Embun Freya Jovanka, seorang remaja berumur enam belas tahun yang selalu mengejar segala keinginan kedua orang tuanya. Meskipun hidup yang di miliki bak seorang putri raja, namun ia hanya ingin bebas dan mengepakkan sayap, seperti kebanyakan remaja...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ramaikan setiap paragraf dengan isi komentar dari kalian ya dimples kesayangan 😘😘
Happy reading guys
Jangan lupa vote, komen, And share biar aku tambah semangat 💕💕💕
Kalau ada typo tandain jangan lupa tandain ya, soalnya ini belum sempet aku revisi ulang. Tapi udah keburu diupdate
🍓🍓🍓
Bagian 007
BREAK
“Sama kamu memang banyak berantemnya, tapi kalau nggak sama kamu aku nggak bisa.”
-Melviano Vicktor Pradipta.
Sebuah batuan kecil mengenai jendela kaca yang berada dilantai dua kamar A6 milik Embun beserta ketiga temannya. Embun yang baru saja keluar dari kamar mandi dan mengusap surainya itu merasa heran. Siapa yang pagi-pagi sudah membuat ulah dengan melempari jendela kamar mereka? Batinyya.
“Bun apa sih, sial bener pagi-pagi udah ganggu!” geram Chelsea sembari menenggelamkan seluruh kepalanya dibalik bantal empuk yang semula ia kenakan. Ketiga teman gadis itu masih terlelap dalam mimpi indah mereka.
Embun segera berjalan menuju arah balkon kamar sembari menyampirkan handuk kecil di pundaknya. Gadis cantik itu menipiskan mata ketika melihat sosok laki-laki yang sedang melambaikan tangan dengan senyum merekah telah menyapa paginya. Dengan segera tangan mungil itu bekerja sangat lihai. Menutup kembali pintu balkon yang bermatrai kaca tebal dan kaki yang melangkah cepat disertai hentakan yang berirama.
“Viannn!” pekik Embun tertahan, sembari menabrak tubuh kekar milik kekasihnya.
Sama halnya seperti Embun, laki-laki tampan itu mendekap tubuh mungil yang baru saja menghampirinya. Melviano tersenyum tulus sembari mengusap lembut punggung kecil gadis itu. “Bahagia banget ya ketemu cowok ganteng?” gurau Melviano, sedikit mengurai pelukan mereka.
Embun mendongak, menatap wajah tampan sosok dihadapannya yang telah menunggu kehadiran gadis tersebut selama beberapa saat lalu disebuah taman yang berada diarea asrama milik mereka. “Coba popo dulu,” pinta remaja itu tampak berbeda dengan biasanya.
Melviano mengusap lembut wajah cantik gadis dihadapannya. “Kamu kenapa eum? Tumben banget manja, nggak kayak biasanya.” Namun bukannya menjawab Embun semakin menenggelamkan wajahnya pada dada bidang sang kekasih.