chapter 13

2.3K 135 5
                                    

Virendra memarkirkan mobil sport nya pada sebuah bangunan tua di dekat hutan. Virendra keluar dari mobil nya kemudian berjalan ke bagasi mobil nya.

Virendra membuka bagasi mobil kemudian mengeluarkan karung besar yang ada di bagasi itu. Virendra membawa karung itu pundak nya dan menutup bagasi mobil.

Dengan langkah angkuh dan tatapan tajam, Virendra berjalan memasuki gedung tua itu. Virendra sudah berjaga jaga jika para penjaga yang ada disana akan menyerangnya.

Namun di luar dugaan, para penjaga itu beraktivitas seperti biasa. Mereka membiarkan Virendra masuk dengan tenang. 

Virendra sedikit mengernyit namun tetap berjalan hingga sekarang sudah berada di dalam gedung tua itu.

" Oho siapa ini yang datang. Selamat datang yang terhormat tuan Virendra "

Muncullah seorang pria dari sebuah ruangan. Pria itu menghampiri Virendra dan berdiri tepat di depan Virendra. Pria itu mengernyit saat melihat Virendra membawa sebuah karung besar di bahu nya.

" Ck. Dimana bajingan Jazziel? "

" Tidak sabaran sekali. Ikutlah dengan ku. Aku akan menunjukkan dimana boss berada "

Pria itu berjalan lebih dulu diikuti Virendra. Melewati lorong lorong dan sampai pada sebuah tangga menuju ruang bawah tanah.

" Dengar Zeo, jika terjadi sesuatu dengan Harsa. Kuhabisi kalian semua "

" Silahkan bermimpi tuan Virendra "

Mereka terus turun pada tangga sepi itu. Hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar.

" Sayang sekali kau lebih milih bajingan itu daripada harus bersama dengan Bian "

" Diam Virendra! Ini pilihan ku. Kau dan pria brengsek itu tidak tahu apa apa soal ku. Jadi jangan menganggu ku "

Jujur saja, Virendra sedikit terkejut dengan reaksi pria bernama Zeo yang sedang berjalan di depan nya itu.

Zeo tadi sangat tenang bahkan hanya sedikit mengernyit saat mendapati Virendra membawa karung yang hanya Virendra yang tahu isi karung itu.

Tapi setelah Virendra menyebut nama Bian, seketika Zeo berubah menjadi penuh amarah yang bisa meledak kapan saja. Juga nada bicara yang sarat akan kebencian.

" Baiklah saya akan diam. Tapi kau perlu tahu satu hal. Saya akan menyampaikan nya. Kalau pria yang kau sebut brengsek itu masih mencintai dan menunggu mu kembali. Saya tahu dia memang bodoh tidak mencari tahu dulu kebenaran nya. Dan ya, dia menerima penyesalan nya sekarang. Kalau ada waktu kalian bertemu, saya harap kau dan Bian bisa berbicara baik baik, dan menyelesaikan permasalah kalian. Saya tidak tega melihat Bian hancur seperti itu. Kau pun sama, sampai terlibat dunia kelam ini karena kesalahpahaman yang belum tuntas "

Zeo tiba tiba berhenti berjalan membuat Virendra juga ikut berhenti. Virendra bisa melihat Zeo mengepalkan tangan nya kuat.

" Diam lah Virendra, kau terlalu banyak biacara "

Virendra dapat mendengar suara Zeo yang bergetar. Virendra juga bisa melihat punggung Zeo yang bergetar.

Zeo menenangkan diri nya. Setelah itu menghapus air mata yang sempat dengan lancang nya keluar. Virendra masih tetap memperhatikan setiap pergerakan Zeo dalam diam.

Zeo kembali berjalan diikuti Virendra yang juga kembali mengikuti Zeo dengan tenang tanpa ada satu pun dari dua orang itu yang membuka percakapan.

Sampai di sebuah ruangan. Zeo membuka pintu dan masuk. Virendra sepintas mencium bau darah, tangan nya mengepal.

aku dan rasa sakitku (End)Where stories live. Discover now