"Rajin banget bawa bekal dari rumah, gak berat emang?" tanya Saras

"Tidak"

"Kamu jarang ke kantin kayaknya ya? Soalnya gue baru lihat" Saras bertanya kembali

"Iya"

"Eh bagi tips nya dong biar bisa cantik kayak lo" ujar Saras bersemangat

"Saya tidak tahu"

"Aduhh Niswa jangan formal gitu, berasa ngomong sama client gue" gurau Saras sembari tertawa

"Maaf, saya belum terbiasa" ujar Niswa

"Santuy aja kita kan teman sekarang" timpal Sari sembari tersenyum

"Ciee ciee,, Sari prikitiw" goda Saras sembari terbahak

"Gak jelas lo" cibir Sari

"Si Sari mah emang gitu, dalem hatinya juga dia pasti bilang 'gue juga mau cantik kaya Niswa' haha" Niswa meringis, gadis itu yang terbahak tapi dia yang malu. Bagaimana tidak saat ini mereka sedang berada ditengah keramaian di kantin.

"Jangan dulu kumat malu ada Niswa, entar sawan dia" ujar Sari dengan tangan yang menggeplak kepala Saras karena gadis itu tidak berhenti tertawa

"Sakit anjir, maaf ya Niswa gue emang gini. Gimana atuh da aku mah apa atuh" ujar Saras

Niswa hanya tersenyum sebagai jawaban, mereka terlalu berisik untuknya. Apalagi gadis bernama Saras itu, dia tidak bisa diam. Ketika berbicara seluruh anggota tubuhnya ikut berperan, Niswa yang melihatnya merasa lelah.

Tetapi tidak bisa dipungkiri hatinya merasa senang, sepertinya berteman dengan mereka bukanlah hal yang buruk. Meski dia sendiri tidak tahu bagaimana menjadi teman yang baik dan telinganya masih perlu beradaptasi dengan kebisingan ini.

***

"Ayo masuk" ajak Niswa pada Reifan.

Dia sudah mencoba bernegosiasi tadi, namun lelaki itu keukeuh mau mengerjakan tugas mereka dirumahnya. Tapi ada baiknya juga, Niswa ada tumpangan gratis untuk pulang

Melihat Reifan sudah duduk anteng di ruang tamu, Niswa berjalan ke arah kamarnya untuk berganti baju. Begitu masuk, dia dikejutkan dengan sebuah kotak kardus dengan ukuran cukup besar terbungkus rapi diletakkan diatas meja belajarnya.

Niswa segera menghampiri kotak itu, dibacanya sebuah note yang berisi catatan kecil bahwa ini adalah paket miliknya. Dengan penuh antusias ia membuka kotak itu, air matanya menetes begitu melihat sebuah piala cantik dan sertifikat.

Dengan tangan yang gemetar Niswa mengambil piala itu dan mengecupnya pelan, perasaannya begitu bahagia sekarang. Rasanya ia ingin berteriak dan memberitahu seluruh isi alam semesta bahwa ia menang lomba tulis puisi tingkat nasional.

Teringat akan satu hal, Niswa segera meletakkan piala itu dengan hati-hati diatas meja belajar. Dia mengikat rambutnya menjadi satu dan berganti pakaian lalu turun ke dapur mengambil air untuk temannya.

"Ibuuu!!" pekik Niswa terkejut melihat ibunya sudah berada di rumah siang hari begini?

"Jangan teriak Niswa, malu tuh di depan ada teman kamu" tegur sang ibu

"Maaf bu, ibu tumben udah pulang?"tanya Niswa

"Pulang awal salah, pulang telat juga salah. Kamu maunya gimana sih?!" cibir Padma

"Maksud Swara bukan gitu bu.." ucap Niswa

"Bu.. Ibu tahu gak Niswa menang lomba puisi!!" ujar Niswa bersemangat

"Dapet duit gak?" satu kalimat itu membuat senyuman itu perlahan memudar

"E-enggak bu, Niswa-"

"Halah percuma kalo gak ada duitnya" ujar Padma memotong ucapan Niswa

"Tapi bu.. Ini lomba tingkat nasional, Niswa juga dapet piala penghargaan sama sertifikat" bela Niswa

"Bisa dijual gak?" Niswa terdiam mendengar penuturan sang ibu

"Kalo cari lomba tuh yang ada duitnya, menang undian kek atau apa gitu. Sekarang kan zaman udah canggih cari duit lah Niswa bantu ibu lunasin hutang bukan cuma dipake buat nulis puisi gak jelas yang ujung-ujungnya dibakar juga" cecar Padma

"Lihat tuh anaknya bu Rt udah bisa nyari duit dari Hp, bisa bangun rumah kamu sendiri udah ngehasilin apa?" imbuhnya

"Udahlah, ibu mau anterin dulu air buat temen kamu"

Niswa menyingkir memberikan jalan untuk sang ibu, tanpa diminta bulir bening itu membasahi pipinya. Bukan ini respon yang ia harapkan.

Setiap anak pasti memiliki keinginan kuat untuk membuat orangtuanya bangga, namun tak jarang diantara mereka ada perbedaan harapan dan ekspektasi. Bahkan sebagian orangtua tidak sepenuhnya memahami potensi dan minat sang anak.

Komunikasi yang kurang efektif antara orangtua dan anak menyebabkan ketidakpahaman tentang harapan dan perasaan masing-masing pihak. Ditambah lagi tekanan dari lingkungan sekitar untuk memiliki anak yang berprestasi membuat mereka menyalurkan harapan dan keinginan tersebut pada anaknya.

Tak sedikit orangtua yang memaksakkan kehendaknya, mengekang bahkan bertindak keras agar sang anak sesuai dengan keinginannya.

Tanpa orangtua sadari anak yang terus-menerus ditekan untuk menjadi sesuai dengan harapan mereka akan mengalami rasa rendah diri dan stres yang tinggi. Perasaan tidak mampu memenuhi ekspektasi orangtua bisa merusak kepercayaan dirinya.

Jika anak merasa tidak diperbolehkan mengejar minat dan impian mereka sendiri, mereka mungkin kehilangan motivasi untuk mencapai sesuatu yang sebenarnya ingin mereka lakukan.

Dampak yang paling parah adalah mereka mengalami kehilangan identitas diri. Mereka tidak tahu lagi siapa diri mereka sebenarnya dan apa yang mereka inginkan dalam hidup.

Pendekatan yang terlalu keras bisa menyebabkan ketegangan dan gangguan dalam hubungan orangtua-anak. Anak mungkin merasa tidak dihargai dan tidak bisa berkomunikasi dengan orangtua mereka secara terbuka.

Padahal setiap orang memiliki jalan hidup yang berbeda, setiap anak adalah individu yang unik dengan potensi dan minatnya sendiri.

Sejatinya keberhasilan adalah ketika kamu mencapai impianmu dengan cara yang sesuai dengan nilai-nilaimu.

Menghapus air matanya, Niswa melangkahkan kaki menuju ruang tamu menghampiri sang ibu yang sedang asyik berbincang dengan Reifan.

"Kalian lanjut belajar ya, ibu mau ke dapur lagi" pamit Padma

Niswa mengangkat sebelah alisnya ketika melihat Reifan menatapnya cukup lama dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ekhem.. Menurut lo konsep yang bagus buat presentasi kita kayak gimana?" tanya Rei setelah berdehem singkat

"Saya ngikut aja" jawab Niswa seadanya

"Ini tugas bersama, lo berhak ngasih pendapat. Gak perlu ikut apa kata oranglain terus" ucapan itu berhasil membuat Niswa memusatkan seluruh perhatian pada pemuda yang duduk diseberangnya.

"Bangga dengan diri bukan tentang bisa memenuhi ekspektasi oranglain, tapi tentang menjadi versi terbaik dari diri sendiri"

________________________________

~TBC~

21 Juli 2023

Mysterious IntrovertWhere stories live. Discover now