Prolog

980 33 1
                                    

🦕 Di Taman ~

"Ara kamu kenapa nangis?"

Tanya anak laki-laki kepada sosok gadis kecil di hadapannya. Kemudian Clara yang tadinya menunduk langsung menghadap ke arah anak laki-laki tadi dengan senyuman yang dihiasi oleh air matanya yang sudah mulai mengering. 

"Naka, badan ala cakit tadi di pukul papa" Ucap gadis kecil itu sambil menunjuk area badannya yang terasa sakit.

"Tapi gapapa kok, cakitnya udah ilang kalna Ala udah ketemu cama Naka" Lanjutnya dengan senyuman yang menghiasi wajah cantiknya. 

Anak laki-laki itu hanya diam memperhatikan Clara dengan tatapan yang menunjukkan kesedihan yang sangat mendalam.

"Ara, Naka mau ngomong sama ara" Ucapnya sambil beralih posisi duduk di samping Clara. 

"Naka mau ngomong apa? Apa Naka mau bilang kalo Naka mau nikahin ala ya? Kemalen naka katanya janji mau nikahin ala telus bawa ala pelgi jauh dali papa. Ala takut sama papa".

Dengan sangat antusias Clara bicara kepada Naka yang diakhiri dengan tatapan sendu, namun Naka hanya diam melihat Clara. Jauh di dalam lubuk hatinya ia merasa sangat sedih karena ia akan pergi jauh dari Clara. Dia tidak bisa bertemu dan menemani Clara lagi, dia tidak bisa menghibur Clara saat Clara sedih, dia merasa tidak bisa berbuat apa-apa lagi. 

Kemudian anak laki-laki yang mempunyai nama lengkap Naka Alterio Megantara yang masih berumur 7 tahun tersebut langsung memeluk gadis kecil bernama Clara Arelia Wijaya yang masih berumur 6 tahun tersebut. Kemudian ia melepas pelukan dan memegang kedua bahu Clara sambil menatap wajah cantik  gadis kecil tersebut.

"Ara, Naka mau pergi sama ke luar kota, kita gak bisa ketemu lagi, Naka gak bisa jagain Ara lagi". Seketika tangis Clara pecah saat itu juga

" Jadi Naka mau tinggalin Ala ya, telus yang jagain Ala siapa? Nanti kalo Ala di pukul lagi sama papa Ala ngadunya cama ciapa?" Ucapnya sambil menangis terisak. 

Naka yang merasa tidak tega melihat gadis kecilnya menangis langsung memeluk Clara dengan erat, dan mencoba menenangkan Clara.

"Ara, sini liat Naka", namun Clara tetap menunduk sambil memainkan jari-jari mungilnya dan tidak mau melihat wajah Naka.

"Ara, Naka janji nanti kalo kita udah besar, Naka akan cari Ara dan nanti Naka akan nikahin Ara dan bawa Ara pergi jauh dari papa Ara. Jadi Ara jangan takut lagi, jangan sedih lagi".

Clara melihat wajah Naka dan kembali berucap "Janji?" Sambil menunjukkan jari kelingkingnya.

"Janji" Ucap Naka dengan senyuman dan mengaitkan kedua jari kelingking mereka tanda perjanjian tersebut disetujui. 

"Naka nanti kalo udah besal nikahnya cama Ala aja ya, gk boleh cama yang lain. Kalo Naka nikah cama yang lain nanti Ala marah cama Naka"

"Emang Ara bisa marah sama Naka?" Godanya pada Clara. 

"Bisalah, Nanti Ala malah cama Naka kalo Naka tinggalin Ala. Kan tadi Naka udah janji cama Ala"

Clara berbicara dengan wajah yang dibuat dengan ekspresi marah. Naka yang melihat itu sangat gemas melihat ekspresi lucu gadis tersebut

Naka hanya tersenyum melihat Clara. Menggemaskan sekali gadis kecilnya ini. 

Tidak lama kemudian, bi Imah datang menjemput Clara ke taman dan mengajaknya pulang.

Keluarga Naka yang dari tadi menunggu Naka di dalam mobil langsung turun untuk mengajak Naka masuk ke dalam mobil. Dan Naka menunggu Clara sampai benar-benar hilang dari pandangannya.

Saat sudah berjalan beberapa langkah, Clara berbalik badan dan berlari ke arah Naka dan langsung memeluk tubuh Naka, Clara menangis sejadi-jadinya.

"Naka janji ya nanti kalo cudah besal cali Ala telus bawa Ala pelgi jauh dali papa, badan Ala cakit, Ala takut sama papa". Ucapnya terisak

Kedua orang tua Naka yang melihat hal tersebut langsung menangis dan memeluk Clara untuk menenangkan gadis kecil tersebut. Mereka sangat menyayangi Clara, Clara sudah seperti anaknya sendiri. Mereka juga tau bagaimana Clara diperlakukan di keluarganya, tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. 

" Ara, sini dengerin mami. Udah jangan nangis lagi" Sambil menghapus air mata clara

Tante Kiara mencoba untuk menenangkan gadis kecil ini dan mengusap lembut rambut clara

"Ara jangan nangis, nanti kalo Ara sama Naka udah besar nanti mami pasti nikahin kalian berdua, Naka cuma boleh nikah sama Ara, gak boleh sama yang lain. Ara juga gitu gak boleh nikah sama yang lain, Ara mau kan tungguin Naka?". Clara mengangguk

"Iya, Ala pasti nungguin Naka campe Naka jemput Ala lagi" Ucapnya diikuti dengan senyuman manisnya.

Kemudian Clara berpamitan untuk pulang karna dia takut dimarahi sang papa.

"Mami, Ala pulang dulu ya, kalo Ala telat pulang nanti papa malah" Kemudian dia memeluk dan mencium tante Kiara dan om Bram dan tidak lupa dia juga memeluk Naka.

Naka membalas pelukan tersebut, dia tidak bisa berucap apapun lagi. Rasanya separuh jiwanya hilang saat jauh dari gadis kecilnya ini. Dia tidak mau menunjukkan rasa sedihnya di depan Clara. 

Bi Imah berpamitan kepada keluarga Naka dan menggandeng tangan Clara berjalan menuju ke mobil.

Saat ia jalan ke arah mobil bersama bi Imah ia selalu melihat ke belakang sambil melambaikan tangannya ke arah Naka sambil tersenyum. Senyuman yang pastinya akan sangat dirindukan oleh Naka setelah ia pergi jauh dari Clara. 

Selama di perjalanan, Naka hanya diam memikirkan bagaimana nasib Clara setelah hari ini. Naka takut Clara disiksa lagi oleh papanya.

Membayangkannya saja sudah membuat Naka sakit, apalagi kalau itu benar-benar terjadi. Ia merasa tidak becus dalam menjaga Clara, apalagi sampai meninggalkan Clara di rumah tersebut.

Tante Kiara melihat anaknya yang tiba-tiba hanya diam setelah perpisahan singkat tadi, seolah tau apa yang dipikirkan oleh putranya. Tante Kiara langsung meyakinkan Naka bahwa Clara akan baik-baik saja. Clara gadis yang kuat

ClaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang