Chapter: 3

9.2K 259 0
                                    

Di ruangan tersebut hanya terdengar suara erangan sensual yang tanpa henti. Suasana sekitar menjadi begitu panas walaupun terdapat pendingin ruangan. Sofa tersebut terus saja bergetar hebat tanpa henti hingga tidak terasa kini mentari sudah tenggelam serta keduanya sudah mulai kelelahan.

Luna memejamkan matanya perlahan ketika seluruh tubuhnya terasa sakit serta dirinya tidak lagi memiliki tenaga yang dapat ia ke luarkan untuk membela diri. Tangan kekar tersebut mengangkat tubuhnya, saat ia diturunkan di suatu tempat Luna yakin benar bila dirinya berada di dalam kamar. Walaupun ia tidak membuka mata, ia dapat merasakan empuknya kasur.

"Good night, babe."

Setelah mantra tersebut diucapkan, dirinya benar-benar terlelap ke alam mimpi dan semuanya menjadi hening seketika.

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Terdengar suara burung berkicau yang menjadi alarm khas bagi Luna di setiap pagi. Sinar mentari memaksa menerobos masuk ke dalam kelopak mata, membuat tidurnya menjadi terusik. Ada sesuatu yang tengah memainkan hidungnya serta sesekali mengapit hidungnya. Ia yakin bila itu tangan seseorang.

Secara perlahan Luna membuka matanya secara paksa. Mengerjapkan mata beberapa kali supaya dapat memastikan apa yang ia lihat juga yang telah mengganggu tidurnya.

"Kau sudah bangun? "

Mendengar hal tersebut membuat ia langsung terbangun dengan posisi terduduk tegak. Bagaimana bisa ada suara pria asing lain di dalam apartemennya.

Tunggu, ini bukan apartemennya, kamar ini begitu asing bagi Luna. Lebih gilanya lagi pemilik suara tersebut ialah bartender yang tempo lalu ia kunjungi di klub tersebut. "Ha-hai?"

Luna membulatkan matanya dengan sempurna sembari berteriak sekeras yang ia bisa. Tidak lupa ia melemparkan barang-barang yang berada di sekitarnya.

"Ka-kau, pergilah! Pergi!" teriaknya histeris.

Luna menarik selimut yang ia gunakan namun pria tersebut langsung memperingatinya untuk tidak menarik selimut yang menutupi tubuhnya.

"Kau masih naked, bila kau mau menariknya maka aku akan mendapatkan tontonan gratis."

"Aku tidak keberatan tentu saja, tetapi jangan sampai kau menyesal." Tutur pria tersebut dengan nada mesum yang membuatnya mendengus kesal.

Perlahan ia membuka sedikit selimut yang tengah ia gunakan, memang benar apa yang diucapkan oleh pria berwajah imut tersebut. I'm totally naked. Pipinyaa terasa memanas begitupun dengam telinganya yang membara, seperti sedang terbakar.

Luna melilitkan selimut tersebut dengan benar supaya tidak terjatuh, sementara pria tersebut berdiri dengan santai sembari memasukkan kedua tangannya di saku celana.

Pria itu tersenyum manis sembari menatapnya lekat."Baiklah, aku akan memperkenalkan diri terlebih dahulu supaya kau tak terkejut kembali."

"Aku Dante, di sini aku memiliki tugas sebagai penembak. Aku benar-benar dipercayai oleh Ace dalam hal seperti ini, juga untuk menjatuhkan musuh." Ujar Dante dengan bangga.

Melihat hal tersebut ia dapat menilai bila sosok Dante tidak seberbahaya Ace. Dirinya menyadari bila saat itu Ace memang benar-benar datang dan menyetubuhinya di apartemen pribadinya. Ini bukanlah sekedar sebuah mimpi buruk. Di tambah lagi dengan apa yang telah pria itu katakan dapat ia simpulkan bila Ace bukanlah orang biasa seperti yang ia duga. Ace pasti memiliki sebuah kelompok illegal--entahlah. Namun yang jelas ia harus lebih berhati-hati kepada sosok Ace juga dengan orang sekitarnya. Di sini bukan lagi tempatnya atau kawasan pebisnis belaka yang erat akan politik yang ada. Dirinya tidak bodoh untuk memahami situasi saat ini.

"Kau memang menarik, pantas saja Ace selalu mencarimu dan mengincarmu selama ini. Dan lagi apa sebenarnya hubunganmu dengan Carol? Apa memang sebatas sepupu jauh? "

"Untung saja kau datang ke klub ku dan mengakhiri semua rasa penasaranku mengenai wanita khayalan yang Ace bicarakan."

Luna hanya dapat terdiam mendengar semua ocehan Dante. Kesimpulan lain dari ocehan pria tersebut ialah Ace sudah lama mengincarnya atas sebuah alasan. Bila Ace mengincarnya hanya karena sebuah rasa ketertarikan kepadanya ia rasa itu tidak mungkin. Dari segi manapun Ace sangatlah menawan, ia bisa saja mencari wanita yang lebih menarik dibanding dirinya.

Tetapi, kenapa Ace begitu gigih membawa dirinya ke mari."Ka-kau kenal dengan Carol? "

Dante mengangguk dengan cepat sembari mengeluarkan sebuah tangkapan foto polaroid dari saku celananya, di mana-disana terdapat sepupunya Carol yang tersenyum manis dengan sebuah buket bunga di pelukan. Serta seorang pria tampan di belakangnya yang memakai kemeja putih yang rapih. "Siapa dia?"tanya Luna.

Pasti hal ini akan terjadi, ia sengaja membawa foto polarid yang ada untuk memerlihatkan kepada Luna.

"Dia adalah Jacob, salah satu anggota kelompok Ace dan sepupumu itu adalah kekasihnya." Luna benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi dan Dante menyadari hal tersebut.

"Jacob adalah pengganti Ace di perusahaan yang kau tempati, jika kau sadar atasanmu bermarga Ferno. Marga Ace dan Jacob itu sama yang tidak lain adalah, Fernandez."

"Sepertinya Ace tidak sengaja pernah melihatmu di sekitar taman kantor, ia tidak menyadari bila kau salah satu pegawai kantornya. Karena setelah itu, ada sebuah kejadian yang tidak mengenakan membuat Ace tidak pernah lagi ke perusahaan mendiang ayahnya. Ia menjadikan Jacob sebagai pemegang perusahaan tersebut untuk sementara waktu. Sementara dirinya megurus dunia bawah."

"Yang melihat wajahmu hanya Ace seorang, jadi di antara kami tidak ada yang mengetahui sosok dirimu. Kau tahu, bila Ace buruk dalam mendeskripsikan seseorang."

"Baru-baru ini Ace baru menyadari bila orang yang selama ini ia cari adalah salah satu pegawainya. Jacob juga terkadang datang beberapakali ke kantor untuk melaksanakan rapat penting."

Luna benar-benar masih terkejut dengan apa yang ia dengar dan ketahui. Pantas saja atasannya jarang menampakkan wajahnya, setiap datang untuk rapat penting Luna selalu tidak dapat melihat wajahnya karena ia hanya pegawai biasa yang tidak memiliki urusan yang penting untuk dapat langsung berhadapan dengan atasannya.

Namun, Beccalah yang dapat melihat wajah atasannya dengan leluasa karena Becca memiliki jabatan yang cukup berpengaruh di perusahaan. Lagi-lagi benar dugaannya, bila Ace tidak asing baginya karena mereka pernah bertemu sebelumnya di taman saat itu. Seingatnya ia tengah istirahat makan siang seorang diri di taman, karena kala itu Derryl mengajaknya bertemu. Tetapi, nyatanya pria itu tidak datang. Pada akhirnya ia tak sengaja bertemu dengan seorang pria yang ternyata itu adalah Ace.

Benar-benar sebuah plot twist yang luar biasa. Tetapi, jujur saja ia masih penasaran dengan hubungan Carol dengan Jacob ketimbang pertemuan tak terduga antara dirinya dengan pria keparat itu."Tu-tunggu, lalu ada berapa banyak orang di kelompok kalian itu? Sebenarnya apa yang kalian lakukan? Kenapa aku berada di sini?" tanyanya bertubi-tubi.

Dante menghela napasnya sembari menyilangkan kedua tangan di belakang kepala."Kau banyak bertanya, tetapi tidak apa, aku akan menjawabnya tetapi kau harus menjawab setiap pertanyaanku,"

"Karena tidak ada yang gratis di dunia ini, Nona."

Luna melirik foto polaroid tersebut secara sekilas lalu kembali menatap ke arah Dante. Ia tidak punya pilihan lain selain menyetujui kesepakatan tersebut agar ia dapat ke luar dari sini sesegera mungkin dan mengetahui kebenaran yang ada.

"Baiklah, aku setuju."

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·
To be continued
24/01/23

Stuck With The MafiaWhere stories live. Discover now