Bagian 006

309 126 183
                                    

Ramaikan setiap paragraf dengan isi komentar dari kalian ya dimples kesayangan 😚😘

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ramaikan setiap paragraf dengan isi komentar dari kalian ya dimples kesayangan 😚😘

Jangan lupa vote biar aku tambah semangat up nyaaa 😭😭

🍓🍓🍓

Bagian 006

“ASRAMA, AKU, DAN KAMU.”

“Cemburu itu pasti ada, tapi gue juga nggak bisa apa-apa.”

-Felix Fransisco.

Suara ketukan tiga kali yang sudah tidak asing lagi bagi keenam remaja laki-laki tersebut, membuat mereka membelalakkan pupil dengan sepontan. “Anjing, ketua asrama.” Lirih Felix membuat keenam remaja itu semakin menjadi-jadi, sedangkan Embun yang tidak
tahu apa-pun hanya menyimak tak bersuara.

Melviano tidak lagi menghiraukan rasa sakit itu. Sesuatu yang bersemayam pada pikirannya kali ini hanyalah bagaimana caranya Pengurus Asrama tidak memergoki kehadiran gadis tersebut sehingga dapat menghukumnya karena telah melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Dengan cekatan laki-laki tersebut menatik tubuh Embun dan menutupinya menggunakan selimut lebar berwarna putih bersama dirinya yang ikut berbaring.

Setelah mengetuk pintu seperti rutinitas, ketua asrama membuka kenop pintu meski tanpa izin sekalipun. “Kalian, kenapa bisa pulang duluan?” curiga pria tersebut. Reyhan, Keenan, Felix, dan juga Gibran saling melempar pandang. Menatap satu sama lain guna mencari alibi yang masuk diakal.

“Maaf Kak kami masuk asrama sebelum waktunya.” Ucap Felix sembari berdiri dari
tempat duduknya. “Karena kaki Melviano terkilir, jadi kami antar dia pulang duluan.” Jelas Felix kali ini, begitu nyata.

“Maaf Kak, Melviano baru aja tidur jadi kami nggak berani buat ganggu dia. Takut insomnia-nya kambuh.” Kali ini adalah Keenan yang berucap sembari menghadang sang
ketua asrama yang hendak mendekati laki-laki tersebut. Memastikan apakah alasan yang
diberikan oleh keempat remaja tersebut benar-benar nyata atau tidak.

“Ukhuk! Ukhuk!” kali ini Tobby yang ikut andil. Alasan utama sang ketua menghampiri kamar mereka adalah untuk memastikan bagaimana dengan kondisi remaja tersebut setelah memeriksakannya tadi malam, apakah sudah ada perubahan?

Pria berseragam itu menghampiri Tobby dan menyentuh kening laki-laki tersebut. “Saya akan kembali lagi setelah jam makan sore, dan membawa obat penurun panas, segera.”
Jelas sosok itu. “Kalian, saya sarankan agar cepat pulang ke area sekolah.” Perintahnya yang langsung diangguki oleh keempatnya.

Embun menatap setiap inci wajah Melviano. Ternyata ketampanan yang dimiliki akan
bertambah berkali-kali lipat jika dipandang dari jarak dekat. Begitupun Embun, laki-laki yang kini tengah mendekap erat tubuh mungil gadis itu hanya dapat tersenyum jenaka lewat celah selimut yang sengaja ia biarkan. Raut wajah ketakutan, sekaligus bingung akan kondisi yang sedang terjadi saat ini mendominasi dirinya, alasan sederhana yang mampu membuat sosok Melviano Vicktor Pradipta semakin tergila-gila untuk mencintainya.

Sang Pradipta Where stories live. Discover now