35✈️{P,MM!}

309 44 16
                                    


Don't forget
→⁠(⁠°⁠ ⁠۝ ⁠°⁠)⁠┗ Vote and Coment

🛫📍🛬

Suara dengkuran halus dari seorang wanita, menandakan bahwa Hinata sudah tertidur lelap setelah dia mengeluarkan seluruh kegugupannya kepada Naruto. Sungguh, Hinata sungguh tidak memaksa suaminya agar cepat-cepat menjawab atau mencintainya tidak! Dan itu bukan berarti wanita cantik yang saat ini tertidur itu bodoh! Ya, mungkin orang lain akan beranggapan seperti itu, tapi asal kalian tahu. Ini sangat rumit jika wanita lain berada di posisinya saat ini. Entah, apakah dia pantas di panggil pelakor? Istri yang tidak di inginkan? Atau orang asing yang hanya numpang lewat?

• NARUTO POV

Aku terus memandangi punggung kecilnya. Saat dia tertidur, itu terlihat seperti seorang Putri tidur atau sleeping beauty mungkin! Entahlah.

Perasaan ku berkecamuk, aku sadar dan aku masih ingat setiap kalimat yang dia ucapkan kepadaku. Dia mencintai ku, aku tidak menyangka hal ini benar-benar terjadi.  Jika saja tidak ada halangan apapun, aku akan menjawab <<Iya>> dengan sangat keras, aku akan mengatakan bahwa aku juga memiliki perasaan yang sama. Sepertinya pria seperti ku tidak pantas mendapatkannya, sudah berapa kali aku menyakitinya? Satu, tidak. Mungkin dua kali, tidak juga. Itu lebih.

Aku masih di posisi miring, tanganku ingin bergerak, iya. Aku mulai menggerakkan tangan kananku, menuju ke arah Surai-nya tergerai lemas di atas bantal, aromanya sangat wangi sehingga lubang hidungku dapat mencium aroma tersebut meski ada jarak di antara kami. Aku ingin mengelus Surai serta kepala Hinata, aku ingin mengusap lembut pipinya. Saat telapak tanganku hampir dekat di kepalanya, aku mengurung kembali niatku.

“Maaf, aku benar-benar minta maaf.” Ucapku pelan. Sangat pelan sehingga angin pun membawanya ikut.

Jika boleh jujur, seumur hidupku, aku hanya meneteskan air mataku kepada dua wanita. Ibuku dan.... Wanita yang saat ini berperan menjadi istriku. Aku mulai menutup mataku, rasanya sangat berat ketika aku tidak jadi memegangnya. Dan aku harap semuanya hanya mimpi bagiku, semuanya.

• NARUTO POV OFF

Hinata membuka matanya, dia sadar jika sebuah tangan hendak menyentuh kepalanya. Ia tidak benar-benar tidur, semuanya membuat pikiran Hinata tidak tenang. Hidung mancungnya sedikit memerah ketika dia harus menahan rasa pedih yang akan menjadi genangan air di balik kelopak matanya. Ucapan pelan Naruto juga dia dengar, itu sangat menyakitinya.

Hinata ingin, ingin sekali merasakan sentuhan hangat dari tangan besar Naruto, hanya sentuhan di kepala. Tapi Hinata sadar,dia bukan wanita yang di cintai oleh suaminya. Suaminya? Lucu sekali, bahkan dia tidak benar-benar tahu, apakan Naruto pantas ia jadikan suami sungguhan?

***

Pagi hari yang cerah. Suara peralatan dapur beradu seperti sedang berperang, begitulah, wanita yang sudah menikah akan gaduh di pagi hari tepatnya di arah dapur. Hinata dengan telaten menyiapkan sarapan untuk Naruto, pria itu sebentar lagi akan pergi ke kantor.

“Makanlah.” Ucap Hinata ramah seperti biasa, seolah tidak terjadi apa-apa semalam. Naruto terus memandangi istrinya yang saat ini tengah mencuci peralatannya dapur, biasanya Hinata akan ikut makan bersama. “Letakkan itu dan makan bersamaku.” Pinta Naruto.

“Haisshh! Apa kau mau aku suapi seperti bayi? Makanlah, aku bisa makan nanti. Kau seorang bos, tidak boleh terlambat kerja!” Naruto langsung bungkam, ia mulai makan namun matanya tak pernah berahli dari Hinata sedikitpun. Pria itu sangat menikmatinya, meski tidak ada senyuman di wajahnya, tapi dia suka memperhatikan istrinya.

Please, Marry Me Where stories live. Discover now