28

4.7K 272 5
                                    

📍 Mansion Keluarga Seo, 06:12 -

Haechan seketika menghentikan langkah kakinya saat melihat Sehun yang tengah bercanda di ruang makan bersama kedua orang tuanya.

"Dia kelihatan santai banget seakan-akan nggak ada kejadian apapun. Apa dia nggak merasa bersalah? Apa dia nggak sadar kalau dia bikin gue nggak baik di mata Mark. Bahkan sampai sekarang gue diblokir sama Mark gara-gara dia," batin Haechan sedih.

Haechan tersentak karena Chitta yang memanggilnya dengan sedikit keras.

"Kamu kenapa diam aja, Sayang? Kamu gak mau turun sarapan?" tanya Chitta heran.

Haechan sekilas melirik ke arah Sehun, lalu kembali menatap ke arah sang ibu.

"Echan hari ini mau berangkat sekolah sendiri. Nanti sarapannya di sekolah aja, soalnya ada tugas pagi," ucap Haechan yang pastinya itu hanya alasan kebohongan belaka.

"Kayak mahasiswa kuliahan aja sampai ada tugas pagi," ledek Sehun.

"..."

"Ya udah. Kamu berangkatnya sama Sehun aja, lagian Sehun datang ke sini karena tujuan utamanya memang mau nganter kamu ke Sekolah," ucap Johnny.

"Eungh ... Nggak usah deh, Pa. Echan takut kalau malah ngerepotin Kak Sehun," ucap Haechan menolak.

"Kakak yang datang nawarin diri, artinya Kakak enggak merasa kerepotan. Jadi, nggak usah sungkan buat kakak antar ke Sekolah kamu," ucap Sehun menyahut senang.

"Iya. Papa nggak masuk kantor hari ini karena mau keluar bareng Mama kamu. Lagian mobil kamu lagi di bengkel, kan," jelas Johnny.

"Mending berangkat aja sama," lanjut Chitta setelah menelan sepotong Sandwich yang tadi dia makan.

"Niat hati mau ngehindari dia. Ini kenapa Mama sama Papa kayak comblangin gue sama dia, sih?!" kesal Haechan di dalam hati.

"Ya udah deh kalau kayak gitu. Echan mau berangkat sekarang aja," ucap Haechan pasrah sambil menyalimi kedua orang tuanya.

Haechan langsung berjalan keluar dari Mansion lebih dulu daripada Sehun, sedangkan pria itu tengah berpamitan pada Johnny dan Chitta.

"Gue juga mau berangkat ya," ucap Sehun.

"Jaga anak gue baik-baik, Hun," jawab Johnny.

"Bakalan gue jaga dengan baik," jawab Sehun sambil menunjukkan senyuman lebarnya ke arah sepasang suami istri itu.

Sehun buru-buru berjalan keluar dari Mansion, takutnya malah Haechan marah karena menunggu terlalu lama.

Tapi, saat dia baru sampai di samping mobil, Sehun melihat Haechan yang tampak terlihat gusar dan mengambil ancang-ancang untuk berlari dari sana.

Dengan gerakan cepat Sehun menahan pergelangan tangan yang lebih muda.

"Lepasin tangan gue!"

Sehun kaget saat mendengar nada suara sinis dan juga terdengar penuh kebencian yang keluar dari mulut Haechan.

"Hei! Kamu kenapa tiba-tiba marah kayak gini sama Kakak? Apa Kakak pernah buat kesalahan sama kamu?" tanya Sehun heran karena perubahan sikap pemuda yang ada di hadapannya itu.

"Nggak usah pura-pura bodoh dan main drama kayak gini. Gue udah tahu semuanya. Gue udah tahu semua sifat bejat lo sampai gue dibenci sama orang yang gue sayang!" marah Haechan.

"Kalau emang kita punya masalah, baiknya kita selesaiin aja di dalam mobil, Chan. Nggak enak kalau pertengkaran kita dilihat sama tetangga," ucap Sehun lembut dan berharap agar Haechan mengerti dan menurutinya.

"Nggak ada yang perlu dibicarain dengan baik-baik. Gue cuma mau lo pergi dari kehidupan gue. Gue benci sama lo! Benci banget!" jawab Haechan marah.

"Gue pikir, lo orang baik yang selalu ada buat gue. Yang selalu support gue. Nyatanya, lo orang munafik yang bikin gue dibenci sama Mark!" tegas Haechan.

"Kamu lagi ngebahas masalah apa sih, Chan?! Kakak beneran nggak tahu kamu lagi bahas masalah yang mana," ucap Sehun.

Haechan tertawa sarkas saat mendengarkan ucapan Sehun, lalu dia mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan video CCTV yang dia ambil kemarin dari rumah sakit.

"Siapa yang udah dengan berani ngecup dan bahkan lumat bibir gue?! Emang itu bisa diampuni? Lo ngelecehin gue di saat gue lagi nggak sadar karena pengaruh obat!" marah Haechan.

Sehun terdiam mematung saat dia melihat video yang ada pada ponsel Haechan. Dia juga merasa tertusuk dengan apa yang dikatakan oleh Haechan.

"Chan-"

"Nggak usah basa-basi. Gue nggak butuh penjelasan lo. Lebih tepatnya, kita emang harus nggak kenal!" marah Haechan.

Haechan langsung pergi begitu saja meninggalkan Sehun yang masih frustasi akan fakta yang diketahui oleh pujaan hatinya itu.

Haechan memilih untuk berangkat sekolah dengan menggunakan ojek saja. Hanya butuh beberapa menit dan akhirnya Haechan sampai di sekolahnya.

Usai membayar tukang ojek, Haechan langsung berjalan masuk ke sekolahnya dengan emosi.

"Benar-benar enggak tahu diri jadi orang! Harusnya dia merasa bersalah dan minta maaf sama gue. Sialnya, dia malah berpura-pura seakan-akan nggak tahu sesuatu!" kesal Haechan.

Jeno yang baru lewat tiba-tiba menabrak pundak Haechan, membuat pemuda berkulit karamel itu hampir saja marah dibuatnya.

"Jenoooo!"

Haechan langsung menghamburkan pelukannya pada tubuh Jeno yang sudah beberapa bulan ini tak pernah dia lihat.

"Lo kelihatan kangen banget sama gue, padahal baru gue tinggal beberapa bulan doang," ledek Jeno.

Jeno perlahan melepaskan pelukannya pada tubuh Haechan, membuat Haechan langsung menatap sahabatnya itu dengan curiga.

"Hum?"

Haechan mengangkat alis kanannya dengan tinggi.

Jeno menyengir lebar membuat Haechan semakin curiga pada sahabatnya itu.

"Gue udah punya cowok submisif yang lebih sempurna daripada lo," ucap Jeno memancing amarah sahabatnya itu.

"Gue jadian sama Jaemin," lanjut Jeno sambil tersenyum lebar disertai rasa malu-malu.

"Gue gak akan rusak hubungan lo sama Mark. Gue emang cinta dan sayang sama lo. Tapi, gue gak cinta namanya kalau maksa lo sama gue saat hati lo milih orang lain," jelas Jeno lembut.

Haechan menatap Jeno dengan lembut. Dia terharu dengan ucapan sahabatnya itu.

"Makasih karena udah ngertiin gue. Lo emang yang terbaik di antara yang terbaik," ucap Haechan lembut.

Jeno mengangguk sebagai jawaban.

"Terus gimana hubungan lo sama Mark?"

Haechan menggeleng dengan lemah sebagai jawaban.

"Dia sekarang lagi di Toronto, kan?" tanya Jeno.

Haechan mengangguk sebagai jawaban dan tak lama senyuman mencurigakan terulas pada kedua ujung bibir milik pemuda bermata bulan sabit itu.

"Gue ada ide. Kalau emang lo mau baikan sama dia, coba aja ide yang gue pikirin," ucap Jeno.

Haechan terdiam beberapa saat, lalu dia mengangguk setuju dan berharap agar ide yang disumbangkan oleh Jeno membuat dirinya akrab lagi dengan Mark.

- 🤍🤍🤍 -

You Giving Up? | MarkHyuckWhere stories live. Discover now