21

5.6K 336 8
                                    

Mark memarkirkan mobilnya di depan sebuah kafe. Pikirannya benar-benar kacau.

Tapi, baru berapa langkah dia berjalan masuk ke cafe tersebut, langkah kakinya langsung terhenti begitu saja.

Mark terdiam dengan matanya menatap intens sepasang kekasih yang berada di meja paling pojok kafe tersebut

sepasang kekasih yang tengah berdebat di meja pojok kafe.

Mark berjalan perlahan keluar dari kafe tersebut, dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang.

"Ya. Halo. Kenapa nelpon, Kak?"

"Di mana?"

"Giselle lagi di Apart."

"Giselle tutup teleponnya dulu ya, Kak. Giselle mau fokus belajar karena besok ada ulangan."

"Mama sama Papa di mana?"

"Barusan aja mereka keluar buat arisan."

"Abang mau video call sama kamu."

"Giselle udah bilang kalau Giselle mau belajar, kan?"

"Udah akh! Kakak gangguin aku aja. Aku bunuh!"

Tak lama, Giselle memutuskan panggilan telepon mereka berdua secara sepihak.

Mark menggertakkan giginya dengan kasar karena jawaban Giselle yang begitu bohong.

Mark berjalan masuk ke mobilnya dan mengambil sebuah Hoodie dan juga kacamata hitam di sana. Mark memakai dua benda itu dan kembali masuk ke dalam cafe.

Mark duduk santai di salah satu meja yang tidak terlalu pojok sekali, tetapi bisa dikatakan kalau itu adalah meja pojok yang ada di cafe tersebut.

"Aku panik banget karena tiba-tiba ditelepon sama Kak Mark! Untung aja kamu tadi nggak nyahut."

"Yang penting dia nggak tahu kita sekarang lagi ada di mana. Syukur karena emang tadi aku nggak nyahut pas dia telepon."

"Aku tiba-tiba deg-degan setelah dapat telepon dari Kak Mark. Mending kita balik aja ke hotel. Sumpah! Aku beneran takut kalau ketemu sama Kak Mark."

"Aku udah bilang sebelumnya sama kamu. Biarin aku yang menetap di sini dan kamu cukup tinggal di Indonesia aja sama yang lainnya."

"Aku juga mau ketemu sama Kakakku!"

"Tapi, yang diberi tugas di sini aku, Sayang. Aku yang diberi tugas buat mantau semua apa yang dilakukan Abang kamu selama di Toronto."

"Memangnya sebelum kritis, Bang Haechan-"

"Kritis?!"

Giselle dan Sungchan langsung kaget karena ada orang ketiga yang tiba-tiba bergabung dengan topik pembicaraan mereka berdua.

Sungchan dan Giselle refleks menoleh ke arah sumber suara.

Mata mereka berdua membulat lebar saat melihat kalau Mark tengah berada di hadapan mereka dengan posisi yang sedikit dekat.

"Ka ... Kak Mark?!" gugup Giselle.

Mark melepaskan kacamatanya dan langsung berjalan ke arah Giselle dan Sungchan.

"Haechan kritis?" lirih Mark.

"Kak-"

"Kenapa nggak ada yang bilang sama gue?!" marah Mark memotong ucapan Giselle.

"Mark ... Tolong jangan gegabah dan dengerin penjelasan kita dulu," pinta Sungchan menahan emosi Mark.

Mark menarik kerah baju Sungchan membuat Giselle dan seluruh orang yang ada di cafe itu langsung menjadikan mereka sebagai pusat perhatian.

"Kak Mark!" pekik Giselle.

"DIAM LEE GISELLE!" bentak Mark.

Giselle terdiam saat mendengarkan bentakan sang kakak. Ini adalah kali pertama dia dibentak oleh kakaknya.

"Pantes aja setiap gue pulang atau pergi sekolah, gue merasa kalau emang ada yang selalu ngikutin gue dari belakang. Tapi, gue berpikiran positif dan menganggap hal itu perasaan gue aja. Tapi, ternyata firasat ini benar kalau gue diikuti dari belakang!" marah Mark.

"Lo ternyata pelakunya!" emosi Mark.

"Gue tahu kalau keputusan gue ke Toronto itu emang karena hal yang menyangkut Haechan. Tapi, seenggaknya hal sepenting kayak gini harus kalian bicarain sama gue! Haechan kritis dan kalian malah ada di negara ini tanpa bilang sama gue!" marah Mark.

Mark melepaskan tangannya dari kerah baju Sungchan.

"Gue benar-benar kecewa sama kalian berdua," ucap Mark.

Mark langsung berjalan pergi meninggalkan cafe tersebut dalam perasaan yang bercampur aduk.

Giselle hendak mengejar sang kakak, tetapi Sungchan dengan cepat menahannya. Giselle menangis di dalam pelukan sang tunangan karena dia merasa bersalah pada Mark.

"Nggak ada lagi alasan kita buat hentikan Mark, Sayang. Semuanya udah kebongkar dan semuanya juga udah berakhir. Biarin Mark ngelakuin apa yang sepantasnya dia lakukan untuk memperjuangkan cintanya," jelas Sungchan lembut.

Giselle menangis sesegukan sambil mempererat pelukannya pada pinggang Sungchan.

Sedangkan Mark, pemuda itu menancap gas mobilnya dengan kuat menuju apartemennya.

"Siapin barang-barang lo, hari ini juga kita ngambil penerbangan ke Indonesia!"

Hendery yang tengah santai menonton film kartun Tom and Jerry, langsung saja dia kaget karena perintah tiba-tiba sang pemilik apartemen itu. Tapi, dari mimik wajah yang dapat dia baca dari wajah sahabatnya itu, dia yakin kalau ada masalah besar yang tengah terjadi di Indonesia.

Karena merasa semuanya sudah siap, Mark dan Hendery langsung menuju Bandara.

Mark akan menggunakan pesawat yang akan flight hari ini ke Indonesia. Intinya, dia tidak ingin terlambat lebih jauh untuk bertemu dengan orang yang menjadi alasannya untuk menetap di Toronto.

- 🧁🧁🧁 -

You Giving Up? | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang