23

5.8K 323 2
                                    

Mark tengah berjalan mondar-mandir di depan ruang rawat Haechan. Jangan lupakan yang lain juga menunggu kabar baik Haechan yang kini sedang ditangani oleh dokter.

Tak lama, dokter keluar dari ruangan dan membuat semuanya langsung refleks mengalihkan atensi mereka ke arah sang dokter.

"Bagaimana keadaan Haechan, Dok?!" tanya Mark dengan begitu panik dan juga penuh rasa khawatir.

"Syukur karena pasien sudah sadar dari masa kritisnya. Tapi, pasien harus mengalami kelumpuhan sementara karena mengalami kritis beberapa bulan. Saraf pada sendi pergerakan pasien mengalami sedikit hambatan karena pasien yang tak dapat bergerak selama kritis. Jadi, kami mohon untuk kepada seluruh keluarga pasien agar membantu pasien untuk belajar menggerakkan anggota tubuh tertentunya. Dan sekarang pasien tengah istirahat. Untuk masalah keluarga yang ingin menjenguk pasien, setidaknya satu orang saja agar pasien bisa istirahat dengan baik," jelas sang dokter.

"Terima kasih tentang penjelasannya, Dok!" seru Chitta senang.

"Biar Mark yang jenguk Haechan!" seru Mark tiba-tiba dan langsung masuk ke ruang rawat Haechan tanpa menunggu respon yang lainnya.

Masalahnya, selain dia merasa panik dan juga khawatir akan keadaan Haechan. Dia juga tak bisa berbohong kalau sebenarnya dia sedang merindukan pemuda berkulit karamel itu.

Mark tak malu untuk mengakuinya di depan umum, kalau sekarang dia sedang menjilat ludahnya sendiri.

Mark sekarang tengah duduk di sebuah kursi yang ada di samping ranjang Haechan. Mark dengan hati-hati mengelus lembut tangan kanan Haechan yang pastinya masih tertusuk oleh jarum infus.

"Bangun yah. Gue nggak bohong kalau gue emang benar-benar kangen sama lo, Chan. Gue kangen sama senyuman lo. Gue kangen sama suara lo. Gue kangen sama semua afeksi lo. Pokoknya gue kangen semua apa yang lo lakuin buat gue, Chan. Tolong ... Jangan siksa gue kayak gini."

"Dokter emang bilang kalau lo udah sepenuhnya sadar dan sekarang lagi istirahat. Tapi, rasanya masih kayak kurang banget kalau lo belum sadarkan diri di depan gue, Chan."

"Gue ... Gue mau lihat mata lo yang dulunya selalu ngasih pancaran cinta buat gue."

"Gue kangen lo, Haechan. Amat..."

Mark menunduk lemah.

"Echan gak tidur kok."

Mark kaget karena tiba-tiba Haechan bersuara untuk menanggapi ucapannya. Ya ... Walaupun suaranya cukup serak karena sudah lama dia tak sadarkan diri dari masa kritisnya.

Haechan perlahan membuka matanya dengan sedikit lemah, membuat Mark berseru senang karena orang yang sangat dia sayangi kini mulai sadar di hadapannya.

"Maaf..."

"Ha?! Maaf buat apa?!"

"Maaf karena Echan nggak bisa balas genggaman tangan Mark."

Mark tak dapat menahan senyuman haru sekaligus senyuman senangnya saat mendengarkan jawaban Haechan. Dia juga tak bisa berhenti mengucapkan rasa syukur di dalam hati. Melihat Haechan masih bernafas dan hidup seperti ini membuat dirinya merasa begitu bersyukur.

Mark tertawa pelan, lalu dengan lembut dia menggenggam tangan kiri Haechan. Dia takut bila menggenggam tangan kanan pemuda itu, bukannya merasa nyaman yang ada nanti malah membuat Haechan-nya sakit.

"Karena lu nggak bisa genggam tangan gue. Biar gue aja yang genggam sampai lo benar-benar bosan," jawab Mark.

Haechan tersenyum kecil mendengarkan tanggapan Mark.

"Echan!"

Mark sontak menoleh ke arah sumber suara, sedangkan Haechan, dia hanya tetap berada pada posisinya tanpa menoleh karena tubuhnya yang susah bergerak.

Mark sontak menoleh ke arah sumber suara, sedangkan Haechan, dia hanya tetap berada pada posisinya tanpa menoleh karena tubuhnya yang susah bergerak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Sehun?" tanya Haechan karena kenal sekali dengan suara paman dari ibu Mark itu.

Mark dengan refleks mengarahkan pandangannya untuk menatap Sehun dengan tetapan yang tak suka.

Masalahnya, dia sedang berduaan dengan Haechan, tetapi mengapa pamannya itu tiba-tiba datang dan menghancurkan romansa mereka berdua.

Menyebalkan!

"Kenapa tidur kamu lama banget, sih? Emang kamu jauh hari nggak ada niatan buat bangun?"

Sehun bertanya dengan nada suara dibuat kesal, sedangkan tangannya dengan lembut mengelus rambut warna kecoklatan milik Haechan.

Mark yang melihat itu hanya bisa mengangkat pandangannya dan menatap tangan Sehun dengan tatapan tidak sukanya.

"Echan masih mau hidup di dunia dan bahagia sama Mama Papa. Mana ada Echan mau mati muda secepat itu, sih?!" kesal Haechan.

Haechan mengerucutkan bibirnya dengan lucu dan pastinya hal itu membuat Sehun merasa gemas pada pemuda yang berbeda 30 tahun lebih muda darinya itu.

Mark berdeham merasa kalau dirinya dilupakan di dalam ruangan itu, membuat atensi kedua orang itu langsung menatap ke arahnya.

"Mark ... Maaf kalau Echan lupa kalau ternyata Mark ada di sini. Maaf ya," pinta Haechan.

Mark benar-benar memperlihatkan ekspresi malas dan juga tak sukanya.

"Maaf karena udah ganggu waktu lepas rindu kalian. Puas puasin aja lepas rindunya. Gue juga bakalan keluar karena dokter cuma ngizinin buat satu orang doang yang bisa jenguk lo," ucap Mark.

"Astaga, Mark. Kamu kenapa tiba-tiba gitu sama Haechan? Kakak bisa keluar kalau emang kamu butuh waktu privasi sama Haechan," ucap Sehun merasa malas dengan keponakannya itu.

Mark tak peduli dengan ucapan pamannya dan lebih memilih untuk keluar dari ruang rawat Haechan.

Haechan menatap kepergian pemuda beralis camar itu dengan tatapan sendunya, lalu perlahan dia menghembuskan nafas dengan cukup panjang.

"Seandainya gue bisa gerak dari tempat tidur ini. Gue bakalan lari dan langsung meluk lo saat itu juga, Mark. Gue benar-benar kangen sama lo," batin Haechan.

Sehun menyentuh lembut ujung jari telunjuk Haechan, membuat pemuda itu langsung menatapnya dengan cepat.

"Kamu kenapa kelihatan murung banget kayak gitu?" tanya Sehun lembut.

Haechan menggeleng pelan sambil tersenyum kecil sebagai jawaban. Mana mungkin dia jujur pada Sehun kalau dia sedang merasa sedih tak dapat memeluk Mark.

"Echan cuma merasa nggak percaya aja karena berhasil melewati masa kritis," jawab Haechan berbohong.

Sehun tersenyum tipis menanggapi ucapan Haechan. Dia tahu sekali kalau anak itu sedang berbohong.

Sehun tahu sekali tentang fakta yang ada. Dia tahu kalau sebenarnya orang yang disukai oleh Haechan adalah keponakannya sendiri, Mark.

Tapi, Sehun tak peduli tentang bagaimana umur mereka yang berbeda jauh. Bagi Sehun setelah dia mengenal Haechan, cinta adalah perasaan yang tak memandang umur dan juga materi. Cinta adalah sesuatu yang membuat semua orang bahagia tanpa memiliki semua finansial maupun kesehatanmu. Cinta itu indah dan sempurna di atas segalanya.

- 🧁🧁🧁 -

You Giving Up? | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang