16

4.5K 479 10
                                    

Hari terus berlalu hingga tak terasa sudah satu minggu setelah Jey bertemu dengan Christ. Hubungan mereka sedikit renggang setelah Christ mengatakan semua kebenarannya.

Beberapa kali Christ mengirim pesan dan mencoba menghubungi Jey. Tapi Jey yang masih ingin sendiri tidak menghiraukan kakaknya.

Selama itu juga tidak ada hal buruk terjadi. Sesekali Clay datang menemui Jey hanya untuk sekedar menemani dan mengobrol.

Rumah besar itu terasa sepi. Tiga hari yang lalu Joseph pergi dinas ke luar kota, Jey tidak tau pastinya sampai kapan. Ia hanya bertugas untuk menjaga rumah.

Hari ini, Jey meminta Clay untuk datang, tapi pemuda itu beralasan sedang sibuk dengan tugas kuliah menjelang akhir semester. Makin kesepian lah dirinya.

Karena sudah tidak ada lagi pekerjaan yang harus ia lakukan, Jey memutuskan menonton drama di ruang tengah sambil memakan camilan.

Sesekali ia teringat dengan Noah, adiknya. Dia telah berulang tahun, bertepatan dengan perginya Joseph ke luar kota. Tapi Jey bahkan tidak bisa pulang atau hanya sekedar mengucapkan selamat kepada adiknya.

Jey merasa buruk, tapi ia juga sedang dalam situasi yang tidak baik.

Fokusnya pada televisi teralihkan saat ia merasakan ponselnya bergetar. Itu panggilan masuk dari nomor tak di kenal. Ia pun mengecilkan volume tv dan mengangkat panggilan.

"Halo?"

"Halo sayang"

Deg!

Mendengar suaranya yang tak asing membuat seluruh badan Jey gemetar. Aliran darahnya terasa di pompa dengan cepat. Perasaan tak enak datang menyelimuti dirinya, ini tidak nyaman.

"Aku dengar kamu tinggal dengan seorang pengusaha kaya raya yang cukup terkenal"

"Apa mau mu ayah?" Jawab Jey berusaha menahan suaranya yang bergetar. Iya benar, pria yang menelpon Jey saat ini adalah ayahnya.

"Begini, aku minta maaf karena telah menjualmu"

Ayahnya diam sebentar sebelum melanjutkan.

"Tapi sesungguhnya Jey. Uang yang aku terima dari pria itu sedikit, bahkan rasanya lebih untung mereka karena mendapatkan uang dari priamu"

Darah Jey mendidih mendengarnya. Ayahnya sama sekali tidak pernah menyesali apa yang telah ia perbuat.

"Jadi, bisakah kamu mengirimi ku uang? Sebagai pengabdianmu kepada orang tua yang telah merawatmu —"

"Dan yang telah menjualku" Jey memotong perkataan ayahnya. Jey menarik nafas dalam dan mencoba memberanikan diri. "Ayah berhenti lah bertindak semena-mena. Tidak kah kamu sadar apa yang telah kamu lakukan selama ini itu salah? Ibu tidak mengetahuinya kan?"

"Bicara apa kamu bocah?!" Terdengar suara ayahnya memelan dan mengintimidasi.

"Kamu adalah seorang kriminal" Air mata Jey menggenang saat mengatakan itu. Ketakutan Jey terhadap ayahnya sama sekali tidak berkurang.

"Bocah sialan! Apa yang kamu tau hah?! Sekarang kamu ingin melaporkannya? Mengatakan semuanya pada ibumu hah?!Sebelum kamu melakukan itu, aku akan lebih dulu membunuhmu. Lihat saja nanti, dasar bocah kurang aj—"

Pip

Jey memutuskan panggilan sepihak. Ia benar-benar takut. Dari mana ayahnya mendapatkan nomor Jey? Bagaimana kalau ayahnya bisa menemukan Jey? Apa pelariannya selama ini sia-sia?

Ia baru saja merasa hidup dengan tenang, sekarang apa lagi? Jey melihat ke sekitar. Apa rumah ini bisa melindunginya? Atau Joseph yang bisa nelindunginya? Tidak, ia tidak bisa merepotkan pria itu lagi.

Jey terus menangis, membayangkan bagaimana sosok ayahnya. Tontonan di tv bahkan tidak ada artinya lagi. Ia memilih meringkuk dan menutup telinga. Bibirnya mengeluarkan isak tangis yang pilu.

Ia takut jika ayahnya akan membawanya kembali.

Jey merasa dirinya kecil di rumah ini.
Ia hanya bisa menangis, berharap rasa takut dan cemas itu berkurang lewat tangisannya. Sampai ia lelah dan tertidur di sofa dengan tv yang masih menyala.

Dia hanya berharap besok saat ia terbangun dunia tetap berjalan biasa saja.


























Ramein

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Ramein

OMEGAVERSE - HYUNLIXHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin