13

2.3K 154 12
                                    

Ada sesuatu yang berbeda dalam diri Sakala akhir-akhir ini-yang dia sendiri pun tidak mengerti kenapa. Bahkan dia yang biasanya tak peduli kini mendadak peduli. Dia yang acuh berubah menjadi lebih perhatian. Maka, setelah berenungkan segalanya, Sakala mulai berpikir ulang tentang sikapnya.

Tentang ia yang memperlakukan Ceisya berlebihan. Bahkan saat mengingat bagaimana malam itu ia datang, ia menyesal. Kini demi menghentikan kekonyolannya itu, ia memilih menyibukkan diri dengan semua berkas dan pekerjaan. Bekerja seperti biasa hingga larut malam menjemput. Tanpa memikirkan apa pun, tanpa peduli dengan siapa pun. Toh saat ini dia tidak harus berpura-pura. Terutama untuk wanita itu-wanita yang memilih pergi dan menjauh.

Seperti pagi-pagi sebelumnya, pukul delapan pagi Sakala tiba di perusahaan dengan Willi yang mengekorinya. Hanya saja-saat ia melangkah di lobi, tidak sengaja ekor matanya melirik ke suatu tempat. Tempat seseorang yang akhir-akhir ini berhasil menarik fokusnya. Tempat itu telah terganti dengan orang lain, orang yang tidak Sakala kenal. Jadi, demi menyakinkan penglihatannya, Sakala menoleh. Menatap tempat itu dan benar saja. Wanita itu tidak ada di sana. Dan tempat itu telah di ganti oleh orang lain.

"Sir, anda baik-baik saja?" Tanya Willi membuyarkan lamunan Sakala. Ia menoleh dan menatap sekretarisnya itu. Lalu bergumam sekenanya dan kembali meneruskan langkahnya yang sempat tertunda.

Meski sedikit ada perasaan tidak nyaman, penasaran dan-seharusnya Sakala tidak memikirkan itu. Tidak. Karna wanita itu yang memilih pergi dan menjauh. Jadi Sakala seharusnya tidak peduli. Dan lagi, wanita itu juga tidak baik untuk dirinya yang kadang bisa di luar kendali jika bersama wanita itu. Sikapnya kadang bisa berubah aneh jika menyangkut wanita itu. Jadi, seharusnya Sakala memang tidak peduli dan berhenti memikirkan wanita itu. Kembali bersikap biasa saja dan masa bodoh.

Ya, begitu baru benar.

Setibanya di dalam ruanganya, Sakala langsung meminta Willi untuk membacakan agendanya. Meminta sekretarisnya itu untuk kembali membuatnya sibuk dan kembali bersikap waras.

"Siapkan semuanya, Willi. Kita akan pergi lima belas menit lagi." Ujar Sakala begitu Willi selesai membacakan agendanya. Yang seketika diangguki patuh oleh pria berpakaian serba hitam itu.

"Sir, soal nyonya Ceisya," Ujar Willi rag-ragu-yang seketika membuat Sakala yang sibuk dengan berkas di depannya menoleh. Hanya sekilas sebelum ia kembali menunduk dan menekuni setiap kata di depannya.

"Saya dengar beliau di pindahkan di kantor cabang lagi."

Tidak ada jawaban dari Sakala. Dia hanya diam tanpa menanggapi.

"Apa saya perlu menyelidikinya-"

"Tidak perlu." Potong Sakala tegas. Toh dia yang memilih pergi, ingin datang atau pergi, Sakala tidak akan peduli.

"Tapi, pak-"

"Biarkan dia melakukan apa yang dia inginkan."

"Anda yakin?" Tanya Willi terdengar ragu, membuat Sakala yang awalnya menunduk kini mengangkat wajahnya. Menatap sekretarinya malas.

Melipat kedua tangannya di depan dada, dia memundurkan punggungnya untuk bersandar. Menatap lurus ke arah sekretarisnya yang masih terlihat belum puas dengan jawabannya.

"Maaf, pak. Hanya saja, maksud saya. Saat ini bu Ceisya sedang mengandung anak anda. Dan apa tidak apa-apa jika kita mengabaikan begitu saja keadaan beliau? Di tambah-"

Sakala masih membungkam mulutnya, menatap Willi yang terus berbicara tanpa ragu sedikitpun. Bahkan sekretarisnya itu tampak tak peduli dengan wajahnya yang sudah terlihat datar dan malas.

"Kamu tidak lupa jika itu keinginanya kan, Willi?" Geram Sakala, mulai tersulut kesal. Kesal karna kembali diingatkan tentang wanita itu.

"Tapi bu Ceisya pergi karna kecewa, pak. Beliau merasa di bohongi. Dan-"

Suami Pengganti (SELESAI)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant