17

2.2K 163 7
                                    

Dulu, dulu sekali. Ceisya pernah memimpikan sebuah keluarga yang harmonis. Hangat, penuh cinta dan juga bahagia.

Segala mimpinya semakin besar ketika ia bertemu dengan Daru. Pria manis itu. Pria yang berjanji akan mewujudkan segala mimpinya.

Hingga dia rela menunggu. Menunggu pria itu untuk menjadikannya satu-satunya wanita di hidupnya.

Ia kira, setelah pernikahan itu. Ia bisa mewujudkan segala mimpinya. Seperti janji pria itu yang ingin membuatnya bahagia dan juga mewujudkan segala mimpinya. Tapi nyatanya, salah.

Pria itu tidak menepati janjinya. Dia pergi. Bukan hanya meninggalkan dirinya sendiri. Melainkan dia menghancurkan mimpinya dan segala keinginannya-dengan melemparkannya pada pria tidak waras seperti Sakala.

Pria yang baru Ceisya ketahui jika dia hanya bukan hanya berbicara omong kosong. Melainkan segala yang ia ucapkan benar adanya. Terbukti, begitu pria itu keluar dari kamarnya. Secepat apa pun Ceisya menyusul, dan berusaha membuka pintu kamar itu. Nyatanya gagal.

Pintu itu terkunci dari luar. Bahkan saat Ia berkeliling, berusaha mencari jalan keluar lain. Dia sama sekali tidak menemukan apa pun. Semua jendela terkunci rapat. Begitu pun pintu kaca penghubung balkon dan kamar. Yang artinya, pria itu memang sudah merencanakan semua ini sejak awal.

Bolehkah Ceisya menyesal atas apa yang telah ia lakukan? Seharusnya, ia memang tak bertemu dengan pria itu. Tidak terjebak di sini dengan keadaan yang lemas seperti sekarang ini.

Jika tahu begini, ia akan mengatakan segalanya pada sahabatnya agar sahabatnya itu tidak pernah menghubungi pria itu hingga ia harus berakhir seperti sekarang ini.

Melangkah ke arah ranjang dengan kaki yang terasa gemetar. Ceisya memilih membaringkan tubuhnya saat di rasa tubuhnya terasa lemas kian tak bertenaga.

Kehamilannya ini benar-benar membuatnya manja.

Diantara ribut, berisik di dalam kepalanya. Ceisya memilih memejamkan matanya. Berusaha tidur meski ia tahu semua terasa sulit. Tapi, ia harus tetap tenang mengingat jika kini ada satu sosok yang hidup dalam perutnya. Satu sosok yang kini menjadi satu-satunya alasan ia harus tetap kuat dan bertahan diantara badai hebat yang menerpa hidupnya.

*****

Rasa mual di perutnya yang mendadak bergejolak membuat tidur lelap Ceisya terganggu. Ia segera membuka mata dan bangkit.

Melangkah tergesa ke arah toilet saat dirasa rasa mual itu kian hebat.

Semua isi perutnya keluar. Tanpa sisa. Hingga membuat mulutnya pahit dan juga kecut.

Belum selesai sampai di situ, Ceisya bahkan memuntahkan cairan bening-yang mungkin saja itu adalah cairan terakhir dari perutnya. Karna sejak kemarin ia bahkan belum memakan apa pun.

Karna hanya dengan mencium bau masakan, bumbu-bumbu, perutnya sudah bergejolak dan ingin muntah.

Disaat ia sibuk mengeluarkan isi perutnya, seketika tubuhnya menegang saat merasakan pijatan lembut di tengkuknya.

Pelan, lembut dan penuh kehati-hatian. Tanpa melirik atau pun menoleh, Ceisya tahu siapa orang yang melakukan itu. Karena hanya dengan mencium aroma tubuh itu, Ceisya seakan sudah tahu siapa dia.

"Apa kita perlu ke dokter?"

Ceisya membasuh mulutnya, memejamkan matanya saat dirasa pijatan itu berangsur-angsur membuat tubuhnya terasa sedikit lebih baik.

Bahkan kini tanpa ragu saat satu tangan pria itu memegang lengannya. Menahannya sebelum menyandarkan kepalanya di dada pria itu dengan pasrah Ceisya menurut. Merasakan bagaimana pijatan itu berangsur-angsur turun ke punggungnya. Mengusapnya teratur dan berulang-ulang hingga menghadirkan rasa nyaman.

"Ceis, kamu terlihat pucat."

"Aku sudah biasa seperti ini." Jawab Ceisya lirih. Yang kini memejamkan matanya, berusaha mereda rasa mual yang lagi-lagi hadir. Tapi sekuat tenaga berusaha ia tahan. Ia sudah lelah muntah.

Tidak ada balasan dari Sakala, semua itu membuat Ceisya membuka matanya dan sedikit mendongak. Menatap kedua mata yang kini ternyata tengah menatapnya penuh.

Mendadak, menemukan tatapan mata itu. Yang menatapnya, membuat Ceisya tersentak. Secepat kilat ia pun berusaha menjauh, menjaga jarak dan-gerakan tubuhnya terhenti saat tangan yang melilit di pinggangnya menahannya. Lalu, setelahnya tubuhnya melayang dan masuk ke dalam gendongan pria itu.

"Kamu benar-benar terlihat mengenaskan." Ujar Sakala menghentikan Ceisya untuk protes. Padahal dia sudah membuka mulut dan hendak memaki pria itu.

Tapi segalanya tertahan begitu pria itu lebih dulu membuka mulut.

"Memangnya karna siapa aku jadi seperti ini?" Sindir Ceisya sinis, menghentikan langkah Sakala beberapa saat.

Melirik wanita dalam gendongannya sekilas, Sakala kembali meneruskan langkahnya begitu Ceisya masih menatapnya sinis. Seakan membuktikan jika ia enggan untuk mendebat wanita itu.

"Aku akan panggil dokter." Tawar Sakala setelah membaringkan Ceisya di atas ranjang.

"Nggak perlu!"

Ada dengusan samar yang Ceisya dengar begitu ia menjawab cepat. Tapi seakan tak peduli, ia pun beringsut menjauh. Seakan menjaga jarak dan menghindari pria itu sejauh mungkin.

Bahkan tanpa ragu Ceisya memunggungi pria itu, memejamkan mata saat dirasa ada gejolak mual yang kembali hadir. Yang terasa hebat, namun mati-matian ia tahan agar tidak kembali muntah.

"Bu Karmila akan membuatkan susu untuk mu." Kedua mata Ceisya terbuka lebar. Kepalanya menoleh begitu merasakan pergerakan di atas ranjang. Yang ternyata karna pergerakan Sakala yang kini beranjak bangkit dari belakangnya. Pria itu berdiri di sisi ranjang.

"Kenapa?" Tanya Sakala saat Ceisya menatapnya penuh.

Ceisya tak langsung menjawab, ia hanya bangkit dan beranjak duduk.

Lama ia tatap wajah itu. Wajah yang entah mengapa begitu ia benci setiap kali melihatnya berada di jarak pandangannya. Mengingatkannya pada apa yang telah pria itu lakukan padanya.

"Istirahat lah, aku akan-"

"Kenapa tidak kamu saja yang membuatkan susu untuk ku?" Ucapan Ceisya berhasil menghentikan langkah Sakala yang hendak berbalik.

Pria itu menoleh ke arahnya dengan wajah yang sama sekali tidak bisa Ceisya baca ekspresinya.

Karna jujur, hanya wajah datar dan dingin yang pria itu tunjukkan saat ini. Sama sekali tidak berubah dengan ekspresi terakhir kali ia lihat semalam. Saat pria itu marah.

Beranjak bangun, Ceisya berdiri di depan Sakala yang masih menatapnya dengan wajah lempeng.

"Kamu ingin berlagak menjadi suami yang baik kan sekarang? Jadi," Ceisya tersenyum tipis. Jika pria di depannya bisa bersikap semaunya, seenaknya sendiri. Kenapa Ceisya tidak mengikuti alur pria itu?

Dan, mungkin ketika pria itu merasa jengah dengan sikapnya. Bosan dengan tingkahnya, dia sendiri yang akan melepaskannya dari sini. Atau, jika pria itu mulai lengan sedikit saja. Ceisya bisa pergi dan melarikan diri.

Karna menurut dari kabar yang sering ia dengar tentang pria di depannya ini. Dia sering mendengar jika pria itu tidak akan pernah main-main dengan ucapannya. Dia akan bersikap semaunya dan seenaknya.

Maka, jika dia bisa bersikap seperti itu padanya. Mengancamnya dan kelak akan membuatnya kian kesulitan. Dia akan lebih dulu membuat pria itu kesulitan dan kesusahan.

Setidaknya, bersikap sangat menyebalkan di depan pria itu tidaklah sulit. Karna hanya dua pilihannya di sini, pria itu yang melepaskannya dengan suka rela. Atau Ceisya yang berusaha pintar dan pergi darinya setelah memastikan pria itu lengah sedikit saja.

"Aku ingin susu. Tapi khusus buatan suamiku."

*****
Bab 18 sudah di up di karyakarsa ya... Udah bisa di baca nih...

Suami Pengganti (SELESAI)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora