"Tidak bisakah kau menurut dan tidak membantah? Kau gadis cerewet yang pernah ku temui." Seketika Hinata membelalak tak terima, hendak membalasnya namun di hentikan dengan dering ponsel Naruto. <<Kakek>>.

"Kakek menelfon, bersikaplah normal dan bahagia." Hinata tak menjawabnya dan hanya memberikan lirikan sinis. Mereka mulai melakukan Video call lewat laptop Naruto.

Kini dia pasang suami istri itu duduk di kursi meja makan bersampingan. "Tersenyum." Pinta Naruto yang akhirnya keduanya mulai tersenyum lebar dengan lengan Hinata yang melingkar di lengan Naruto bak pasangan saling mencintai.

["Apa kabar Naruto, Hinata?!"] tanya nenek Mito menyapa lebih dulu.

["Kami baik Nek! Bagaimana kalian?"] balas Naruto tersenyum.

["Kami baik! Bagaimana bulan madu kalian?"] tanya kakek Hasirama tak sabar ingin tahu.

["Iya! Apa malam hari kalian lancar?!"] sambung Jiraiya. Ya! Sekarang keluarga Uzumaki tengah berkumpul karena rasa penasaran mereka. Pertanyaan Jiraiya membuat Naruto dan Hinata sedikit tersipu.

["Jangan dengarkan dia. Dia gila!"] balas Tsunade.

Sedari tadi yang mengoceh bukanlah Naruto ataupun Hinata, melainkan keluarga Uzumaki yang selalu heboh sendiri, seperti saat ini.

["Nak Hinata! Jangan lupakan soal cicit 100 ku!!"] goda kakek Hasirama membuat Hinata terkejut, begitupun Naruto. Hinata hanya tersenyum lebar dan mengangguk tanpa menjawab.

["Apa terjadi sesuatu? Kalian terlihat seperti pasangan gadungan."]

["Ti-tidak kok Mek! Kami baik-baik saja, sungguh. Iya kan sayang!"] Cup! Hinata mencium lembut dan singkat pipi Naruto agar keluarganya tidak curiga. Sementara mendapatkan ciuman tiba-tiba sudah berhasil membuat si Naruto kaget. Pria itu menoleh ke arah Hinata yang masih fokus tersenyum ke laptop dan cup! Naruto membalas ciuman singkat tadi tepat di pipi gembil Hinata. Mereka saling memandang diam dalam suasana hati masing-masing, sementara keluarga Uzumaki sudah senyum-senyum sendiri melihat adegan singkat tadi.

.
.
.
.

Beberapa menit berlalu. Hinata tidak nafsu makan mengingat soal makam ibunya yang masih belum ketemu, namun karena ingin menghargai masakannya sendiri akhirnya ia memilih melahap dengan paksa setelah itu keluar balkon, yaaa! Meski tidak setinggi balkon pada umumnya, setidaknya Hinata bisa merasakan kesejukan di malam hari sambil memandang langit malam di London.

"Mau pindah profesi menjadi burung hantu?"

"Aku tidak ingin berdebat sekarang." Aneh rasanya, Naruto berjalan sampai berdiri sejajar dengan wanita yang asik merenung sendiri, sesekali meliriknya dengan heran.

"Sudah bertemu ibumu?" seolah tahu yang tengah di pikirkan Hinata, Naruto juga ikut mendampingi ke arah langit malam. Setidaknya ia masih beruntung karena ibunya masih hidup.

"Belum."

"..." Naruto menoleh bingung ke arah Hinata.

"Nama ibuku tidak ada di daftar pemakaman para korban yang tewas dalam kecelakaan itu." Jelas Hinata antara sedih dan bingung.

"Bagaimana mungkin?"

Please, Marry Me Where stories live. Discover now