44✈️{P,MM!}

409 46 17
                                    

Welcome and Happy Reading!

Don't forget
Vote and Coment ☜⁠ ⁠(⁠↼⁠_⁠↼⁠)

🛫📍🛬

1 Tahun berlalu. Tidak ada kontak masuk ataupun panggilan seluler, apakah mereka benar-benar melupakan satu sama lain? Aku rasa tidak.

Uzumaki Naruto masih bekerja seperti biasanya. Bom waktu itu masih berjalan seperti dulu, namun sikapnya semakin dingin dan tegas sejak perpisahannya dengan sang istri. Bahkan dia pernah memecat karyawannya sebab orang tersebut tidak sengaja menabrak dirinya di saat jam kerja yang sungguh sibuk. Mungkin mood Naruto sangat buruk, tapi pria itu seakan tak perduli lagi.

"Naruto!" Tok! Tok! Tok! Nenek Mito mencoba mengetuk pintu kamar yang selalu tertutup serta terkunci dari dalam. Naruto sudah jarang sekali berkumpul bersama keluarga, kini kegiatan hari-harinya hanya bekerja, makan dan tidur.

"Dia menjawab?" tanya kakek Hasirama bersama Khusina yang baru saja menghampiri wanita tua bersurai merah tadi.

Nenek Mito menggeleng sedih, begitupun kedua orang lainnya yang juga khawatir. Di saat ketiga orang tadi hendak melangkah pergi namun mereka urungkan ketika melihat sosok pria pirang berkaos putih oblong dan jas biru tua, menatap datar ke ketiga orang tuannya di sana.

"Naruto!"

"Syukurlah kau mau keluar!"

Tak ada jawaban dari pria tersebut ketika kakek beserta ibunya tadi melontarkan kesenangan saat melihatnya.

"Kau mau pergi?" tanya nenek Mito saat menyadari penampilan rapi dari cucunya.

"Iya. Aku ada meeting di luar." kakek Hasirama memegang lengan cucunya, menatapnya sedih sampai pria pirang itu berusaha mengalihkan pandanganya dari keluarganya. Sungguh, dia tak ingin membuat keluarganya merasa khawatir karena dia baik-baik saja, meskipun setiap harinya ia selalu merindukan Hinata di sampingnya, menyiapkan sarapan, makan siang dan makan malam untuknya. Dia sangat merindukan semua itu. Rasanya sangat berbeda ketika Naruto kembali ke kehidupan sebelum dia bertemu Hinata.

"Maaf, aku harus pergi."

***

["Jaga kesehatan di sana Hinata! Jangan lupa makan teratur dan... Jangan terlalu bersedih."]

["Kakak tenang saja, aku baik-baik saja di sini! Aku rasa aku sudah lebih... Baik."] Dengan senyuman terpaksa, Hinata menarik nafas panjang setiap kali dia mengatakan keadaannya di sana.

Senyuman kecil terus saja terlukis di bibir mungil itu. Sampai saat panggilan antara Hinata dan kakaknya terputus, senyuman kecil tadi perlahan menghilang.

Hinata meletakkan ponselnya di atas meja, matanya kembali kosong dan melamun. Ternyata dia sama seperti Naruto, meski sudah 1 tahun lebih ia jauh dari pria pirang tersebut, perasaannya seakan-akan masih terjebak di sana.

Rumah makan yang awalnya kecil, kini sudah lebih baik dan menjadi restoran cukup besar namun tak terlalu besar. Hinata sudah berhasil mengembangkan usahanya sendiri, seperti ucapan Naruto dulu saat di London, bahwa pria itu yakin istrinya bisa membuka restoran sendiri.

Please, Marry Me Where stories live. Discover now