Bagian 005

311 128 159
                                    

Ramaikan setiap paragraf dengan isi komentar dari kalian ya dimples kesayangan 😚😘

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ramaikan setiap paragraf dengan isi komentar dari kalian ya dimples kesayangan 😚😘

🍓🍓

Bagian 005

“COFFEE SHOP DAN TUAN PUTRI.”

“Kalau keluarga kamu nuntut kamu buat jadi lelaki super power, kamu boleh jadi
kebalikannya kalau sama aku.”
-Embun Freya Jovanka

DAMIAN menghajar salah satu anggota perwakilan kelasnya yang telah membuat
kesalahan. “Bangsat lo ya!” umpat laki-laki itu sembari menendang kuat bagian perut
Adi—murid yang menjegal kaki Melviano dengan sengaja.

“Lo udah buat malu gue, selaku kapten kelas, babi!” bentak Damian kembali.

Baim selaku sahabat Damian yang baru datang tampak begitu kualahan melerai sahabat satunya itu. Damian tipikal orang yang tenang, namun jika ada seseorang yang mengusik dirinya ia akan benar-benar tidak akan tinggal diam, dan akan memberantas masalah tersebut hingga akar-akarnya. “Damian berhenti bangsat! Lo bisa masuk BK!” lerai
Baim. Menarik jauh sahabatnya dari sesuatu yang dapat merugikan tersebut.

“Tenang bro kita bicarakan baik-baik dulu.” Peringatnya kembali.

Damian mengusap kasar wajahnya yang tampak memerah. “Banci!” hina Damian,
memandang Adi dengan penuh emosi.

🎀🎀🎀

Sedangkan diposisi lain, Embun tampak begitu panik dengan keadaan Melviano yang tidak baik-baik saja, gadis itu menangis ketika mendapati wajah laki-laki itu memerah dengan sempurna akibat menahan rasa sakit. Ia tidak menangis, lagi pula Melviano Vicktor Pradipta adalah seorang Atlet dan hal seperti ini sudah tidak asing lagi bagi dirinya.

Setelah beberapa menit berada didalam ruang UKS melakukan perawatan, beberapa orang dokter yang telah mengurusi laki-laki itupun akhirnya keluar, dan disusul oleh Embun
yang dengan seketika berlari menuju kearah dalam dimana ruangan sosok tersebut berada.

Melviano yang semula menutupi wajahnya dengan lipatan tangan akhirnya menoleh
dan mendapati Embun yang sudah menangis sesenggukan sembari menenggelamkan wajah
pada tangan yang ia lipat diatas brankar laki-lakinya.

Melviano mengulurkan tangan sembari terkekeh halus, mengusap puncak kepala
seorang gadis manis yang entah sejak kapan sudah menumpahkan air mata tersebut.
“Cengeng banget ya, ternyata.” Ejeknya namun tidak mendapat respon apapun.

Kemudian Melviano memilih untuk mendudukan diri dan menarik sang gadis untuk naik diatas brankar. Melviano mengusap pelan wajah Embun yang sudah terlihat berantakan itu dengan terkekeh. “Kok nangis, kenapa? Pinggangnya masih sakit gara-gara jatuh tadi?” ucap Melviano yang justeru menghawatirkan keadaan sang gadis yang sempat terjatuh ketika berada diatas tribun tadi.

Sang Pradipta Where stories live. Discover now