19

2.1K 150 7
                                    

Ceisya berdiri di depan jendela kaca, menatap keluar dengan pandangan gamang. Sudah dua hari dia terkurung di sangkar emas Sakala. Hanya berdiam diri tanpa bisa melakukan apa pun. Ia layaknya tahanan yang hanya bisa pasrah dan diam.

Pria itu bahkan tidak pernah lagi menampakkan diri, dia seakan menghilang. Entah Ceisya harus bersyukur atau sebaliknya, tapi ada kalanya Ceisya merasa ia ingin pergi dan lari. Menghilang dan tak kembali.

Suara pintu terbuka dari belakang membuat Ceisya segera menoleh. Wanita paruh baya dengan senyum sopan yang khas, yang akhir-akhir ini selalu menemaninya dan juga membantunya membuat Ceisya ikut menarik sudut bibirnya.

Meski Ceisya tahu jika wanita itu adalah salah satu orang Sakala, yang ditugaskan untuk menjaganya, namun saat kondisi Ceisya seperti kemarin, yang muntah seharian dan mual hingga rasanya tubuhnya panas dingin. Ceisya bersyukur ada wanita tua itu. Setidaknya Ceisya tidak sendiri, ada orang yang mau membantu mengurusnya dan menemaninya.

"Sarapan, bu."

Mendangar kata sarapan, Ceisya sudah merasa mual sendiri. Akhir-akhir ini rasa mualnya memang lebih parah dan mengerikan. Begitu pun penciumannya. Dia benar-benar sensitif dan sulit diajak kompomi. Semua itu jugalah yang membuat Ceisya pasrah-pasrah saja berada di sini.

"Hmm, aku rasa aku akan sarapan nanti, bu Karmila."

"Tapi Pak Sakala ingin sarapan bersama.  Anda tidak ingin sarapan bersama beliau?"

Ceisya diam beberapa saat, terlihat sekali jika saat ini dia tengah berpikir keras. "Beliau meminta saya untuk memanggil anda. Mungkin beliau benar-benar ingin sarapan bersama."

Ceisya ingin mendengus tak percaya, setelah apa yang pria itu lakukan padanya. Pria itu bahkan masih berani memintanya untuk sarapan bersama? Ckk, konyol sekali dia.

Diantara pikirannya yang ke mana-mana, Ceisya di kejutkan dengan bu Karmila yang melangkah lebih dekat. "Saya tahu anda wanita baik-baik, bu Ceisya. Karna itu mungkin pak Sakala memilih anda. Disaat pak sakala sudah memilih anda, apa anda tidak ingin memberikan kesempatan pada beliau?"

Kesempatan?

"Saat ini anda tidak sendiri lagi, ada mahluk kecil yang hidup dalam diri anda. Yang mungkin akan sangat membutuhkan pak Sakala." Ceisya menunduk, menyentuh perutnya dengan satu tanganya.

Perutnya memang masih rata, tapi dia bisa merasakan jika mahluk itu hidup di sana. Dan jika Ceisya masih keras kepala, apa bayi itu akan terus hidup di sana? Tapi,...

Sarapan dengan Sakala?

Sepertinya itu bukan ide yang buruk. Pikirnya lagi. Jadi.

"Baiklah."  Ucap Ceisya yang seketika membuat wanita tua dia depannya tersenyum lebar. Terlihat sekali jika wanita tua itu suka dengan jawabannya.

****

Ceisya menuruni anak tangga dengan hati-hati. Kedua matanya menatap sekeliling ruangan yang benar-benar tak asing untuknya. Ada sekilas bayangan di mana dulu dia sering membayangkan akan menghabiskan waktunya dengan Daru rumah itu. Dan mungkin, dengan anak-anak mereka juga. Tapi sekarang, segala bayangan indah itu musnah. Hilang tanpa sisa. Meninggalkan jejak luka yang Ceisya sendiri tidak tahu apakah ada obatnya.

Sekarang, dia bahkan tidak berani memiliki harapan apa pun. Tidak berani memiliki mimpi dengan siapa pun.

Terus melangkah, langkah Ceisya terhenti begitu pandangannya bertemu tatap dengan seseorang. Seseorang yang menyebabkan Ceisya berada di situasi ini. Seseorang yang-bisakah dia salahkan saat ini? Bukankah pria itu yang menyababkan Ceisya mengalami hidup yang sulit?

Suami Pengganti (SELESAI)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin