9

5.6K 536 4
                                    

"Makan lah, Jey" Untuk ke sekian kalinya Agra menyodorkan sepiring makanan kepada Jey.

Jey benar-benar seperti orang yang kehilangan jiwanya. Dia bahkan tidak bergerak dari tempat duduknya, hanya menatap keluar jendela besar rumah Joseph.  Terhitung sudah 3 jam lamanya dia seperti itu.

Agra menatap Joseph dan menggeleng. Joseph mengisyaratkan Agra untuk keluar membiarkan mereka berdua "Hubungi Demian, beritahu dia kalau teman pacarnya ada di sini" Agra pun segera pergi dan melaksanakan perintahnya.

Joseph manatap lurus pada Jey "Mau sampai kapan kamu akan begiu terus? Makan makananmu, temanmu akan segera datang" Katanya dingin.

"Kenapa kamu bersikap seperti ini? Temanmu akan menyalahkanku karena melihatku memperlakukanmu tidak baik" Joseph kesal. Dia merasa diacuhkan, tidak ada orang yang berani mengacuhkannya. Tapi orang ini?

Joseph mendekat, ia menangkup pipi Jey sedikit kasar karena kesabarannya habis.  Satu tangannya mengambil sesendok makanan dan hendak menyuapkannya pada Jey, namun yang ia lihat membuat ia kembali menaruh sendok itu dan menatapnya sedikit lama. Jey meneteskan air matanya.

Ekspresi dari omega itu tidak dapat di sembunyikan. Entah sudah berapa lama ia menahan perasaannya. Joseph menghela nafas, ia mendudukkan diri di samping Jey. Menaruh kepala itu di bahunya, mencoba sedikit menenangkan perasaan Jey.

Tidak ada yang Joseph lakukan, dia hanya meminjamkan bahunya untuk bersandar. Jey hanya terus menangis. Joseph lelah karena terus mendengar tangisannya, ia pun berinisiatif menenangkan Jey dengan feromonnya. Feromon Joseph keluar cukup halus dan itu sangat membantu.

Tangisan Jey mereda, bahkan perlahan pemuda itu terlelap. Joseph membiarkan posisi itu sambil menunggu teman Jey datang. Jujur sebenarnya bahu dan lengannya sudah kram. Tapi mengingat betapa sakitnya perasaan anak ini membuat Joseph merendahkan hatinya.

Menit terus berlalu sampai akhirnya Agra masuk ke dalam di susul oleh Demian dan Clay. "Astaga Jey" Bisik Clay karena tidak ingin membangunkan temannya.

"Dia baru saja tertidur, biarkan dia istirahat dulu" Kata Agra. "Bagaimana bisa?" Tanya Clay. "Kita akan tau saat Jey menceritakan semuanya sendiri" Jawab Agra.

"Kalian bisa istirahat disini sambil menunggu dia bangun" Joseph beralih membopong Jey dan membawanya ke kamar tamu.

.

.

.

.

.

Malam hari Jey terbangun. Di sinilah dia sekarang, di meja makan. Menyantap makanan yang Joseph siapkan. Ia di temani Clay. "Makanlah yang banyak, habiskan saja semuanya" Clay di beritahu kalau Jey tidak mau makan sejak kembali dari tempat lelang.

Setelah selesai dengan makan malamnya, mereka semua berkumpul di ruang tengah. Mendengarkan penjelasan Jey. "Aku akan mengembalikan uangmu" Kata Jey.

Joseph diam sejenak "300 juta tidak sedikit" Katanya. "Aku akan mencicilnya, terimakasih sudah menolongku"

"Hmmm.. Aku akan membantumu membayar setengahnya, bagaimanapun juga aku yang menawar terlalu mahal" Sahut Agra.

"Tidak perlu, aku yang bertanggung jawab untuk ini" Tolak Jey.

Joseph menghela nafas dan berkata "kenapa kalian membuat keputusan sendiri, akulah orang yang telah mengeluarkan uang. Mencicil uang sebanyak itu memakan banyak waktu, kamu tidak akan bisa mengembalikan uangnya sampai kamu mati pun"

"Aku bisa, Tuan. Aku akan mengembalikannya"

"Begini, karena aku sudah membayar dengan banyak. Sangat percuma kalau aku membiarkanmu begitu saja" Semuanya terdiam dengan perkataan Joseph.

"Bekerjalah disini" Singkatnya, tangannya mengamit rokok dan menyesapnya.

"Maaf?" Tanya Jey bingung.

"Kamu bilang ingin menebusnya bukan? Bekerjalah disini. Aku tetap memberimu gaji"

"Tapi, aku sudah memiliki pekerjaan"

"Bekerjalah disana dan cicil uang sebanyak itu. Atau bekerja disini, aku akan menganggap semuanya lunas, dan kamu tetap mendapatkan gaji"

Jey menatap Clay, dia bingung. Jika dia disini sama saja dia di perbudak bukan? Tidak, seharusnya tidak karena dia tetap mendapatkan gaji.

"Itu bukanlah pilihan yang sulit. Bahkan Agra yang bodoh pasti akan memilih opsi kedua" Joseph masih sibuk menyesap rokoknya. Tidak peduli dengan omelan angin dari Agra.

"Aku... Bagaimana dengan Clay? Aku tinggal bersamanya"

"Biarkan dia tinggal dengan Demian, apa susahnya?" Nada suara Joseph mulai meninggi. Sungguh, orang ini memiliki kesabaran yang sangat tipis.

"Tak apa Jey. Kita masih bisa bertemu. Kak Demian juga bekerja disini" Clay mengelus lengan Jey berusaha meyakinkan.

"Aku ingatkan sekali lagi. 300 juta bukan nominal yang sedikit"

Jey menelan ludahnya. Apakah pada akhirnya dia terjebak dengan orang ini?

.

.

.

.

.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
OMEGAVERSE - HYUNLIXWhere stories live. Discover now