Chapter: 27

1.9K 64 0
                                    

Gemerlap lampu terlihat begitu memanjakan mata. Di tambah lagi suara biola yang terdengar begitu syahdu.

Tempat ini benar-benar sempurna. Ace memiliki selera yang tidak buruk.

"Duduklah." Perintah Ace yang diberi anggukan kecil oleh Luna.

Para pelayan mulai berdatangan dengan nampan besi yang di atasnya terdapat makanan siap saji. Mereka menunduk singkat untuk sekedar memberi hormat serta mulai menata apa yang memang telah di instruksikan.

"Ada yang ingin ku bicarakan padamu," ucap Ace sembari mengibaskan tangannya secara perlahan yang membuat para pelayan segera pergi meninggalkan ruangan tersebut hanya untuk mereka.

Luna menatap sekitar dengan bingung. Bahkan, para Violinist pergi dari ruangan tersebut. Dan tentu itu membuat Luna gugup bukan main.

"A-ada apa? "ucapnya gugup sembari mencengkeram erat ujung kursi dari bawah meja.

Ace menoleh pada Luna sekilas lalu tersenyum miring sembari mengambil botol anggur yang telah disediakan.
Di tuangkan anggur tersebut pada gelasnya juga gelas Luna yang terlihat masih bersih juga kosong.

"Dengar, Luna aku mau membuat sebuah penawaran yang bagus-"

"Apa kau tertarik? "

Ace menaruh botol anggur tersebut kembali pada tempatnya sembari menyesap anggur yang ia tuangkan secara perlahan.

Menikmati setiap rasa yang ada, menyapa tenggorokannya.

"Penawaran?"

Ace menaruh gelas yang ia pegang di atas meja sembari menyilangkan kedua tangan di depan dada. Perlahan pria itu mulai beranjak dari kursi lalu berdiri di tepat sebelah Luna. Di usapnya pucuk kepala Luna secara perlahan.

Di bungkukkan tubuh Ace sebatas tubuhnya sembari menyelipkan anak rambut yang ada ke belakang telinga.

"Aku tahu siapa yang membuat orang tuamu mengalami kecelakaan dan aku tahu dalang dari semua. "

"Apa kau mau mendengarnya?"

Luna menoleh ke samping di mana ia langsung disambut dengan paras rupawan milik Ace yang hanya berjarak beberapa senti saja. Napas mereka saling berhembus satu sama lain dan kalimat yang Ace lontarkan membuat Luna tertarik, terdengar begitu menjanjikan.

"Penawaran apa yang kau maksud? Siapa yang melakukannya? "

Ace tersenyum mendengar tersebut sembari menarik salah satu kursi untuk duduk tepat di sebelah Luna. Sebelah tangannya menangkup wajah dan sebelah tangannya lagi ia gunakan untuk mengusap wajah Luna secara perlahan.

"Sebelum kau tahu, kau harus mengetahui dahulu apa yang aku inginkan lalu setelahnya menyetujui aturan permainannya."

"Sebenarnya keinginaku cukup sederhana, kau harus segera kembali ke mansion bersamaku lalu membuat perjanjian bila kau tidak akan kabur dari sana kecuali aku sendiri yang mengizinkan. Surat tersebut harus di tandatangani di atas materai."Jelas Ace panjang lebar membuat Luna menatapnya lekat.

"Kau punya seluruh kendali atas penawaran ini,"

"Lagi pula aku hanya menawarkan, bila memang kau tidak mau—tidak perlu juga, tidak apa. Hanya saja... Kau akan penasaran dalam sepanjang hidupmu dalang dari semua dan akan kupastikan penawaran ini akan menguntungkan."

Luna termenung bingung. Jujur ia ingin mengetahui apa yang terjadi dan tentu saja ia ingin tahu siapa orang yang membuat kedua orang tuanya kecelakaan. Firasatnya mengatakan bila semua teka-teki tersebut akan terjawab kembali di tangan Ace. Hanya saja untuk kembali ke mansion dan tinggal bersama Ace menyebabkan trauma dan luka baginya.

Stuck With The MafiaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu