Chapter: 25

2.2K 70 0
                                    

Sudah sedari tadi mentari terbit menerangi bumi. Namun, Luna-pemilik apartemen ini masih tertidur dengan pulas.

Apa Luna sudah hilang akal untuk membiarkan aku untuk berteduh sebenta, wanita itu bahkan dapat tertidur begitu pulasnya? Memangnya, tidak ada sedikitpun rasa takut bila aku akan melakukan hal yang buruk pada wanita itu.

"Dasar wanita alkohol, mau dia minum ataupun tidak dia tidur layaknya dia telah menghabiskan 2 botol whiskey." Gumamku sembari memperhatikan setiap jengkal wajah Luna yang terlihat seperti dipahat sempurna.

Sial, mengapa wanita itu terlihat begitu menarik disaat seperti ini. Apa karena hormon di pagi hari yang memacu hasratnya naik hingga kepala.

Aku meneguk salivaku dengan gugup ketika memperhatikan Luna semakin lekat—oh, bibir merah yang rupawan.
Sebagai pria normal tentu saja aku merasa bernafsu untuk menyapa bibir indah wanita tersebut.

Saat fantasi liar di benakku bermain. Sosok yang aku perhatikan tiba-tiba saja menggeliat di atas kasur, persis layaknya anak kucing dengan wajah bantal yang begitu menggemaskan.

Dengan cepat aku memberi jarak di antara keduanya. Aku langsung berdiri di ujung pintu layaknya aku baru saja masuk ke kamar ini.

"Ka-kau sudah bangun?" ucapku retoris sembari menompa tangan di pintu.

Mendengar hal tersebut membuat Luna mencari sosok suara yang ia dengar sembari mencoba mengumpulkan kesadaran yang ada.

"Dante? Ada apa? " Suara khas orang bangun tidur, serak dan sedikit lenguhan pelan. Menandakan orang tersebut belum mengumpulkan seluruh kesadarannya.

Mencoba mengalihkan pikiran liarku, aku berdeham pelan sembari mengusap pucuk kepala leherku yang entah kenapa merasa merinding dengan situasi yang ada.

"Tidak, aku hanya...."

"Hanya? "

"Hany—bukannya kau ingin bertanya sesuatu padaku mengenai apa yang terjadi, "elakku yang sukses membuat Luna menatap ke arahku dengan wajah yang masih setengah sadar.

Dengan setengah kesadarannya wanita itu mengangguk dengan lemah lalu beranjak dari kasur.

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Suara deru mobil terdengar begitu jelas ketika membelah ramainya jalanan. Para pengendara mobil memberi klakson beberapa kali ketika Ace dengan sengaja mengendarai mobilnya  di atas kecepatan rata-rata.Namun, pria tersebut terlihat tidak peduli dengan bising yang ada karena perhatian Ace sekarang hanya tertuju pada layar yang menunjukkan titik keberadaan Luna dengan Dante yang tengah berbicara di atas sofa yang sama.

"Bajingan, akan ku buat dia menyesal."

Sementara di ujung sana Jhon serta yang lain tengah mempersiapkan senjatanya. Sedangkan Romeo tengah memantau layar komputer dengan seksama di mana terdapat Luna serta Dante yang tengah bersama.

"Sepertinya dia jatuh cinta dengan wanita itu," Kevin berujar yang tidak digubris sama sekali oleh yang lain.

"Aku tidak peduli akan itu, yang aku inginkan saat ini ialah segera menyelesaikan perintah yang telah diberikan oleh Ace untuk menghabisi Dante."Jhon menangapi dengan santai sembari beranjak dari ruangan tersebut.

Bryan hanya terdiam mendengar hal tersebut. Ace baru saja memberikan ultimatum kepada mereka semua, di mana itu bukanlah sebuah ide yang bagus.

Menghabisi Dante. Ya, ucapan Kevin kali ini—Bryan setujui, bila sepertinya Ace memiliki rasa kepada Luna.Bahkan, Ace membiarkan Dante dihabisi hanya karena seorang wanita yang baru saja ia kenal. Cinta itu buta dan itu benar adanya.

Stuck With The MafiaWhere stories live. Discover now