"Maksud mu?"

"Hffuuu! Pria seperti mu tidak akan bisa bersama model cantik seperti Haruno Sakura." entahlah, ucapan Hinata mengejek atau berusaha menyadarkan Naruto. Malas meladeni wanita aneh seperti Hinata, Naruto memilih pergi saja daripada berdebat lebih panjang. Meskipun dia sebenarnya bisa mendapatkan wanita yang dia inginkan, hanya saja si Hyuga itu tak tahu dan terlalu polos.

Melihat kepergian Naruto dengan wajah masam, Hinata tertawa kecil sampai... -'Sakura?' pikir Hinata langsung menoleh ke poster tersebut. Tawanya menjadi sirna saat mengamati poster bergambar model cantik <<Haruno Sakura>> nama itu sama dengan yang ada di cincin. Alis Hinata mulai berkerut seakan memikirkan hal yang sama, "Hanya kebetulan! Tidak mungkin pria gila itu mendapatkan wanita sepertinya!" berjalan pergi menghampiri Naruto.

Mereka berdua langsung segera masuk dan melakukan foto box di dalam ruangan berbentuk box tinggi. "Harus tersenyum!"

Ckrek!

***

Berada di rumah lebih mengasikan daripada di luar rumah yang selalu ricuh orang. Naruto baru saja selesai mandi di kamar mandi luar, berhubungan kamar mandi dalam masih di pakai Hinata, ia tak mau menunggu lama. Kini, pria pirang berkaos hitam dengan training abu-abu itu berdiri di pintu lemari pakaian yang terbuka. Ia meraih fotonya bersama Sakura, mengamatinya sejenak sampai dia tersadar bahwa tangan kirinya juga membawa sebuah foto berukuran kecil-- foto dia dengan jaket orange bersama wanita berponi yang berpose menjulurkan lidahnya. Naruto tersenyum melihat fotonya bersama Hinata, seolah kenangannya bersama Hinata lebih lucu di banding bersama sang kekasihnya.

"Dasar konyol!" gumam Naruto sembari memasukkan foto kecil tadi di dalam dompetnya. Ceklek! Suara pintu terbuka menandakan bahwa Hinata sudah selesai mandi, buru-buru Naruto meletakkan dompetnya kembali serta menutup lemari, berbalik ke arah Hinata yang kini terlihat segar di mata birunya. Kaos kelombor warna abu-abu bergambar lengkungan dua mata tepat di dua gundukan Hinata (◠.◠), memperlihatkan leher serta tulang selangka wanita cantik itu, juga celana pendek hitam memperlihatkan paha putih nan mulusnya.

Aroma Hinata menyeruak masuk ke lubang hidungnya. Naruto masih menatap mulai dari kepala sampai kaki, dia terpesona? Apa? Iya!. Sementara Hinata menatap heran pria itu sambil mengurai Surai panjangnya yang tak ikut basah, berjalan melewati Naruto menuju meja rias. Saat Hinata melewatinya, Naruto memejamkan matanya dengan senyuman konyol mencoba menghirup lebih dalam aroma wanita itu. Sudah berapa Minggu dia tak bermain dengan seorang wanita? Semenjak menikah, Naruto sudah tak pernah bermain intim lagi dengan wanita bayarannya. Apa dia ingin mencicipi istrinya sendiri?

"Senyumanmu konyol sekali. Jangan membuatku merinding!" tegur Hinata menyadarkan Naruto kembali.

"Kau tidak takut memakai celana pendek di depanku?" pertanyaan ngasal Naruto tersenyum nakal. "Kenapa harus takut dengan pria seperti mu." Remeh Hinata melipat kedua tangannya di depan dada.

Tanpa menjawab, Naruto malah berjalan mendekati Hinata yang sudah terlihat panik. "Kau mau apa? Jangan macam-macam." Tegur wanita cantik itu saat jarak Naruto sudah sangat dekat bahkan dia tak bisa menghindar karena terpepet dengan meja rias. Tangan Naruto mulai bergerak meraih pinggang Hinata lalu menariknya sehingga tubuh mereka berdempetan, tangan lainnya menyelipkan rambut Hinata ke belakang telinga membuat kulit wanita itu meremang. "Aku bisa saja meminta hak ku!" dua bola mata Hinata membulat, pipinya merona ketika Naruto mengatakan seperti itu lalu terseringai licik. Seakan masuk dalam lingkaran setan, Hinata tak bisa berkutik. Ting-tong! Suara bel pintu utama berbunyi. Deg! Naruto langsung teringat akan kakeknya, "Kakek!" ucapannya sambil menatap Hinata.

Please, Marry Me Where stories live. Discover now