23

1.9K 147 4
                                    

Ceisya segera berlari keluar kamar begitu melihat sebuah mobil masuk ke halaman rumah Sakala. Nyaris seharian ini dia bahkan hanya berdiam diri di balik kaca. Menunggu kedatangan seseorang yang pagi tadi membuat moodnya benar-benar begitu baik.

Seharian ini Ceisya bahkan tidak bisa melunturkan senyumnya. Tidak bisa menghentikan perasaan berbunga dan bahagia.

Masih jelas diingatannya bagaimana pria itu, Sakala. Yang pagi tadi sebelum berangkat ke kantornya. Berkali-kali mengatakan.

Mau pesan sesuatu untuk nanti?

Aku bisa bawakan kalau kamu mau.

Jangan tanya bagaimana ekspresi Ceisya saat itu. Dia,... Bahkan tidak bisa berkata-kata karena terlalu bahagia. Seakan Sakala benar-benar telah membuatnya begitu bahagia hanya dengan tawaran sederhana pria itu.

Dan sekarang, begitu pria itu pulang. Ceisya tidak sabar untuk menyambut kedatangan pria itu. Dan mendapatkan apa yang ia janjikan pagi tadi.

Melangkah sedikit tergesa, langkah Ceisya terhenti di dekat tangga begitu mendengar obrolan seseorang. Samar-samar membuat semua perasaan ingin bertemu Sakala seketika terhenti.

Ia diam, terdiam di tempatnya dan hanya bisa menatap lurus ke sana. Di mana seorang pria yang masuk ke dalam rumah diikuti seorang wanita.

Pria itu jelas Ceisya kenal. Karena dia adalah pria yang sama, yang menjanjikan sesuatu pagi tadi. Sakala, dia lah pria itu. Sedang sang wanita, Ceisya sama sekali tidak mengenalnya.  

Tetap bertahan di tempatnya, diam hanya menatap interaksi dua manusia di sana. Ceisya hanya diam dengan pandangan lurus. Sampai samar-samar bisa ia dengar obrolan dua orang itu-yang membuat Ceisya kian terdiam di tempatnya.

"Aku tidak mau tahu, Sakala! Kamu harus menikah denganku apa pun yang terjadi. Kamu harus menikahi ku."

"Apa semua yang aku katakan masih belum jelas?!" Ucap Sakala, wajahnya masih tampak tenang. Sama sekali tidak peduli dengan wajah wanita di depannya, yang tampak memerah karena amarah. Juga suara wanita itu yang terdengar begitu menusuk.

"Apa kamu kira aku peduli?" Dia mendekat. Berdiri tepat di depan Sakala. Hingga dia bisa dengan jelas menatap wajah tampan itu. Lalu mendekatkan wajahnya, berbisik lirih tepat di telinga Sakala.

"Aku harap kamu tidak lupa siapa aku, Sakala." Saat wajah itu menjauh, dia tersenyum puas menemukan tatapan pria di depannya yang tampak mengeras. Juga kedua mata itu yang menatapnya tajam.

"Aku hanya ingin mengatakan itu, sampai nanti malam calon suami ku." Menatap wajah Sakala sekali lagi dengan senyum puas. Tidak lupa ekor matanya melirik ke lantai dua. Di mana seorang wanita berdiri di sana. Menatapnya lurus dan kini ia balas dengan senyum puas juga tatapan mengejeknya.

****

Ceisya merasa kakinya lemas tak bertenaga. Apalagi ketika kini kedua mata itu menemukannya. Menangkap basah dirinya yang kini diam mematung di tempatnya. Melihat bagaimana dia berinteraksi dengan wanita itu.

Menatap kedua mata itu-yang juga tengah menatapnya. Ceisya mengepalkan kedua tangannya kuat, sangat kuat hingga semua perasaan di dadanya bergumpul penuh amarah. Namun dia tidak tahu kenapa dia marah. Juga merasakan perasaan ini. Jadi, tak ingin menatap kedua mata itu lebih lama, Ceisya memilih berbalik. Kembali masuk ke dalam kamarnya tanpa menyapa atau bahkan mendekat pada Sakala. Yang kini masih diam di tempatnya. Sama membekunya seperti dirinya tadi.

*****

Ketukan pintu kamarnya membuat Ceisya yang sejak tadi duduk di sofa dekat jendela, menoleh.

Wajahnya bahkan terlalu cepat berpaling dan menatap ke arah pintu. Menunggu seseorang muncul dari sana. Dan-ketika pintu itu terbuka, muncul seseorang dari sana. Wajah Ceisya berubah kian mendung, redup tak secerah pagi tadi.

Suami Pengganti (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang