26

2.7K 326 8
                                    

Tap bintang dulu baru lanjut baca
———————————— — — – .

Keesokan harinya, di taman rumah sakit, Jey dan Joseph bertemu. Sesuai dengan apa yang ingin Jey katakan. Keduanya memegang cup kopi hangat karena cuaca yang sedang dingin, sepertinya musim dingin akan segera tiba.

"Apa yang ingin kamu katakan" Joseph to the point. Ia tidak tahan jika harus terus berada di luar.

"Saat setelah kakakku memberikan obat itu, hal yang aku ingat selanjutnya aku terbangun di rumah sakit" Jey mulai menjelaskan, Joseph mengangkat satu alisnya. "Lalu?"

"Seharusnya dokter tau bukan kalau pada saat itu aku sedang berada dalam efek obat? Kenapa pihak rumah sakit tidak mengetahui hal itu?" Apa yang di katakan Jey benar, seharusnya obat itu bisa terdeteksi saat dokter memeriksa kondisi Jey.

"Mungkin orang tua mu beralasan kalau kamu sedang kelelahan dan mengalami gangguan metabolisme" Jawab Joseph asal, ia kemudian meneguk kopinya. Sebenarnya ia juga penasaran dengan hal itu. Bagaimana bisa rumah sakit sebesar ini tidak mengetahui adanya kandungan obat di dalam tubuh pasien.

"Tidak mungkin jika orang tuaku beralasan seperti itu, sudah pasti aku mengalami banyak pemeriksaan"

"Kalau begitu biar aku pastikan" Joseph mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. Yang pasti Joseph akan menyelidiki hal ini. Jey bisa mendengar Joseph menyebut kakeknya dalam panggilan. Tak lama pembicaraan itu selesai dan Joseph mulai fokus kembali pada Jey.

"Sekarang aku tanya padamu, apa kakakmu sudah mengetahui hal ini?" Jey menggeleng, sejujurnya ia tidak tahu harus memulai darimana. "Lalu ibumu?"

"Aku sudah menceritakannya semalam saat ibu datang. Ibuku sempat tidak percaya dan syok. Tapi, kemudian ia sadar, ayah memang sudah aneh semenjak keluar dari pekerjaannya"

"Jadi, saat kamu dan adikmu yang masih kecil ayahmu jadi pengangguran?"

"Aku mengerti sekarang, saat itu ayahku di pecat dari perusahaan ayahmu, tuan. Kemudian, ayahku sering kali mendapat tekanan dari keluarganya kalau ia adalah alpha yang gagal. Ayah tidak di akui lagi sebagai keluarga mereka. Ibu yang mengatakannya padaku, saat itulah ayah melampiaskan semua kekesalannya pada ibu"

"Tapi, jika hanya karena dia seorang pengangguran, kemungkinan kecil bisa merubah sifat ayahmu sampai sejauh ini. Bisa di bilang, mungkin ayahmu mengalami masalah internal dari keluarganya yang ibumu atau kamu tidak tau"

Jey setuju dengan apa yang di katakan Joseph. Selama ia tumbuh besar di keluarganya, ayahnya sangat tertutup.

"Jadi, apa ibumu sudah mengerti kalau ayahmu sekarang adalah buronan?"

"Ibu sempat diam beberapa menit. Tapi, jika memang ayah bersalah dan harus di hukum, ibu siap. Ibu memang menyayangi ayah. Tapi ia lebih menyayangi anak-anaknya" Joseph mengangguk, ia menenggak tegukan terakhir kopinya.

"Dan untuk soal kakak. Ibu lebih takut" Jey menunduk menatap sepatunya. Sejujurnya, ia juga takut. Tanpa sadar buliran air matanya menetes, membasahi paha juga tangannya yang semakin erat menggenggam cup kopi.

"Kamu menangis lagi" Tangan Joseph terulur mengusap pipi Jey yang basah. "Apa para omega memang selemah ini?" Kemudian tangannya mengusap kepala Jey. Ia tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Joseph hanya tergerak karena melihat Jey begitu menyedihkan.

"Semua akan baik-baik saja"

.

.

.

.

.

"Direktur"

Christ membungkukkan badannya memberi hormat. "Duduklah dokter" Kata orang tua itu kemudian mendudukkan dirinya di depan Christ.

"Ada perlu apa pak direktur sampai menemui saya seperti ini?" Tanya Christ ragu. Entah mengapa perasaannya tidak enak.

"Saya kemari untuk membawa berita yang kurang enak di dengar. Tapi sebelum itu, saya ingin menceritakan suatu hal pada anda" Christ semakin berkeringat dingin.

"Puluhan tahun yang lalu, tepatnya saat saya masih muda. Saya memiliki keinginan untuk menghilangkan perbedaan kasta antara alpha, beta dan omega. Pada saat itu saya berpikir itu adalah hal yang sangat heroik sampai saya menciptakan sebuah obat penghancur kelenjar feromon. Pada saat saya mempublikasi apa yang telah saya ciptakan, para menteri  menolak mentah-mentah dan di katakan akan membahayakan nyawa seseorang.

Saya sempat putus asa dan tidak mengembangkan lagi apa yang saya ciptakan. Sampai teman baik saya mencurinya dari saya. Saya kehilangan jejaknya dan saya mendengar lagi bahwa obat itu telah di berikan pada seorang calon dokter untuk adiknya yang sedang mengalami kebocoran feromon" Christ menelan ludahnya kasar. Mendengar fakta bahwa yang membuat obat ini adalah direkturnya.

"Ternyata itu anda, dokter Christ. Dan berita buruknya adalah anda akan di tangkap karena penggunaan obat ilegal tersebut"

"Apa?! Direktur Shin, saya melakukannya karena benar-benar tidak tau apa lagi yang harus saya lakukan terhadap adik saya. Ia akan mati jika terus mengalami kebocoran feromon"

"Saya tau dokter Christ. Tapi anda tetap akan menerima hukuman. Dengarkan saya baik-baik.

Anda akan di berhentikan sementara selama beberapa bulan kedepan sampai kasus ini tertutup dengan baik. Anda bertanya mengapa? Karena pada dasarnya saya adalah pencipta benda itu,  jika anda berhasil di tangkap itu juga akan menyeret nama saya juga rumah sakit.

Anda tidak bisa meminta pertanggung jawaban dari dosen anda karena ia sudah mati. Karena itu, hanya saya yang bisa melindungi anda. Tapi dengan syarat, anda jangan muncul di hadapan publik selama beberapa bulan"

"Direktur, kenapa anda melakukan ini? Jika memang begitu saya siap mempertanggungjawabkan kesalahan saya, saya juga berjanji tidak akan menyebut nama anda" Christ berdiri dari duduknya dan membungkukkan tubuhnya sekali lagi.

"Dokter Christ, hal ini terjadi juga karena kecerobohan saya sampai obat itu di curi, lagi pula cucuku telah memiliki adik anda. Jadi, memang sudah sepantasnya saya mempertahankan nama baik keluarga juga usaha yang telah saya bangun. Dan lagi, anda adalah dokter yang berbakat, saya tidak bisa jika membuang anda begitu saja"

Christ menangis dalam diam, ia masih membungkukkan badannya. Ntah mengapa ia benar-benar merasa tidak berdaya. Selain rasa bersalah pada adiknya, sekarang ia merasa bersalah juga pada atasannya. "Terimakasih banyak direktur Shin. Saya akan mematuhi semua perintah direktur. Dan maafkan saya yang telah bertindak gegabah. Karena perbuatan saya, direktur harus menanggung semuanya"

"Tegakkan badan anda, dokter. Setelah kejadian ini, tolong berhati-hatilah pada sesuatu yang akan anda ambil. Sekarang, anda bisa membereskan barang anda dan segera menjalani hukuman" Pria tua itu pun keluar dari ruangan Christ.

Christ membereskan barang-barangnya dengan tangan gemetar. Ia tidak menyangka bahwa tindakannya akan menjadi bencana baginya, dan juga ia telah merepotkan orang lain.

Ia merasa malu dengan dirinya sendiri karena tidak pernah bisa bertanggung jawab atas kesalahannya.





































Loh apa nih, kok alurnya makin tidak jelas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Loh apa nih, kok alurnya makin tidak jelas.

OMEGAVERSE - HYUNLIXWhere stories live. Discover now