18

4.6K 528 14
                                    

Jeyyano terbangun dari tidurnya. Ia bisa lihat matahari sudah tinggi. Demamnya sudah turun tapi kepalanya masih sakit, bahkan lebih parah dari kemarin malam.

Jey mendudukkan dirinya dan bersandar pada kepala ranjang di kamarnya. Jey yakin, seseorang membawanya saat sudah tidur.

Ia mendengar pintu kamarnya di buka. Itu Joseph, tangannya membawa semangkuk bubur dan air putih. "Tuan, kamu tidak perlu melakukan ini. Aku bisa mengambilnya sendiri"

Saat melihat Joseph merepotkan diri sendiri untuk dirinya, Jey berinisiatif bangun dari ranjang. "Duduk dan makanlah denga tenang" Joseph menyodorkan mangkuk bubur pada Jey sedangkan tangannya yang lain meletakkan gelas itu di atas nakas.

Joseph mendudukkan dirinya di pinggiran ranjang sambil menunggu Jey.
"Terima kasih" Kata Jey. Sebenarnya Jey tidak terlalu suka makan bubur. Ia hanya bisa makan setengahnya.

"Hari ini Seth akan datang untuk memeriksamu sekaligus cek rutin feromon" Kata Joseph.

Jey hanya berdehem karna menahan mual yang mengganggunya. Ia tidak bisa makan bubur itu lagi. Tapi Joseph sudah menyiapkan itu untuknya.

Joseph menatap Jey bergantian dengan bubur yang sedang ia makan. Tangannya merampas mangkuk yang di pegang Jey "jangan paksakan dirimu, aku juga tidak akan menghabiskan ini"

Jey berkedip cepat. Ia merasa bodoh karena ternyata Joseph tidak mempermasalahkan itu. Ia menyembunyikan pipinya yang merah karena malu dengan meminum air.

"Kakakmu juga datang"

Uhuk!

Jey tersedak, ia terkejut dengan perkataan Joseph "kenapa?" Tanya nya bingung.

Joseph berdiri dari duduknya dan membawa gelas juga mangkuk itu di tangannya. "Selesaikan urusan kalian" Katanya dan langsung pergi dari kamar Jey.

.

.

.

.

.

Disinilah mereka ber empat sekarang, di ruang tengah. Seth menyiapkan keperluan untuk pemeriksaan, Jey yang duduk di sampingnya hanya memandangi Seth, ia sama sekali tidak berniat tegur sapa dengan Christ.

Sedangkan Christ, matanya sesekali melirik Jey dan juga Joseph yang sedang menatap dirinya. Entah kenapa Joseph melakukan itu.

"Kita pergi dulu, biar Seth fokus memeriksa Jey" Joseph bangkit dan mengajak Christ pergi.

Christ mengikuti Joseph dari belakang, sampailah mereka di kebun belakang rumahnya. Joseph mengambil sebatang rokok dan menyalakannya.

Beberapa menit mereka diam, Joseph hanya fokus menyesap rokoknya hingga tersisa setengah. Sedangkan Christ sedikit bingung dengan situasinya.

"Aku akan kembali" Kata Christ hendak pergi. "Apa kamu ini benar-benar kakak yang baik?" Tiba-tiba Joseph bertanya. "Maaf?"

Joseph membuang puntung rokok dan menginjaknya, kini ia beralih menatap Christ. "Apa karena kamu telah menyelamatkan nyawanya, kamu menganggap dirimu kakak yang baik?"

"Maaf, tuan. Aku tau kamu pasti sudah mengetahui apa yang terjadi antara aku dan Jey. Tapi ini bukan urusanmu"

"Tentu saja sekarang menjadi urusanku. Aku yang membantunya" Joseph memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.

"Lalu apa kamu merasa, kamu adalah orang yang baik sekarang?" Celetuk Christ.

"Tapi nyatanya aku lebih tau semua apa yang terjadi pada keluargamu ketimbang kamu yang notabene putra sulung"
Joseph menunjuk dada Christ. "Apa kamu merasa dengan menafkahi keluargamu, kamu sudah menjadi anak yang baik? Kamu bahkan tidak tau kalau ada serigala di dalam rumahmu"

Christ mengepalkan tangannya "Sial! Kami semua memang serigala. Tapi, apa yang tidak aku ketahui?" Christ menunduk dan menghela nafas "aku tau, aku terlalu sibuk mencari uang sampai-sampai aku hampir tidak peduli dengan kabar keluargaku"

"Lihat, siapa sekarang yang akan menjadi pahlawannya? Dengar Christ, satu persatu keluargamu akan di habisi oleh serigala itu, dan aku sudah mengamankan salah satunya" Joseph tersenyum meremehkan Christ. Ia berjalan pergi masuk ke dalam.

Christ benar-benar tidak tau harus apa. Ia merasa ada sesuatu yang di sembunyikan darinya. Tapi apa dan kenapa?

Tak ingin berdiam diri terlalu lama disana, Christ kembali masuk ke dalam dan segera menemui Jey.

Tepat saat Christ baru sampai di ruang tengah, ia langsung di hadapkan pertanyaan oleh Jey.

"Darimana ayah mendapatkan nomorku? "

"Aku yang memberikannya saat kembali ke rumah di ulang tahun Noah. Mereka semua menanyai kabarmu, jadi aku bilang kepada mereka kalau kamu kehilangan ponsel" Jelas Christ.

Jey memijit pelipisnya, kepalanya yang sakit semakin terasa sakit. Ia tidak bisa menyalahkan Christ karena kakaknya itu tidak tau apa-apa. Jika Christ tau, dapat dipastikan dia akan bertindak secara gegabah lalu membuat masalah baru.

"Kak, aku mohon padamu. Setelah ini, jangan berikan nomorku atau situasi dan kondisiku pada mereka" Jey menatap lurus pada Christ.

"Kenapa? Mereka keluargamu Jey"

"Patuhi saja" Kata Joseph, pemuda itu sedari tadi mengamati sambil membaca hasil pemeriksaan feromon Jey. Sedangkan Seth sudah keluar terlebih dahulu karena dia tidak mau mencampuri urusan mereka.

"Kamu menyembunyikan sesuatu dariku kan Jey?" Kini giliran Christ yang bertanya. "Aku akan mengatakannya padamu jika aku siap, kak. Aku sudah memaafkanmu. Jadi ku mohon, turuti ucapanku"

Christ merasa kedatangannya tidak menyelesaikan apa-apa meskipun ia mendapat maaf dari Jey. Ia berbalik dan pergi. Kali ini Christ bingung, entah harus kecewa pada apa? Dirinya sendiri atau orang-orang di sekitarnya.

Melihat Christ yang sudah keluar, Jey menghela nafas dengan berat. "Kemarilah" Titah Joseph. Jey menghampirinya dan duduk di samping Joseph.

"Ini hasil pemeriksaan feromonmu" Joseph memberikan selembar kertas laporan pemeriksaan. "Ini keluar dengan cepat" Kata Jey sambil mengamati hasilnya.

"Itu karena angka feromonmu sudah menyentuh angka normal. Jadi tidak perlu melakukan pemeriksaan lebih dalam hasilnya akan langsung keluar. Kamu lihat tabel ini" Jari Joseph menunjuk pada tabel angka feromon milik Jey.

"Ini naik dengan pesat. Kamu sudah bisa di katakan omega utuh tapi bukan atau belum dominan. Angka feromonmu belum mencapai kesana, tapi kamu juga bukan lagi seorang resesive. Jadi kemungkinan kamu akan mulai mengalami siklus heat teratur"

Jey mendengarkan penjelasan dari Joseph. Sungguh pria di depannya ini benar-benar membantunya. Di atas rasa sedihnya sekarang, Jey juga merasa bahagia mendengar bahwa ia adalah omega normal.

Jey spontan memeluk Joseph karena rasa bahagianya. Kini seharusnya Jey tidak perlu merasa takut lagi. Joseph terkejut dengan perilaku Jey yang tiba-tiba. Tapi tangannya kini membalas pelukan omega itu.

Joseph merasa ada yang aneh di belakang leher Jey, ia menarik kerah baju Jey perlahan. Joseph terkejut saat melihat ada tanda kepemilikan di tengkuk Jey.

Dan tanda kepemilikan itu adalah miliknya.




































Gimana?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gimana?

OMEGAVERSE - HYUNLIXWhere stories live. Discover now