31

5.1K 298 17
                                    

Disinilah Haechan sekarang, di apartemen Mark bersama Mark, Jeno dan Koeun.

Haechan begitu ogah dan tak ada niat sedikitpun untuk beradu tatap dengan perempuan yang tengah duduk cantik di samping Mark.

Jeno sekarang bahkan menatap kedua orang yang ada di hadapannya itu dengan tatapan tajam, pastinya dua orang itu adalah Mark dan Koeun.

"Mending kita balik aja ke Indonesia. Percuma aja lo ngejar orang yang ternyata selama ini sukanya sama orang lain, Chan! Gue punya banyak kenalan cowok dominan yang tampannya tiada tanding. Percuma dominan kalau sifatnya suka mainin hati orang!" sinis Jeno.

"Shut your damn mouth, Bastard. Nggak usah ngasih kalimat yang bikin otak Haechan terkontaminasi sama pikiran jelek lo itu. Lo nggak tahu jalan cerita yang sebenarnya, Sialan!" marah Mark.

"Untuk apa jelasin semuanya sama gue, sih? Lagi pula kita itu nggak ada hubungan sama sekali, Mark. Mau lo punya seribu pacar di luar sana, gue nggak ada hak buat ngelarang lo main sana sini," ucap Haechan.

"Ko ... Please explain to them who you are," pinta Mark.

Koeun mengangguk pelan dengan kepala yang masih menunduk dengan begitu dalam.

"Benar kalau sebenarnya gue itu emang orang yang bikin Mark gak bisa buka hati buat orang lain. Tapi, bukan berarti kalau nama gue selalu ada di hati dia sampai seperti saat ini."

"Gue baru ketemu sama dia dua hari yang lalu. Di mana waktu itu dia nolongin gue."

"Waktu itu gue dikejar sama bokap tiri gue. Dia marah dan dia mau hajar gue habis-habisan. Gue terkadang dilecehkan sama dia. Tapi, untuk kali ini bokap tiri gue benar-benar keterlaluan."

"Dia ada niat buat ngelakuin hubungan intim sama gue di atas kasur bareng Mama gue. Maksudnya, dia mau seks dengan Mama gue dan begitupun dengan gue di kasur yang sama."

"Gue nangis dan gue lari. Sialnya, gue jatuh dan hampir ketabrak mobil kalau aja gue nggak ditolong sama Mark..."

Koeun menangis.

"Gue sama Mark dari lama udah nggak punya perasaan masing-masing. Gue menghormati almarhum suami gue. Dan garis bawahi, gue masih sayang sama dia."

"Bahkan gue pernah ngandung anak gue sama almarhum suami gue. Tapi, sayangnya sebelum lahir ke dunia, anak gue meninggal gara-gara bokap tiri gue."

"Gue milih buat kabur dari rumah dan sekarang menetap di salah satu rumah yang dibeliin sama Mark khusus buat gue."

"Sekarang pun gue lagi berusaha cari kerja buat ganti semua kebaikan Mark sama gue."

Haechan langsung merasa iba setelah mendengarkan penjelasan Koeun. Tiba-tiba saja dia merasa jahat karena sudah berpikiran yang tidak tidak terhadap Koeun dan Mark.

Kedua bibir Haechan seketika cemberut dan bahkan mata bulatnya sekarang mulai berkaca-kaca. Dia tak tahu kalau ternyata begitu berat kehidupan yang dijalani oleh Koeun.

"Bahkan gue dibentak sedikitpun atau dilemparin kesalahan sedikitpun, itu gue langsung nangis dan ngerasa mau bunuh diri. Bokap tiri gue berhasil bikin gue trauma terhadap hal-hal yang sedikit gue benci. Kayak sewaktu Jeno bentak gue di cafe, itu gue langsung lari sambil nangis karena trauma gue kambuh," jelas Koeun.

Haechan menghamburkan pelukannya pada tubuh rapuh milik Koeun, lalu dia menangis dalam pelukan perempuan yang pernah jadi pujaan hati Mark itu.

"Ayo tinggal bareng Echan!" ajak Haechan sedih.

- 🧁🧁🧁 -

You Giving Up? | MarkHyuckWhere stories live. Discover now