15

2.4K 154 7
                                    

Ceisya tahu jika dia tidak bisa menolak ajakan Sakala sore itu untuk pulang ke rumah pria itu. Apalagi saat ia membuka ponselnya, dan mendapati banyak pesan dari kedua orangtuanya. Jika mereka akan datang berkunjung.

Menemui Ceisya dan juga Daru. Begitu yang ia baca dari pesan mereka.

Ada rasa enggan yang mati-matian Ceisya tahan dan berusaha ia abaikan. Karna bagaimana pun juga, dia belum siap untuk kembali datang ke rumah itu. Rumah yang pasti akan kembali mengingatkannya pada hal-hal menjijikan-yang pernah ia lakukan.

Bagaimana dia yang dengan mudah menyerahkan diri. Juga percaya. Jadi sepanjang perjalanan menuju rumah pria yang duduk di sampingnya. Ceisya hanya bisa menatap keluar jendela. Menatap apa pun asal bukan pria di sampingnya-yang kini tengah sibuk mengemudi dengan wajah tampak begitu fokus.

Tidak ada obrolan, suasana hangat atau pun keadaan yang biasa saja. Yang ada, hanya suasana hening, keadaan terasa dingin dan kesunyian.

Bahkan sepanjang jalan pun, Ceisya yakin jika pria di sampingnya tak pernah meliriknya. Dia begitu fokus dan serius dengan kemudinya. Membuat Ceisya pun enggan barang melirik.

Sampai mereka tiba di halaman rumah, rumah yang tak asing dan-entah bagaimana bisa begitu Ceisya hapal setiap detailnya padahal bisa di hitung dengan jari berapa hari ia tinggal di sana.

"Turun?" Ajak Sakala, ada pertanyaan dalam ucapan pria itu. Melirik wanita di sampingnya-yang sedari tadi hanya diam dan menutup mulutnya rapat. Sama sekali tidak membuka mulut meski perjalanan mereka cukup panjang.

Ceisya menurut, turun dari mobil tanpa menjawab pertanyaan pria di sampingnya.

Berjalan begitu saja masuk ke dalam rumah tanpa melirik pria yang kini berjalan di belakangnya. Mengekorinya masih dengan keadaan hening.

Sampai mereka tiba di depan pintu-yang tiba-tiba terbuka dari dalam. Langkah Ceisya terhenti.

Dia berhenti mendadak dan tampak tertegun.

Lama dia diam di tempatnya. Menatap wanita paruh baya di depannya. Yang tersenyum kikkuk ke arahnya. Semua itu membuat Ceisya melirik ke arah pria yang melangkah di sampingnya.

"Selamat datang, Bu Ceisya. Saya Karmila."

Kini Ceisya menoleh sepenuhnya ke arah Sakala. Menatap pria yang kini berdiri di sampingnya. Ikut menoleh ke arahnya.

"Karna sekarang kamu hamil, aku rasa kamu nggak perlu melakukan apa pun di rumah ini. Yang bisa membuat kamu lelah. Jadi-"

"Bi Karmila bisa tolong tinggalkan kami sebentar? Saya mau bicara dengan suami saya."

Dengan sengaja, Ceisya menekan kata 'suami' membuat Sakala memberi isyarat kepada wanita di depannya untuk pergi. Yang langsung dituruti dengan patuh.

Setelahnya, dia pun memutar tubuhnya. Menghadap Ceisya yang kini menatapnya lurus.

"Jadi?" Tanya Sakala dengan santainya. Sama sekali tidak terpengaruh dengan wajah Ceisya yang tampak menatapnya datar.

"Oke, aku belum mengatakan ini sejak awal. Tapi, aku mau ikut ke sini karna keluarga ku akan datang berkunjung. Dan aku rasa kamu nggak perlu repot-repot untuk membawa atau mencari pekerja di sini. Karna setelah keluarga ku pulang, aku juga akan pergi." Ujar Ceisya panjang lebar. Yang semua itu hanya dianggukki santai oleh Sakala. Pria sama sekali tidak keberatan dengan apa yang wanita di depannya katakan. Semua itu malah membuat kedua mata Ceisya memicing.

"Sudah? Hanya itu?" Tanya Sakala begitu Ceisya diam. Tak mengatakan apa pun lagi.

"Kalau sudah aku akan masuk sekarang." Tambahnya. Begitu santai dan tenang. Yang seketika membuat Ceisya mendengus jengkel dan melangkah lebih dulu.

Suami Pengganti (SELESAI)Where stories live. Discover now