30

5.3K 319 7
                                    

Mark berhasil meraih pergelangan tangan Haechan sebelum pemuda itu semakin jauh larinya.

"Sejak kapan datang ke Toronto?! Kenapa nggak bilang kalau lo mau datang ke sini?!"

Haechan tersenyum sinis saat mendengarkan pertanyaan Mark yang seakan-akan tak memberi celah pada dirinya untuk menjawab.

"Kenapa? Kenapa kalau gue datang ke Toronto? Lo merasa terancam karena gue lihat lo sama cewek lain di sini?!" Tanya Haechan kecewa.

"Gue datang ke Toronto buat ngelurusin kesalahpahaman lo. Gue mau perbaiki hubungan kita karena masalah yang dibuat sama Sehun. Tapi, apa? Gue malah dapat kejutan sebelum ketemu sama lo," ledek Haechan.

"Begitu spesial tuh cewek sampai ulang tahunnya aja dirayain sama lo? Lo lupa kalau hari ini gue juga ulang tahun?" tanya Haechan sinis.

Haechan menghapus air matanya dengan kasar, lalu berniat untuk pergi lagi. Tapi, kali ini pergelangan tangannya dengan cepat ditahan oleh Mark.

"Koeun. Namanya Koeun," ucap Mark.

"Nggak usah ucap namanya di depan gue. Pergi sama dia dan tidur aja sama dia! Ngapain bilang sayang sama gua kalau masa lalu lo belum tuntas sama dia?!" sinis Haechan.

Mark tersenyum tipis saat mendengarkan penuturan Haechan. Dia tahu kalau pemuda yang ada di di depannya itu sedang dalam mode cemburu.

"Minta maaf sama dia sebelum gue benar-benar marah sama lo, Chan. Lo udah cemburu buta dan enggak mau dengar penjelasan gue," ucap Mark.

Haechan mengerutkan keningnya.

"Gue akui kalau emang Koeun yang jadi salah satu alasan gue nggak mau buka hati dan nggak mau percaya sama yang namanya cinta."

"Gue akui kalau emang namanya benar-benar kelukis di hati gue, sampai gue benar-benar susah buat sekedar lupain dia doang."

"Bahkan nama lo nggak berharga di hati gue selama nama dia masih ada di sana."

"Tapi, lo nggak bisa memutuskan secara sepihak tentang gimana perasaan gue."

Mark dengan lembut menggenggam pergelangan tangan Haechan, tetapi genggamannya langsung ditepis dengan kasar oleh Haechan.

"Gue udah tahu kalau ternyata gue udah salah paham tentang ciuman itu. Giselle udah cerita semuanya sama gue. Gue minta maaf karena sebelumnya nggak percaya sama lo," ucap Mark lembut.

"Gue tahu kalau lo sayang banget sama gue. Nggak usah menutup kemungkinan tentang lo yang sayang sama gue," ucap Mark.

Mark dengan lembut mengusap bekas air mata milik Haechan yang sekarang perlahan mengering.

"Ayo kita ketemu sama Koeun dan perjelas semuanya supaya lo nggak cemburu buta kayak gini. Enggak enak kalau gue yang jelasin. Lo harus dengar langsung dari sumbernya biar percaya," jelas Mark.

"Ngapain gue ke sana kalau pada hakikatnya lo masih sayang sama dia, Mark?! Kenapa bikin gue buat berharap sama lo, kalau ternyata masa lalu lo belum tuntas?" lirih Haechan.

Mark menghela napas panjang.

"Ayo ketemu sama dia dan jangan ngajak berdebat!" tegas Mark dengan suara yang tak ingin dibantah.

Haechan menundukkan kepalanya sambil mengepalkan kedua tangannya dengan cukup kuat di bawah sana.

Mark dengan lembut menggenggam kepala tangan milik Haechan, berharap agar pemuda itu mampu meredam emosinya.

"Ayo ketemu sama dia, sekaligus gue ada kejutan buat lo," ucap Mark.

Haechan terdiam beberapa saat, lalu berikutnya dia hanya pasrah dengan hati yang merasa sesak.

- 🧁🧁🧁 -

You Giving Up? | MarkHyuckΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα