10

2.8K 168 14
                                    

Aroma menyengat obat-obatan, suara berisik dan gumanan-gumaman tidak jelas mengusik tidur Ceisya. Berusaha keras membuka matanya yang terasa berat. Keningnya mengernyit begitu membuka mata dan menemukan langit-langit yang tampak asing di depannya.

Memutar kepalanya ke sekitar, ia pandangi sekeliling. Dan lipatan di keningnya kian bertambah saat ia benar-benar tak mengenali sekitar.

"Bu Ceisya, anda sudah sadar?"

Ceisya bergumam menjawab. "Suster,... saya..?" Tanyanya dengan tubuh berusaha bangkit. "Bagaimana bisa saya ada di sini?" Tambahnya, berusaha mengingat apa yang terjadi padanya. Karna seingatnya, ia tadi sedang bekerja lalu ia harus bolak-balik ke toilet karna mual dan pusing.

"Kemarin anda tidak sadarkan diri, jadi di larikan ke rumah sakit ini."

Akh, Ceisya ingat. Saat ia hendak kembali ke mejanya mendadak kepalanya berkunang dan berat. Sekuat tenaga menjaga kesadarannya. Ceisya bahkan belum sempat meminta tolong saat sesuatu yang gelap menyergapnya. Membuatnya tidak ingat apa pun selain kematian. Bahkan Ceisya kira dia akan mati saat kegelapan  itu mengurungnya. Mengambil alih semua kesadarannya.

"Tidak perlu di pikirkan Bu Ceisya, anda baik-baik saja." Ujar suster kembali menarik perhatin Ceisya, dia menoleh dan menatap suster yang kini tengah sibuk melepas infus di tanganya.

"Apa,... apa yang dokter katakan tentang kondisi saya, sus?" Tanya Ceisya. Memperhatikan lebih serius pada suster yang tengah sibuk itu.

"Mungkin sebentar lagi dokter akan menjelaskan tentang kondisi anda. Anda tidak perlu khawatir. Tunggu sebentar ya, saya akan panggilkan dokter."

Ceisya hanya tersenyum menanggapi jawaban dari suster di sampingnya. Semua penjelasan singkat suster itu pun tak membuatnya merasa tenang. Yang ada dia malah merasa khawatir dan takut. Apa ada penyakit serius yang tengah ia idap? Atau, apa tubuhnya bermasalah karna akhir-ahir ini dia sering merasaka kejanggalan?

"Selamat pagi, Bu Ceisya?" Sapaan bernada ramah dari pria berjas putih membuat Ceisya tanpa sadar meremas selimut yang membungkus setengah tubuhnya.

"Dokter, saya,.." Dia bingung ingin memulai pertanyaan dari mana saat rasa takut kini kian menyerang.

"Tidak perlu khawatir Bu Ceisya, keadaan anda baik-baik saja. Anda tidak perlu khawatir." Ujar Dokter yang bisa Ceisya lihat bernama Naira di name tagnya.

"Benarkah?" Tanya Ceisya yang masih terlihat tidak percaya. Bagaimana mungkin dia baik-baik saja jika-

"Untuk saat ini kondisi anda baik-baik saja. Tapi akan lebih baik jika anda memeriksakan kondisi anda lebih lanjut di dokter kandungan."

"Maaf?" Ceisya yakin jika pendengarannya pasti tengah bermasalah. "Dokter kandungan?"

"Oh, maaf. Apa suster Airin tadi belum mengatakan jika anda hamil?"

"H-hamil?"

Tidak ada yang lebih mengejutkan selain kabar yang ia terima pagi ini. Di tengah badai yang tengah menerpa hidupnya. Membuatnya terombang-ambing tak tentu arah dan tujuan, bagaimana bisa ia kembali menerima kabar seperti itu?

Ceisya tidak bisa lagi mendengar segala penjelasan dokter di depannya, karna kini ia sedang sibuk dengan segala pikian-pikiran yang memenuhi kepalanya. Segalanya berisik, sibuk dan berantakan. Bahkan saat ia diijinkan keluar, pulang, Ceisya masih tampak linglung.

Ia hanya diam. Duduk di kursi tunggu dengan pikiran yang masih berisik. Dia bahkan tak banyak bertanya saat suster mengatakan jika ia bisa langsung pulang tanpa memikirkan segala biaya perawatannya selama di rumah sakit. Ia tak banyak bertanya atau ingin tahu siapa yang mengurus semua itu. Karna kini, yang menjadi fokusnya adalah nasibnya nanti.

Suami Pengganti (SELESAI)Where stories live. Discover now