Pagi itu.. didalam suasana kelas yang tenang, mata para murid penuh antusias memandang ke depan ruangan, menyimak dengan seksama presentasi teman-teman sekelas mereka.
Kelompok Niswa tampil dengan percaya diri di depan kelas. Presentasi mereka dilengkapi dengan visual yang menarik serta grafik yang berisi data dengan jelas, dan berbagai fakta yang menggugah pemikiran.
"Kalian berdua telah melampaui ekspektasi saya. Presentasi ini luar biasa!" Puji sang guru
Satu kelas bersorak sorai tepuk tangan sebagai bentuk apresiasi atas presentasi luar biasa mereka.
Rifanya yang melihat itu mendengua kesal, gara-gara Niswa kelompoknya menjadi tergeserkan.
Dia kira gadis bisu itu tidak akan berani berbicara di depan kelas, tapi yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang ada dalam benaknya. Pelajaran apa yang harus ia berikan pada gadis bisu itu?
"Lihat, Lo bisa kan?!" seru Reifan tiba-tiba membuat Niswa menoleh
"Makasih, Ini juga berkat bimbingan dan support kamu" balas Niswa sembari tersenyum tulus
Memang benar adanya, Reifan satu-satunya orang yang tetap berdiri tegak disampingnya disaat yang lain malah menjauh.
Dia tahu apa yang Niswa butuhkan tanpa harus Niswa katakan. Selalu mendukung meski secara tidak langsung.
"Lo punya banyak potensi, lebih hebat dari yang lo kira. Percaya sama diri sendiri sebagaimana gue percaya sama lo" ujarnya serius, dengan kepala yang menunduk matanya menatap dalam gadis yang lebih pendek darinya.
"Niswaa!!" teriakan itu berhasil memutuskan pandangan dua insan yang saling menatap dalam diam, Reifan beranjak pergi begitu melihat tiga orang gadis berjalan kearahnya
"Ke kantin bareng yuk" ajak Gauri penuh semangat
"Cie Niswa lagi ngapain tadi berduaan sama Rei? Pasti lagi ekhem ekhem ya?? Cie cie" goda Sari
"Apaan sih lo Sari roti gak jelas tahu gak" serobot Gauri
"Ternyata pawang Niswa serem juga ya, baru tahu gue" lanjut Sari
"Pawang apa?" tanya Niswa tak paham
"Udah gak usah didengerin mending kita ke kantin aja" ajak Gauri sembari menggandeng lengan Niswa
Sesampainya di kantin, Sari dan Gauri pergi memesan makanan. Sedangkan Niswa dan Saras mencari tempat duduk.
"Lo setiap hari suka bawa bekal ya?" tanya Saras
"Iya"
"Rajin amat, gak berat emang? Gue mah jangankan bawa bekal, bawa buku aja udah males banget beratt" keluh Saras yang hanya ditanggapi senyum tipis oleh Niswa.
Ini bukan perihal berat tapi menghemat.
"Bagus sih makanan rumah lebih sehat dan higienis, baik banget ya ibu lo nyiapin bekal tiap hari" Niswa tersenyum masam, hati kecilnya berbisik 'Boro-boro nyiapin bekal masak aja jarang'
"SARASS" terdengar teriakan dari arah belakang Niswa
"Gak usah teriak teriak, malu-maluin banget!! Lo kira gue budek apa!!" sarkas Saras pada seorang lelaki yang baru saja berteriak memanggil namanya
"Saras jangan marah-marah nanti jadi tambah tuaa" ejek lelaki itu sembari duduk disamping Niswa
"Ba*ot lo, dasar jomblo ngenes" ujar Saras tak mau kalah
Niswa yang berada diantara perdebatan itu terdiam kikuk tak tahu harus melakukan apa selain menanggung malu karena menjadi sorotan penghuni kantin.
"Niswa maaf ya ngeganggu kenyamanannya, kalo udah dateng cowok ngenes ini kacauu" ujar Saras, sepertinya dia baru mengingat kembali kehadiran Niswa ditengah mereka
YOU ARE READING
Mysterious Introvert
Teen FictionAda sosok penyendiri di antara orang-orang yang sedang bergumul. Ada sosok pendiam di antara sekelompok orang yang sedang berinteraksi. Ada sosok yang tampak serius di tengah keadaan yang tenang. Ada juga sosok yang terlihat acuh di tengah suasan...
