20

5.8K 484 34
                                    

Jey menggeliat dalam tidurnya. Ia merasa terganggu dengan cahaya matahari. Karena masih mengantuk dan lelah ia tetap pergi tidur, membalik badannya ke lain arah, berharap sinar matahari tak mengganggunya lagi.

Namun ia mendapatkan pemandangan yang cukup membuatnya terkejut. Dada bidang milik Joseph menjadi suguhan di pagi hari. Jey terlonjak dan baru menyadari, lengan itu melingkar di pinggangnya.

"Jam berapa ini? Aku kesiangan" Jey beranjak dari ranjang. Namun lengan Joseph menahannya. Pelukan itu semakin erat di susul suara berat khas bangun tidur "Mau kemana?"

Joseph terbangun. Matanya yang tajam menatap Jey membuat omega itu merasa gugup. "Aku harus bekerja, kamu juga harus pergi" Kata Jey.

Joseph mendudukkan dirinya. Merasa pelukan melonggar, Jey melompat dari ranjang. Lagi-lagi Joseph berhasil menahannya. "Apa siklus heatmu sudah selesai?"

"S-sudah" Jawab Jey. Ia sendiri tidak tau apakah itu sudah selesai atau belum. Joseph menghampirinya, berdiri tepat di belakang Jey. Satu tangannya memeluk pinggang Jey, dan satu tangan lagi sibuk mengecek bagian bawah Jey. "Ini masih basah, siklus heatmu belum benar-benar selesai" Jarinya terus masuk ke dalam.

"A-ah! T-tunggu!" Jey menatap dirinya di depan cermin. Itu memalukan, ia tidak ingin menatap dirinya yang berantakan.
"K-kamu harus pergi bekerja" Jey berusaha melepaskan diri.

"Aku bos nya" Katanya sambil mendorong miliknya masuk. "Eungh! Aku sudah tidak bisa lagi"

"Tidak bisa? Tapi bagian dalammu terasa sangat basah dan panas" Joseph benar, Jey belum selesai dengan heatnya. Itu karena badannya masih terasa sangat panas.

"Berhenti bergerak atau kamu akan kesakitan" Joseph mulai bergerak dengan perlahan. Ia sebisa mungkin menyesuaikan diri dengan kondisi Jey.

Jey merasa badannya sangat ringkih. Mungkin jika Joseph tidak menahannya ia akan terjatuh di lantai. Jey tidak tau kapan ini akan berakhir.

.

.

.

.

.

"Ayah, tempat apa ini?"

"Kamu ingin menjadi terkenal bukan?" Tanya ayahnya kepada si anak.

"Iya! Aku ingin menjadi seorang artis!"

"Kalau begitu ikutlah, kamu akan menjadi seorang aktor nanti"

"Woah! Aktor? Aku akan main film?"
Tanpa menjawab lagi mereka berdua terus berjalan memasuki gedung. Hingga sampailah mereka di salah satu ruangan yang tidak terlalu besar ukurannya.

Banyak peralatan untuk membuat film, seperti kamera, lampu juga baju yang sudah di siapkan oleh staff disana.

"Ini anakku, dia yang akan memainkan adegannya" Orang itu, yang di kenal sebagai sutradara menelisik pemuda itu dari atas sampai bawah.

"Yeah lumayan, tubuhnya juga bagus. Bawa dia dan persiapkan. Sebelumnya siapa namamu nak?"

"Noah William" Katanya sambil membungkukkan badannya. "Baik ikuti dia dan dengarkan arahannya"

Noah menatap ayahnya sebentar kemudian ia mengikuti staff untuk menerima arahan. "Apa yang akan didapat dengan bermain film ini?" Tanya Theo.

"Kamu akan mendapat uangnya dari penonton. Ini aplikasi berbayar, jika filmnya banyak yang menonton, mungkin kamu juga akan mendapatkan lebih banyak bonusnya. Tapi itu tetap akan di bagi oleh perusahaan kami" Theo  mengangguk paham. Satu lagi anaknya bisa menghasilkan uang untuk dirinya.

Sedangkan di tempat lain.

"Kenapa aku harus telanjang?" Tanya Noah kepada staff. "Dengar nak, kita sedang melakukan syuting film dewasa. Kamu sudah cocok dengan kriteria film. Jadi lakukan saja"

"Aku memang ingin menjadi terkenal tapi bukan seperti ini!" Noah berlari menghampiri ayahnya.

"Ayah! Aku tidak ingin melakukan ini. Aku tidak bisa!" Noah menarik baju ayahnya. Ia meminta untuk segera pergi dari tempat itu. Semua orang sedang menatapnya sekarang.

"Apa maksudmu? Bukankah ini mimpimu?" Noah menggeleng "bukan ini ayah. Aku tidak mau" Theo menampar anaknya dengan keras karena telah mempermalukan dirinya.

"Lakukan saja, kamu berani membantahku?" Suara ayahnya yang dalam membuat Noah ketakutan. "Kamu berani melawan seperti kakakmu?"

Noah menggeleng, ia memegang pipinya yang panas. Itu adalah pertama kali ia di tampar ayahnya. "Cepat persiapkan dirimu!" Titahnya lagi.

Mau tidak mau, Noah mematuhi ayahnya. Ia kini tengah telanjang, seluruh kamera dari berbagai sudut mengambil gambarnya. Tak lama lawan main prianya datang, ia menyentuh Noah di depan banyak kamera.

Noah ingin berteriak, ia menatap ayahnya dengan wajah memelas, memohon agar ayahnya dapat berubah pikiran dan membawanya pergi dari sini.

"Aku takut"































"Aku takut"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
OMEGAVERSE - HYUNLIXWhere stories live. Discover now