"Aku ingin menyampaikan pesan. Bisa tolong panggilkan?

Armand melihat gelagat yang aneh dari wanita itu. Senyum yang semula ia pancarkan hilang begitu saja menghadirkan sebuah rengut gelisah yang tercipta."Dia sedang tidak ada di sini." Ucapnya lugas.

Armand masih terdiam, mengerti apa yang sedang terjadi sekarang. Wanita itu terlihat sedang mengembunyikan sesuatu. "Kalau begitu bisa katakan padanya, kalau anak dari Liam datang berkunjung."

Wanita itu melihat Armand dengan tatapan tak yakin, tapi beberapa detik setelahnya wanita itu pergi ke arah belakang. Armand yakin wanita itu pasti akan menyampaikan pesannya.

Beberapa menit berlalu wanita itu tak kunjung datang. Armand sedikit bingung. Wanita itu meninggalkan toko cukup lama, hingga membuatnya hampir mengira kalau wanita itu kabur. Tapi beberapa menit setelahnya, Armand mendengar suara pintu di buka. Wanita itu datang dengan wajah tegang.

"Bagaimana?" Tanya Armand langsung.

"Kau sungguh anak dari Liam? Jika kau berbohong, maka aku tidak segan-segan menelpon polisi." Ucap wanita itu dengan tangan yang siap dengan gagang telpon.

"Aku sungguh anaknya." Armand tak menjelaskan lebih lanjut.

Wanita itu memberi menelisik, menatap Armand dari kepala hingga kaki lalu kemudian mengangguk, "Mari ku antar."

"Matt kau ikut aku, yang lain bisa berjaga. Dan pastikan kau menutup toko ini, ku yakin pembicaraan ini akan sangat panjang." Perintahnya sebelum pergi.

"Baik sir."

————-

Armand di bawa melewatir lorong yang gelap lalu naik menuju lantai dua dari bangunan itu. Kepalanya terus bergerak ke kanan dan ke kiri, mencoba untuk beradaptasi, dan juga mencari sesuatu yang mungkin saja bisa membantunya kelak.

"Silahkan." Ucap wanita itu membuat Armand tersadar.

Setelah pintu dibuka. Armand melihat seorang pria paruh baya tengah berdiri di sudut ruangan menghadap jendela. Setelah melihat Armand masuk  lelaki itu pun berjalan pelan kearahnya.

Melihat lelaki paruh baya bergerak ke arahnya dengan tertatih membuat Armand mau tak mau mempercepat langkahnya dan membantu lelaki itu menuju sofa.

"Terima kasih. Silahkan duduk." Ucapnya

Kesan yang Armand dari tempat ini langsung berubah saat dia sudah berada di ruangan ini. Yang bisa Armand tangkap ruangan ini adalah sebuah tempat kerja dimana buku-buku tersusun, mulai dari kertas putih sampai yang warnanya sudah menguning.

"Kau sungguh anak Liam?"

Suara itu menyadarkannya, Armand menatap sejenak, "Lebih tepatnya adalah menantu."

"Anak Liam menikah denganmu?"

"Ya. Anna Bennet, dia sekarang adalah istriku,"

"Jadi Diana berhasil menikahkan kalian?"

Armand tak terlalu terkejut. "Sepertinya kau mengenal mereka dengan baik."

Lelaki itu tersenyum simpul, "Tentu saja, Liam adalah sahabat karibku,"

Armand merespon dengan anggukan singkat. Dia sudah menebak alasan sang ibu memberi tahunya alamat ini "Niatku berkunjung ke sini atas info yang ku terima dari ibu. Kalau kau akan memberitahuku semua kejadian beberapa tahun lalu." Jelas Armand tanpa basa basi.

The Billionaire PrisonWhere stories live. Discover now