chapter 10

2.8K 135 6
                                    

Di kantor, Virendra kalang kabut menghubungi Harsa. Perasaan nya semakin tidak menentu karena menjelang malam, Harsa belum juga memberi kabar.

" Harsa... dimana kamu sayang. Kenapa tidak bisa dihubungi! Arghhh sial "

Virendra segera menelpon seseorang. Butuh waktu cukup lama sampai seseorang yang Virendra telpon mengangkat telpon nya.

" Darimana saja kau! "

" Hey calm down boy. Aku baru saja selesai operasi pasien. Ada apa menelpon ku? "

" Bian, saya minta tolong lacak gelang kaki milik Harsa "

" Harsa? Pemuda manis itu? Dia kenapa? "

" Dia pergi untuk mengunjungi orang tua nya. Awalnya saya meminta dia untuk menunggu saya menyelesaikan pekerjaan kantor. Tapi dia tetap bersikeras pergi. Saya tidak bisa menahan nya. Dia sudah pergi dari pagi. Sekarang sudah malam, saya tidak bisa mendapat kabar apa pun dari Harsa. Bodyguard yang saya perintahkan menjaga Harsa juga tidak ada kabar sama sekali. Saya sangat khawatir. Tolong bantu saya melacak gelang kaki Harsa "

" Tenang lah. Aku sudah mulai melacak keberadaan Harsa. Tunggu 15 menit. Aku akan ke mansion dan memberi tahu kabar Harsa "

" Baiklah. Terimakasih Bian "

Virendra segera membereskan barang nya kemudian keluar ruang kerja nya. Saat keluar dia melihat sekretaris nya sedang mengerjakan berkas.

" Saya akan pulang. Kamu tolong urus urusan kantor sementara waktu "

" Baik pak Vi "

Sekretaris perempuan itu tersenyum manis pada Virendra. Virendra mengangguk kecil kemudian berlalu.

Baru beberapa langkah, Virendra berhenti berjalan tanpa membalikkan badan nya dan berkata...

" Jika sampai terjadi sesuatu pada tunangan saya, kamu berakhir di tangan saya "

Virendra langsung pergi setelah mengucap kan kalimat. Sementara sekretaris perempuan itu langsung menegang di tempat nya.

" Sial, aku ketahuan "

Perempuan itu segera mengirimkan pesan pada seseorang kemudian pergi untuk membeli kopi sambil menenangkan diri.

Cepat selesaikan urusan mu, Jazziel.














•••


Virendra mengendarai mobil nya dengan tidak santai. Beberapa lampu merah dia langgar sangking cemas nya.

Sampai di mansion, ternyata mobil Bian juga sampai bersamaan dengan mobil Virendra. Virendra masuk ke mansion diikuti Bian.

Mereka berdua segera duduk di sofa. Bian segera membuka laptop nya dan kembali melacak keberadaan Harsa. Virendra duduk dengan gelisah.

" Sial, saya sangat cemas dengan keadaan Harsa. Arghh brengsek! "

Teriakan Virendra mengangetkan Bian yang sedang fokus melacak Harsa.

" Bisakah kau diam boy! Kau membuatku kaget, sialan "

" Maaf maaf, saya terlalu cemas "

Bian menggelengkan kepalanya pelan kemudian kembali fokus melacak Harsa. Butuh waktu beberapa menit sampai layar laptop Bian menampilkan lokasi dimana Harsa berada.

" Sial, Harsa berada di genggaman Jazziel "

" Apa! Jazziel Harfandi? "

" Ya. Siapa lagi "

aku dan rasa sakitku (End)Where stories live. Discover now