3

3.6K 170 6
                                    

Sebuah mobil Bentley keluaran terbaru berhenti di sebuah rumah yang berhalaman luas. Ada banyak rumput manila memenuhi halaman luas di sekeliling rumah itu.

Begitu mobilnya terparkir rapi, seorang pria keluar dari sana. Melirik ke arah mobil yang terparkir di samping mobilnya. Hanya sebuah lirikan sebelum ia mengayunkan langkahnya.

"Sakala?"

Langkahnya terhenti, kepalanya berputar mendengar teguran seseorang.  Begitu menemukan siapa yang menegurnya, dia hanya diam. Tak bergeming di tempatnya hingga seseorang itu melangkah mendekat ke arahnya. Berdiri di depannya dengan wajah memerah.

"Apa-apaan ini, Sakala?" Ada lemparan beberapa lembar foto yang mengenai dada, sebelum lembaran foto itu jatuh berserakan di atas lantai.

Sakala, pria yang berkali-kali di sebut namanya hanya melirik. Menatap malas pada lembaran foto-foto itu. Sama sekali tak tertarik untuk menatapnya lebih.

"Kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan? Hah?!"

"Kakek mendidik mu bukan untuk main-main. Bukan untuk melakukan hal-hal gila seperti ini."

Masih tidak ada jawaban. Sakala masih diam, bertahan menutup mulutnya. Sampai sebuah telunjuk mengacung tepat di wajahnya, memperingatinya dengan tegas dan jelas.

"Kakek tidak mau tahu, singkirkan wanita itu! Dan berhenti main-main!"

"Main-main?" Untuk pertama kalinya, suaranya terdengar. Jelas dan datar. "Aku sama sekali tidak bermain-main, kek!"

"Sakala!"

"Aku menikahinya di depan banyak saksi. Sah secara hukum dan agama."

"Kau menikahinya menggunakan identitas orang lain, Sakala! Kau membohonginya."

Sakala mendengus. "Orang lain?" Ulangnya terdengar sinis. "Kakek tahu orang yang kakek sebut orang lain itu siapa? Dia adalah adik ku. Saudara kembar ku."

"Sakala." Teguran itu kian menggelegar.

"Aku dan dia sama sekali tidak ada bedanya, kek. Kami sama. Bahkan jika aku bisa menggantikannya untuk menebus semua rasa bersalah dan terima kasihku atas apa yang telah dia berikan padaku. Maka aku tidak akan pernah keberatan untuk melakukan semua itu." Menoleh ke arah kakeknya, yang wajahnya kini tampak memerah.

"Daru dan aku sama sekali tidak ada bedanya, kek. Kami sama-sama cucu kakek. Kami,.."

"Omong kosong!" Semburnya. "Aku membawa mu dari pria miskin tak bertanggung jawab itu bukan untuk menjadimu pria lemah. Aku membesarkanmu hingga sebesar ini bukan untuk menjadi alat mereka untuk semua kesalahan mereka."

"Kakek!"

"Ceraikan wanita itu! Kembali kan dia ke asalnya dan katakan semuanya."

Sakala mendengus kasar. Namun tak ada suara yang keluar dari bibirnya. Dia hanya diam dengan wajah kaku.

"Kakek tidak mau tahu, Sakala!" Ucapan itu penuh peringatan. "jelaskan semuanya dan kembalikan wanita itu ke asalnya. Jika tidak-"

"Apa?" Sakala menyahut cepat. "Apa yang akan kakek lakukan jika aku tidak menuruti semua perintah kakek?" Dia menatap kakeknya menuntut.

"Kakek akan mengusirku dari sini? Menghapusku dari-"

"Aku tidak akan segan-segan membuat perhitungan pada wanita itu."

Sakala tertawa hambar. Namun wajahnya berubah kaku dengan rahang mengeras.

"Sedikit saja." Ini adalah pertama kalinya Sakala berani melawan kakeknya. Orang yang membesarkannya hingga menjadi seperti sekarang ini. "Sedikit saja kakek berani menyentuhnya. Meski seujung kuku sekali pun." Dia menggeleng tegas, bergerak mundur tapi masih menatap kakeknya penuh peringatan.

Suami Pengganti (SELESAI)Where stories live. Discover now