Chapter: 30

1.9K 60 0
                                    

"Aku bukan milikmu Ace, dan aku bukan milik siapapun. Aku milik diriku-sendiri jadi jangan ganggu aku." Belum sempat Luna beranjak pergi untuk menemui yang lain. Lebih dulu Ace mencegah Luna pergi dari ruangan tersebut.

Romeo yang menyadari suasana tersebut langsung beranjak dari ruangan tersebut dan tidak lupa menutup pintu yang ada.

"Jangan membuatku kesal Luna, aku sudah membantumu. Jangan sampai aku membuat Becca terjun kembali lalu hanyut begitu saja."Ace berujar geram.

Luna meneguk salivanya mendengar hal tersebut. Tentu dirinya yang notabenya hanya seorang wanita ia takut akan ancaman yang Ace berikan. Hal tersebut terdengar begitu meyakinkan. Maksudnya, Ace itu memang gila dan itu benar adanya. Beberapa hari dan bulan Luna tinggal di sini membuatnya gila. Sekarang penyesalan ada di depan mata, ia menyesal harus menghampiri Ace ke sini. Tapi, disatu sisi iapun ingin bertemu Becca satu-satunya kerabat yang Luna miliki.

Terkadang ia merasa aman dan juga berbahaya di dekat Ace. Tapi, yang ia yakini di dalam pikirannya ialah Ace melakukan semua ini pasti untuknya bukan kepentingan orang lain. Bukannya terlalu percaya diri tapi apa yang Ace inginkan sudah ia dapatkan. Sekarang yang menjadi tanda tanya bagi Luna ialah apa yang sebenarnya terjadi dengan Carol dan siapa yang membuat kedua orangtuanya kecelakaan. Hanya itu.

Bilapun Ace tidak peduli padanya pasti Ace sudah membuangnya jauh-jauh hari. Seperti saat dia membuangnya saat apa yang Ace inginkan telah ia dapatkan. Sekarang Ace membiarkan dirinya untuk mengetahui apa yang telah terjadi atas keluarganya serta memecahkan segala teka-teki.

Luna menatap Ace yang sedari tadi menatapnya tanpa berkata sepata-katapun. Seakan-akan ada yang ingin Ace sampaikan dari matanya yang tidak dapat ia ucapan lewat kata. Tetapi suasana berubah dalam sekejap ketika keduanya mendengar suara gaduh dari luar pintu.

"BAJIGAN! Mundur! Kau membuatku gerah."

"Sstt! Apa kalian tidak dengar?! Mereka sedang bertengkar!! Aku ingin mendengarnya."

Mendengar hal tersebut Luna hanya dapat menatap Ace yang terlihat begitu jengkel dengan apa yang terjadi. Dari dalam, Luna menahan kekehannya. Daripada ia mati ditempat lebih baik ia menahan tawanya untuk sekejap.

"Akan ku buat bajingan itu diam." Ucap Ace sembari beranjak dari tempat dan membuka pintu secara paksa.

Alhasil mereka semua terkejut luar biasa. Bahkan, Alex yang lebih menyebalkan dan lebih datar dari Johnpun ikut serta. Kali ini ia terlihat begitu kikuk dan canggung. Ace memberikan sorot mata yang tajam pada mereka semua. Sementara yang lain bertingkah layaknya tidak ada apa-apa.

Mereka langsung berpura-pura sibuk dengan aktivitas mereka. Luna yang melihat hal tersebut hanya bisa tersenyum dalam diam. Tetapi, senyum Luna luntur begitu saja ketika pandangannya tertuju pada Becca yang terdiam kaku dan terdapat Fanny di sampingnya.

"Fanny belum mati?"

Benaknya berpikir dengan keras melihat hal tersebut. Perlahan Luna mendekati Ace lalu menatap Becca dengan lekat."Becca apa kau baik-baik saja?" Luna bertanya lirih yang diberi anggukan pelan oleh Becca.

Sebelum Luna dapat menghampiri Becca, ucapan Ace membuatnya teringat akan kejamnya realita dan permainan piciknya manusia gila seperti Ace."Setelah ini temui aku di halaman belakang, bila tidak kau akan menyesal."Ujar Ace dengan nada suara yang datar.

Setelah mengucapkan hal tersebut Ace beranjak pergi diikuti yang lain. Meninggalkan Fanny, Becca serta Luna itu sendiri. Suasana begitu canggung dengan adanya Fanny. Bila ia tidak berada di sini pasti Luna bisa mengobrol dengan begitu leluasa. Hanya saja, kini berbeda setelah ia tahu apa yang terjadi antara Ace dan Fanny. Dan begitupun dengan cara ia memandang sosok Fanny tidak seperti dulu. Tetapi ini, waktu yang tempat untuk meminta penjelasan dari kedua belah pihak.

"I wanna ask you guys something,"

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

"Sial! Sial! "sentak Derryl emosi sembari menatap sekitar dengan kewalahan.

Semua gagal begitu saja. Becca kabur dari tangan Hans dan Fanny tidak berhasil ia genggam. Penembak tersebut tidak berguna. Mereka hanya membuat semua berantakan. "TIDAK BERGUNA! " teriak Derryl sembari melempar buku yang ada di meja kerja.

Sementara Hans hanya terdiam melihat hal tersebut.

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

"Kau diamlah jangan lepaskan tanganku, ini bahaya." Ucap Hans serius sembari menatap sekitar dengan waspada.

Suara tembakan begitu nyaring di pendengaran. Banyak sekali penembak yang Derryl siapkan dan ini sangat merepotkan. Derryl terlalu berlebihan akan sesuatu, itu alasan ia malas mengikuti apa yang di perintahkan.

Hans menarik tangan Becca ke sebuah gudang usang didekat apartemen Luna yang berada di belakang. Suara gaduh tembakan tersebut masih terdengar nyaring dan dengan bergegas Hans menarik pintu tersebut agar yang lain tidak menyadari keberadaan mereka.

Di sinilah keduanya, tenggelam dalam sunyi yang ada dan menikmati ketegangan yang disediakan. Di tolehkan wajah Hans ke arah Becca yang terlihat begitu ketakutan dan gelisah. Ada rasa kesal yang memuncak dalam hatinya pada Derryl. Ia benar-benar menyebalkan dan tidak pernah mengerti situasi yang ada.

Derryl dan Ace layaknya pinang dibelah dua. Menyebalkan dan merepotkan.

"Apa kau baik-baik saja? "tanya Hans sembari menatap Becca yang kini menatap ke arahnya.

Dengan ragu Becca mengangguk pelan sembari menatap sekitar dengan waspada.

"Apa Derryl akan baik-baik saja? kau tinggalkan dia sendiri?"ucap Becca bingung.

"Dia sudah besar, hiraukan saja."

Becca menatap ke arah Hans dengan bingung. Kenapa bisa-bisanya seorang tangan yang begitu dipercaya oleh atasannya—membiarkan atasannya pergi berkelana seorang diri begitu saja.

"Apa kau hilang akal? "

Kini tatapan Hans teralihkan ke arah Becca dengan datar dan tidak bersahabat. Dan sepertinya ia memberikan pertanyaan yang salah.

"Iya"

"Karena kau—merusak segalanya."

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

"Hans, segera siapkan rencana kembali untuk merebut Fanny."

Mendengar hal tersebut Hans hanya terdiam sembari menatap ke luar jendela dengan kedua tangan menyilang di depan dada."Tentu saja, tuan Derryl kau akan terus seperti itu."

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

"Tolong Fanny, jelaskan semua,"

"Karena aku yakin kau tahu mengenai segala kegilaan yang terjadi. Apa kau tahu hubungan antara Carol dan Jacob? Lalu apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang terjadi dengan kau? Aku mohon jelaskan semua padaku, karena saudaramu juga sekarang terlibat dengan apa yang terjadi."

Mendengar pertanyaan Luna yang semakin lama semakin jauh membuat ia pusing bukan kepala. Kenapa banyak sekali pertanyaan yang diajukan. Baru saja satu persatu selesai dan kini Luna ingin mengungkit apa yang terjadi.

Tetapi, mau tidak mau dirinya harus menjelaskan semua. Dan lagi Luna benar, Becca juga ikut terseret dengan masalah yang ada. Fanny menoleh ke arah Becca yang tengah melalun dalam diam. Menatap kesembarang arah, layaknya tidak ada semangat hidup.

Becca, Luna, Jennie dan Carol. Ini semua bermula dari mansion yang ia tempati kembali. Sekarang, semua harus berakhir di sini tanpa melibatkan orang lain lagi.

"Ak-aku akan menjelaskan apa yang kumengerti, bila ada pertanyaan yang tidak ku jawab aku mohon mengerti. Karena aku mencoba menjelaskan yang aku tahu dan aku akan berusaha sebisa mungkin."

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·
To be continued
29/07/23

Stuck With The MafiaWhere stories live. Discover now