35✈️{P,MM!}

Mulai dari awal
                                    

Dan Hinata, dia masih menyadari Naruto yang masih mengenakan cincin baru mereka. Itu sudah lebih dari cukup bagi Hinata, setidaknya pria pirang menyebalkan itu masih bisa menghargai arti pernikahan mereka.
.
.
.
.

“Kau pulang jam berapa?” tanya Hinata yang saat ini keduanya sama-sama berdiri di ruang tamu.

Naruto sibuk memasang arlojinya. “Aku masih tidak pasti, tapi aku akan pulang sebelum makan malam!” Hinata mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu tersenyum lebar. “Kalau begitu berhati-hatilah dijalan!” ucapnya dan melangkah pergi.

Langkahnya terhenti ketika Naruto menahan tangannya sehingga wanita itu berbalik dengan wajah penasaran, sebisa mungkin Hinata menahan emosinya yang tak karuan. Jantungnya tidak berhenti berdetak kencang, itu sangat memalukan. “Apa?”

Mata mereka beradu pandang, cukup lama. “Aku mohon, te-tetaplah menungguku, aku akan menjawab... ” Hinata dapat melihat betapa kesusahannya Naruto mengatakan hal yang ingin dia katakan. Pria itu terlihat gugup, lebih gugup dari Hinata, bahkan dia tanpa sadar meremas tangan Hinata. Wanita cantik itu merasakan betapa tegangnya tubuh Naruto saat ini.

“Aku, aku akan menjawab perasaan mu. Se-sebelum itu... Biarkan aku menyelesaikan semuanya. Aku-- aku harap kau tidak bosan menungguku.” Rasanya sangat lega, itu yang Naruto rasakan saat ini. Hinata masih menatapnya dalam diam, yang bisa Hinata lakukan hanyalah mengangguk pelan lalu tersenyum tipis. “Bekerjalah dengan semangat!” ucap Hinata menepuk pelan lengan Naruto lalu berjalan pergi. Apakah wanita itu tahu maksud dari perkataan Naruto?

***

Setelah meeting pentingnya, Naruto kembali ke ruangan pribadi miliknya. Pria pirang itu tidak sendiri, ada Kakashi juga teman kerjanya, Choji. Pria bertubuh gemuk tersebut baru saja menyelesaikan meeting bersama Naruto, tak salah jika mereka bertemu dan saling mengobrol sejenak.

“Jadi, kau masih bersama istrimu?” tanya Choji sambil memakan camilan yang ada.

“Hm.”

“Hffhuu, ya... Akhir-akhir ini aku mendengar beberapa karyawan selalu bergosip tentang Flirting. Dan aku yakin kau juga tahu siapa itu.” Ujar Kakashi. Naruto masih diam, seolah dia ingin menyibukkan dirinya dengan berkas-berkas yang ada. Padahal Naruto hanya ingin menghindari pembicaraan tersebut.

“Aku akan menyelesaikannya.” Kakashi tahu watak Naruto. Pria bermasker itu hanya mengangguk sambil mengangkat kedua alisnya dengan percaya.

“Jika aku boleh sarankan. Lebih baik kau nikahi saja dua-duanya!” saran konyol dari Choji. Naruto cukup mendengar serta menyetujui saran konyol dari Ino, dan lihat hasilnya sekarang. Mengingat Ino, Naruto mulai bertanya-tanya kemana wanita menyebalkan dengan saran konyolnya itu berada? Dia yakin Ino sudah mendengar berita tentang Sakura.

Naruto memberikan tatapan tajam ke pria yang baru saja melontarkan candaan yang menurut Naruto juga Kakashi bukanlah candaan yang baik untuk di tertawakan.
.
.
.
.

Waktu masih terlalu panjang. Semua pekerjaan rumah sudah beres, Hinata juga selesai berbincang ringan dengan kakaknya, anak-anak panti yang lucu dan durjana serta.... Ibunya tentu saja, Hinata akan bicara dengan wanita itu setelah dia pulang dari London.

Hari ini, dia akan pergi bersama Sasuke ke suatu tempat. Pria Uchiha itu bilang ada sebuah perlombaan kecil di sudut kota, itu lomba memasak dengan hadiah kecil yang cukup membuat Hinata tertarik mengikutinya.

Please, Marry Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang