yang tengah tersenyum penuh harap seketika memberengut kesal

"Bukan, ish itu loh Niswa yang gini nih liriknya hanya satu pintaku di siang dan malam mu baik baik..." jelas Kenes

"..."

"Layang kalo S nya diganti jadi apa?" greget Kenes

"Jadi gak bisa terbang"

~TBC~

17 Oktober 2023

Mysterious IntrovertWhere stories live. Discover now