Chapter: 35

1.5K 56 0
                                    

Suara jarum jam membuat semua terasa canggung luar biasa. Tidak ada yang tertarik buka suara. Hingga mereka tenggelam akan bisunya kata.

Aku menatap ke arah Becca yang sedari tadi hanya terdiam. Sekembalinya Ace, aku bertemu dengan Becca. Hingga kini aku terjebak di satu ruangan yang sama bersama dengan seluruh anggota mansion yang memiliki peran yang penting. Bahkan beberapa orang luar yang ia tidak duga. Romeo, Kevin, Bryan, John, Alex, Jacob, Ace, Becca, Jennie, Hans, dan bahkan Fanny juga berada di sini.

Aku hanya bisa diam terpaku di tempat duduk dengan pandangan tertuju pada layar monitor besar yang hampir memenuhi satu blok dinding di hadapanku. Ini benar-benar gila. Mereka menyadap kamera cctv milik Derryl dan juga beberapa titik lokasi yang aku tidak mengerti.

Aku tidak mengerti kenapa Ace membawaku ikut ke ruangan ini bersama yang lain. Tapi, yang aku tahu bila ada pertanda tidak baik akan itu.

"Jennie dan Hans. Tamu kehormatan kita."Ace memecah keheningan.

Wajah wanita itu terlihat begitu pucat pasi, kegelisahan yang ada tidak dapat Jennie sembunyikan dari raut wajahnya.

WHAT THE HELL IS GOING ON?!

Hans-tangan kanan Derryl, dapat duduk di salah satu kursi dengan tenang. Sementara Jennie terlihat begitu ketakutan dengan tubuh bergetar pelan. Bahkan, aku yang bukan menjadi buronan merekapun dapat merasakan hal yang serupa dengan Jennie. Takut, dan cemas bukan main. Apalagi bila aku menjadi sosok yang begitu dibenci oleh para anggota.

"Baiklah, berikan kaset tersebut padaku dan lagi Jennie serta Hans, aku tahu tujuan kita semua itu serupa. Menghancurkan keluarga 'Matius'. Aku mempermudahmu Jennie dan Hans akan kubuat Noah sama menderitanya dengan yang diderita adikmu-Yura."

Tunggu, apa yang sebenarnya keluarga Derryl lakukan pada mereka. Dan Noah—maksudnya, Noah mantan kekasih Becca? Apa ini hanya perasaanku saja.

"Mana mungkin Noah seperti yang kau bicarakan, dia pria yang baik dan penyay—"

"Karena dia bukan dirimu! Dia bukan wanita yang dicintai oleh Noah mantan kekasih kesayanganmu."

"Lalu?! Apa kau menyalahkan keadaan bila adikmu Yura meninggal karena dirinya?! Suruh siapa dia mengejar Noah tanpa henti dan tanpa tahu diri?! Pada dasarnya kita tahu bila parasit harus dising—"

"Jaga bicaramu!" sentak Hans sembari mendekati Becca yang kini tengah menyentuh leher Becca dengan pandangan penuh emosi.

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Sementara Luna yang melihat hal tersebut sudah beranjak dari kursi dan berniat menghampiri. Hanya saja, Ace lebih dulu mendorongnya secara pelan untuk duduk kembali dan diam.

"Manusia macam apa yang berhak mengambil nyawa seseorang hanya karena alasan mencin—"

Sedangkan Becca yang melihat hal tersebut hanya terdiam di kursi sembari menatap mata Hans dengan lekat. Di mana sudut matanya mulai berair dan tangis tersebut siap jatuh kapan saja."La-lalu apa bedanya kau dengan Noah?! Kau tanpa sadar melakukan hal yang serupa padaku hanya karena ini tentang Yura. Dan kau melupakan posisiku bila sekarang aku berada di posisi yang sama dengannya!"

Hans yang menyadari hal tersebut perlahan melepaskan cengkeraman yang ada di leher Becca sembari memundurkan langkahnya secara perlahan. "Selama ini semua bukan tentang aku tetapi tentang kau dan dendam tidak berujung milikmu!"

Luna yang menyaksikan hal tersebut hanya diam dan menyimak sebisa yang ia mampu. Mencoba mengulik segala teka-teki yang ada dan menggabungkan setiap bagian kosong yang tersedia.

"Jangan menguping," bisik Ace tiba-tiba membuat Luna menolek ke kanan.

"Memang apa yang terjadi dengan mereka? "tanya Luna pelan sembari melirik keduanya secara sekilas.

Ace mengernyitkan dahi sekilas sembari membungkukkan tubuhnya untuk membisikkan sesuatu pada Luna."Kenapa kau begitu penasaran dengan kehidupan Becca? Apa kau menyukainya?" tanya Ace pelan membuat Luna menatap Ace tidak percaya.

"Aku normal kau tahu! Dia sahabatku dan ini berhubungan dengan Noah jadi aku tahu dan Becca pernah membicarakannya, jadi tidak masalah bila aku penasaran."Balas Luna sembari berbisik-bisik.

"Oh, aku kira kau tidak normal karena dari pertama pertemuan kita kau menciumku dengan seenaknya padahal kau tidak tahu siapa aku." Ucap Ace pelan membuat Luna mendengus kesal dan menatap Ace tajam.

"Hei! Maaf tapi ini bukan sesi bisik-bisik tetangga,"ucap John tidak habis pikir membuat keduanya menoleh dan mendapati yang lain menatap ke arah Luna dan Ace. Dengan cepat Ace membenarkan posisi menjadi berdiri dengan tegak sembari memasukkan kedua tangan ke dalam kantong celana.Sementara Luna hanya berdeham pelan.

"Oh sudah selesai? Baiklah akan ku lanjutkan,"ucap Ace sembari berdeham dan beranjak mendekati monitor layar.

"Aku ingin kaset itu sekarang."Ucap Ace lagi sembari menyilangkan kedua tangan di depan dada sembari menatap ke arah Jennie dengan pandangan datar.

Dengan ragu Jennie menggengam kaset tersebut di bawah meja sembari menatap Hans yang mengangguk secara perlahan."Ayolah! Waktu kita tidak banyak bila kau tidak mau bekerja sama maka akan kubuat kau menghadapi si bajingan Derryl sendiri dan kau tetap akan menjadi buronan kami." Paksa Ace dingin dengan refleks Jennie beranjak dari kursi dan mendekati Ace dengan ragu.

Ace mengulurkan sebelah tangan sembari menaikkan sebelah alis dengan malas. Kini kaset tersebut berpindah kepemilikan pada Ace ketika Jennie memberikan dengan terpaksa. Dan Ace langsung memberikan kaset tersebut pada Romeo agar ia memeriksa semua data yang ada. Juga membongkar semua kebusukan yang keluarga 'Matius' simpan.

Layar monitor tersebut beralih dan mendapati puluhan atau bahkan diberi ratusan judul yang berbeda. Banyak sekali foto dan juga video yang tersimpan dengan sangat baik. Hingga, terlihat dokumen di mana di sana terdapat surat kematian dari Irfan-ayah Derryl. Dan di sana terdapat surat dari rumah sakit dari korban kecelakaan yang ada. Yang membuat Luna mati rasa adalah ketika nama kedua orang tua Luna tertera jelas di sana. Di mana terdapat keterangan mereka meninggal karena korban kecelakaan.

Ternyata benar yang Fanny ucapkan dan itu bukanlah hanya sebuah rumor atau berita bohong yang sengaja Fanny sebarkan agar ia membenci sosok Derryl. Ya, Luna mengerti jelas bila pelakunya bukan Derryl. Tapi, darah Irfan mengalir di tubuh Derryl. Bahkan, Derryl menyakitinya berulang kali dengan selingkuh dengan seseorang yang ia ketahui. Dan selanjutnya terdapat tempat kejadian di mana kecelakaan tersebut terjadi. Luna ingat benar kejadian tersebut dengan sangat jelas.

Tanpa sadar air mata turun tanpa aba-aba ketika dinginnya hujan kala itu terasa dengan begitu nyata. Di mana sirine berbunyi dengan kencang dan juga belasan suara jepretan kamera yang terdengar hadir disekelilingnya. Udara di sekitar terasa seperti tidak ada. Sesak dan juga menyakitkan di dada. Bahkan, kini dada juga kepalanya terasa begitu berat bukan main.

Semua menjadi buram dan juga muram. Hanya terdapat setitik cahaya terang yang menyilaukan mata. Menusuk secara membabi buta.

"Luna, "

"Luna, "

"Luna, "

"Luna, "

"Luna nanti kita bertemu dan berkumpul bersama dengan keluargamu."

"Kita akan makan-makanan kesukaanmu juga kesukaanku dan nanti akan ku kenalkan kekasihku yang begitu sempurna."

"Dia sangatlah tampan, dicintai banyak orang, dan juga kaya."

"Aku tahu Luna! Aku tidak bercanda! Tapi janjiku suatu hari nanti akan ku pertemukan kekasihku yang sempurna itu padamu,"

"Suatu hari bila waktunya sudah tepat, aku akan menjemputmu."

"Aku berjanji."

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·
To be continued
03/08/23

Stuck With The MafiaWhere stories live. Discover now