chapter 15

2.5K 136 11
                                    

Di sebuah rumah sakit tepat nya di depan ruang instalasi gawat darurat. Duduk lah seorang laki laki di kursi tunggu yang ada di sana.

Laki laki itu duduk termenung memikirkan apa yang baru saja dia dengar. Pikiran nya berkecamuk memikirkan apa maksud dari semua ini.

Tak lama datang lah seseorang yang sudah mengganti pakaian nya dari pakaian sebelum nya yang penuh noda darah.

Seseorang itu duduk di samping laki laki yang melamun itu. Seseorang itu menepuk bahu laki laki itu pelan hingga dia tersadar dari kegiatan melamun nya.

" Esha? Bagaimana? Apa ada dokter yang keluar lagi? "

Laki laki yang baru saja dipanggil itu menolehkan pandangannya pada seseorang yang mengajak nya bicara.

" Iya. Dokter Yuta bilang pasien atas nama Harsa sudah selesai diobati dan keadaan nya sudah stabil. Tadi dokter Yuta memberikan obat penenang agar pasien bernama Harsa itu tertidur. Pasien bernama Harsa itu tadi berteriak histeris, sepertinya dia baru saja mengalami hal buruk. Karena nya dokter Yuta memberikan obat penenang agar pasien bernama Harsa itu bisa tenang dan beristirahat "

Bian mendengar dengan seksama. Namun mendadak perasaan nya tidak menentu saat mendengar Esha selalu menekan nama Harsa saat dia menyebut nya.

Bian terdiam kaku saat Esha menatap nya intens setelah selesai berbicara. Bian dibuat panik saat mata Esha berubah berkaca kaca dalam sekejap.

" Ternyata kak Bian tahu benar keadaan Harsa. Lalu kenapa kakak bertanya tentang Harsa tadi siang? Lalu apa yang terjadi sampai Harsa harus masuk rumah sakit seperti ini? "

Bian hanya diam, dia belum bisa menjawab semua pertanyaan Esha.








Sebelum nya...

" Dengan keluarga Harsa? "

" Saya kakak nya dok. Bagaimana keadaan adik saya? "

Meskipun Esha tidak dapat memastikan kalau Harsa yang dokter Yuta katakan itu benar adik nya atau bukan, tapi Esha harus tahu keadaan kekasih dari sahabat nya Bian bukan.

" Luka luka yang didapat pasien untung lah tidak terlalu dalam. Semua luka sudah diobati, namun ada satu hal yang harus kami pastikan nanti setelah pasien beristirahat. Sepertinya pasien sempat mengalami kejadian tidak mengenakan dilihat dari luka luka yang tidak wajar. Pasien tadi sempat pingsan sebelum ditangani dan setelah sadar, pasien mengalami panik jadi kami terpaksa memberikan obat penenang agar pasien bisa beristirahat. Pasien akan segera dipindah ke ruang rawat dan bisa dijenguk jika sudah siuman "

" Terimakasih dokter Yuta. Saya mengerti. "

" Baiklah dokter Esha, saya pamit lebih dulu "







Esha bangkit berdiri setelah hanya kebisuan yang didapat dari Bian. Esha ingin melihat sebentar pasien bernama Harsa itu untuk memastikan apakah benar dia adiknya atau bukan.

Beberapa langkah berjalan, Esha mendengar suara lirih dari Bian. Tanpa berbalik, Esha berkata sesuatu sebelum melanjutkan langkah nya.

" Maaf... "

" Di samping kakak ada teh, mungkin sudah dingin. Kalau kakak mau bisa diminum nanti "

Tinggalah Bian sendiri disana. Bian sungguh tidak enak pada Esha karena sudah membantu Virendra menyembunyikan Harsa.

Bian menghela nafas panjang kemudian menutup mata nya. Bian bersandar pada kursi untuk menenangkan diri nya.

Waktu berlalu begitu cepat hingga 2 jam berlalu dan waktu menunjukkan pukul 4 pagi. Bian membuka mata nya,  melihat lampu ruang operasi yang masih menyala.

aku dan rasa sakitku (End)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt