03✈️{P,MM}

301 42 8
                                    

(⁠☞⁠^⁠o⁠^⁠)⁠ ⁠☞ Vote and Coment

🛫📍🛬

Keadaan Mall begitu ramai di sana. Hinata berjalan santai, pikirannya tidak jauh dari kata uang, nasib buruk, dan pernikahan! Wanita itu terus berjalan lesu sedikit menunduk hingga ke pintu keluar Mall. Brugg ... Baru saja bahu kanan Hinata bertabrakan dengan bahu kekar seorang pria pirang yang mengenakan kemeja putih. “Haisshh!!!” Dengus kesal Naruto saat merasa bahu kanannya di trombol begitu saja, apalah dengan seorang wanita mungil.

“Semua wanita sama saja.” Gerutu Naruto saat melihat punggung wanita itu yang seolah tidak terjadi apapun. Pria itu kembali berjalan, sedikit memutar bahu kanannya. “Tenaganya kuat juga.” Masih datar dengan penuh keheranan.
.
.
.

“Naruto!” Panggil Ino yang sedari tadi menunggu si pirang datang. Pria itu berjalan mendekat sampai Ini hendak memeluk tubuhnya sekedar melepas rindu sesama sahabat masa kecil. “Tidak perlu! Itu memalukan.” Tolak Naruto membuat Ino sedikit mencibirkan bibirnya.

“Haahh. Kau masih sama ya!” Mereka mulai duduk berhadapan.

“Katakan! Aku masih sibuk, jadi cepat.”

“Dia baru saja pergi! Aku punya saran dan aku sudah menjelaskannya pada teman ku itu!” Naruto menatap bingung, berharap saran Ino tidak sekonyol dulu, saat dimana wanita itu menyuruh Naruto bersembunyi dari para penjaga kakeknya di tong sampah, lalu apa yang terjadi? Tong sampah itu diangkut dan di bawa ke pusatnya-- tentu yang banyak sampahnya dan semua itu salah saran dari Ino.

“Aku harap saranmu tidak lebih konyol lagi, Ino.” Peringatan mutlak keluar dari mulut Naruto. Ino tertawa kecut.

“Tidak, dan ini akan berhasil! Aku yakin!” Ino tersenyum lebar. “Jelaskan.” Wanita itu mencoba nafas dalam-dalam karena tahu akan watak si pirang itu.

“Kau dan temanku akan menikah!”

“NANIIIIIIIIII????”

***

Berada di rumah panti asuhan, Hinata dapat melihat suasana ramai di sana, ada kakak Hanabi dan bibi Kurenai juga di sana. Wanita berponi itu menarik nafas lalu tersenyum selebar-lebarnya. "Halo semua!!" Sapanya dengan penuh semangat.

“Selamat ulang tahun Kisame! Wah, kau sudah bertambah besar ya!” Seperti biasa Hinata selalu bersikap ramah. “Apa yang bertambah besar? Kami masih umur 6 tahun.” Ketus Deidara. “Kakak juga terlambat, pestanya sudah selesai!” Lanjut Itachi. Hinata tersenyum remang, nampak peluh yang keluar dari pelipisnya.

Wajah datar anak-anak nakal itu selalu memojokkan Hinata. “Ah, tidak masalah! Kakak tahu, aku minta maaf ya Kisame! Dan TA-DA....” Hinata mengeluarkan sebuah boneka hiu berwarna kuning, sedikit membungkuk menunjukkannya ke arah Kisame.

“Aku yakin ini boneka hiu satu-satunya yang kau punya' kan! Oh, panggil dia Baby Shark!

“Kakak tidak lihat. Ituuu!!” Tunjuk Sasori, Hinata mengikuti arah tunjuk itu dan melihat betapa banyaknya hadiah berupa boneka hiu. Lagi, wanita itu kalah dari anak-anak nakal itu. Hanabi, Kurenai dan Mami Madara tertawa kecil melihat Hinata malang yang selalu kalah dari anak kecil.

“Hfffuuu!” Hinata menghela nafas panjang, membuat anak-anak tadi menertawainya.

Hari semakin larut. Setelah bercakap ringan dengan orang-orang dewasa di panti, Hinata memilih bersantai di sofa sebelah ia pulang. Rasa penasaran akan marga Uzumaki membuat Hinata mulai melihat biodata lengkapnya di Mbah Google!

Please, Marry Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang