38) Dimuliakan Allah

Mulai dari awal
                                    

"Ya Allah Ya Tuhanku Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Temukanlah uang aku 500 perak ya Allah buat jajan."

Fira tertawa saat melihat Hikam memperagakannya merengek layaknya anak kecil.

***

"Gimana ceritanya kamu bisa ketemu sama suami kamu? Aku penasaran," ungkap Lika saat mereka sedang bersantai di kafe milik Alzena.

"Aku jomblo dari lahir dan berasal dari keluarga broken home. Aku enggak mau bersentuhan sama siapa pun selain mahram dan sempat berpikiran enggak mau nikah. Namun, ketika aku ketemu Azizan, anak pemilik pesantren, dokter bedah umum, hafal 30 juz Quran dan akhlaknya terpuji itu udah dobrak hati aku. Kini jadi my husband," ucap Alzena dengan mata yang berkobar-kobar.

Lika merasa senang dan terkejut. "Seriusan? Beneran itu? Kayak kisah romantis yang diharapkan semua orang."

"Aku emang rasain itu, Lika. Dalam hitungan waktu yang singkat, Azizan berhasil raih hati aku karena kepribadiannya yang baik dan sopan. Terutama karena menerapkan ilmu agamanya. Aku rasain nyaman dan aman di sampingnya," jelas Alzena dengan cerita yang membuat merinding.

Lika tersenyum dan mengucapkan selamat. "Aku bahagia dengar kabar ini, Alzena."

Ponsel Alzena berdering telepon masuk dari Fira. Alzena meminta izin kepada Lika untuk mengangkat telepon.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Gimana kabarnya sekarang? Udah sehat?"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Udah kak alhamdulillah, ini lagi di kafe. Walaupun kadang perih dikit sih."

"Lo tuh ya, baru kecelakaan juga malah kerja."

"Bosen Kak. Kalau di rumah terus, walaupun sebenarnya itu sunnah."

"Dasar. Maaf ya, gue enggak sempet jenguk ke rumah sakit. Soalnya Hikam bilang lo enggak nginep di sana. Jadi, besok gue ke rumah lo aja ya. InsyaAllah."

***

Pada suatu malam di bulan Desember, Azizan dan Alzena sedang duduk bersama di balkon rumah mereka. Suasana malam itu begitu damai dan tenang. Bintang-bintang di langit berkelap-kelipan, sementara angin sepoi-sepoi malam itu berhembus lembut.

"Malam ini indah banget bukan?" tanya Azizan sambil menatap Alzena.

"Iya, indah," jawab Alzena dengan senyum di wajahnya.

"Tapi kamu lebih indah daripada malam ini," ucap Azizan dengan lembut.

Alzena merasa sedikit gugup mendengar kata-kata Azizan. Meskipun mereka sudah cukup lama bersama, tapi setiap kali mendengar komentar romantis dari Azizan, hatinya selalu berdebar-debar.

"Aku rasa malam ini enggak sempurna tanpa kamu di sisi aku," kata Azizan sambil menggapai tangan Alzena.

"Kamu selalu bisa buat aku merasa istimewa," kata Alzena sambil tersenyum.

"Soalnya kamu emang istimewa," ujar Azizan sambil menggenggam tangan Alzena.

Saat itu, tanpa mereka sadari, Azizan dan Alzena saling menatap dengan tatapan yang penuh kasih sayang. Saat itu pula, mereka berdua merasakan betapa eratnya ikatan di antara mereka.

KEPASTIAN DENGAN GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang