Chapter: 9

3.5K 107 4
                                    

Luna menatap sekitar dengan ragu membuat yang lain menatap ke arahnya. Sedangkan Ace sedari tadi mengacuhkan hal tersebut sembari mendekati Romeo."Apa benar lokasihnya sudah ditemukan?"

"Tentu, lihat ini."

Dengan bangga Romeo memencet sebuah tombol yang langsung menunjukkan di mana keduanya berada. Layar tersebut kini berubah memperlihatkan 2 orang wanita yang terlihat tidak asing baginya. Untuk memastikan hal tersebut Luna mendekati Ace sembari menatap layar monitor dengan cekatan. Detik kemudian ia membulatkan matanya sempurna, sembari menutup mulutnya tidak percaya.

Menyadari hal tersebut Ace tersenyum miring sembari menunjuk layar tersebut."Jennie dan Fanny, tentunya kau mengenal mereka bukan,"

"Apa yang akan kau lakukan pada mereka? Jangan ganggu mereka!" ucapnya dingin sembari mengepal kuat tangannya.

Sedangkan Ace hanya menyilangkan kedua tangan di depan dada sembari duduk di meja monitor milik Romeo."Memang apa masalahnya? Mereka bukan siapa-siapamu karena yang ku tau bila kau itu sendirian,"

"Sebatang kara dan tidak memiliki sebuah keluarga." Luna menatap Ace dengan dingin.

"Aku tidak peduli ucapanmu tetapi, bila sesuatu terjadi pada mereka--aku tidak akan tinggal diam." Ancam Luna, sedangkan yang diberi ancaman langsung tersulut dengan emosinya kembali terpancing.

Dengan kasar Ace mendorong Luna ke tembok lalu mencekiknya, tepat di hadapan yang lain. Luna tersentak terkejut. Pasokan napasnya perlahan terus menipis."Be have yourself."

Dante dan Kevin terkejut, mereka berusaha untuk memisahkan keduanya. Namun, tenaga Ace beribu-ribu kali lebih kuat ketika ia marah. Hingga mereka berakhir terjatuh ke bawah. Sekuat tenaga Luna mencoba untuk mendorong tubuh Ace supaya melepaskannya. Namun cekikan tersebut semakin kuat membuat ia mencengkram kuat lengan Ace.

"Berani kau mengancamku, hah?! Siapa kau bedebah! "

John dan Jacob yang melihat hal tersebut terlihat begitu santai dan tidak peduli. Seperti sudah biasa menyaksikan pemandangan yang ada."Ace, hentikan. Dia nanti mati di sini dan itu merepotkan." Ujar Romeo.

Sedangkan Bryan yang satu-satunya memiliki akal sehat mendengus kesal sembari menatap sinis secara sekilas ke arah Romeo. Dengan terpaksa Bryan meninju wajah Ace dengan sekuat tenaga hingga tersungkur ke bawah.Bertepatan saat itu Luna terjatuh dengan lemas sembari terbatuk-batuk, mencoba mengambil napas sebanyak yang ia bisa.

"Kau berani memukulku?!"bentiak Ace sembari beranjak dan mengusap sudut bibirnya yang terluka akibat pukulan Bryan. Ace mengambil sebuah pisau yang berada di nakas sembari mendekati Bryan yang perlahan memundurkan tubuhnya. Baiklah, sekarang keadaan tidak kondusif, Jacob dengan John harus angkat tangan akan masalah ini. Pasalnya Ace tidak akan bisa membedakan mana teman dan lawan saat amaranya tersulut seperti ini. Yang terpenting bagi Ace adalah amarahnya terlampiaskan pada seseorang yang membuatnya kesal, Sederhana.

"Bajingan ini akan sangat merepotkan," dengan kesal John beranjak mengambil sebuah senapan yang berisikan peluru penenang.

"Ke mari kau sialan!" sentak Ace, saat itu juga Bryan berlari ke luar ruangan untuk menyelamatkan diri.

"Ternyata dia ingin bermain petak umpet denganku--baiklah."

John mencoba membidik ke arah Ace dengan benar, namun sekarang Ace tidak dapat diprediksi gerakannya dan tiba-tiba saja sebuah pisau terlempar menyapa sebelah tangannya yang kini tertancap di dinding. Senapan tersebut terlempar jauh disertai cucuran darah dari tembok di mana John tengah meringis ngilu.

"Kevin bawa Luna ke kamarnya dan amankan dia." Mendengar hal tersebut ia mengangguk sembari membantu memapah Luna ke luar.

Sedangkan Dante mengambil alih senapan milik John sembari mengejar Ace yang beberapa detik lalu telah ke luar. "Sial."

Stuck With The MafiaWhere stories live. Discover now