📍 Rumah sakit
Dengan buru-buru Chitta berjalan memasuki ruang rawat Haechan.
Dan saat Chitta memasuki ruang rawat sang anak, tampak Haechan yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Dengan wajah yang begitu pucat dengan tangan yang ditusuk jarum infus.
"Astaga, Sayang! Kamu kenapa?! Kok bisa gini?!" tanya Chitta panik sambil memegang tangan sang putera.
"Tenang, Sayang. Pasti Haechan baik-baik aja," ucap Johnny lembut sambil mengelus punggung Chitta.
"Apa-apaan sih, John! Enak aja kamu nyuruh aku tenang! Emang kamu gak panik ngelihat anak kamu kayak gini?!" kesal Chitta.
Johnny yang dimarahi oleh Chitta hanya diam sambil mengangguk kesal. Rasanya ingin sekali Johnny mencekik leher sang pasangan. Tapi, apalah daya Johnny hanya pasrah sambil mendumel di dalam hatinya.
"Untung sayang. Coba aja nggak. Udah gue mutilasi lo! Bikin gue naik pitam aja! Mendidih darah gue, Njing!" batin Johnny kesal di dalam hatinya.
Chitta dan Johnny akhirnya menjeda perdebatan mereka karena mereka harus pergi ke kantin untuk makan malam.
Tak lama saat kedua orang tuanya pergi, mata Haechan berkedip lembut.
Dengan susah payah Haechan berusaha bangun dari posisinya
Kini Haechan duduk di atas ranjang sambil memperhatikan seisi ruangan
"Rumah Sakit ?" tanya Haechan di dalam hatinya lalu kembali memperhatikan ruang inapnya.
"Beneran rumah sakit?!" kesal Haechan.
"Gak suka disini! Bau obat!" keluhnya.
Jantung Haechan tiba-tiba berpacu cepat saat mengingat kejadian dimana seorang Mark yang terkenal dingin dan sikap cuek di seluruh lingkungannya, terlihat panik dan khawatir saat ia terjatuh.
Seketika senyuman begitu indah terpancar di bibir Haechan.
"Apa begini rasanya saat orang yang kita perjuangin ngekhawatirin kita?" gumam Haechan.
"Apa gue harus gini dulu biar lo merhatiin gue, Mark?" tanya Haechan pada dirinya sendiri.
"Jangan gila!!"
Seru seseorang yang benar-benar Haechan kenal suaranya.
Saat itu juga Haechan menoleh ke arah sumber suara.
Haechan menelan susah salivanya dan diikuti dengan detakan jantungnya yang begitu kuat saat melihat siapa pemilik sumber suara berat itu.
"Ma ... Mark?!" seru Haechan kaget.
Tanpa aba-aba, Haechan menampar pelan pipinya.
"Ini mimpi kalau Mark jagain gue!" kesal Haechan.
Mark hanya menatap datar dan santai ke arah Haechan, lalu kembali memainkan ponselnya.
YOU ARE READING
You Giving Up? | MarkHyuck
Teen Fiction"Kapan es kamu yang tebal itu mencair? Takutnya nanti aku capek ngejar kamu." -Lee Haechan. "You giving up?" -Mark Lee ------------------------------------------ Haechan si primadona universitas tak cukup sempurna di mata sosok Mark Lee yang juga sa...