BAB 17 Cincin?

29 7 10
                                    

Suara tangisan bayi terdengar di seluruh ruangan. Dua perempuan cantik itu menangis haru melihat kedua putra putrinya di dalam inkubator. 

"Ga nyangka ya ternyata anak kita lahirnya barengan," 

"Iya, Tuhan kabulin doa kita," 

"Aku ada sesuatu buat anak-anak kita nanti!" ucapnya seraya mengambil sesuatu dari dalam tasnya. 

Diambilnya dua cincin tersebut, membuat kedua perempuan itu mengernyitkan dahinya. 

"Nanti kalau anak-anak kita sudah beranjak dewasa, aku ingin kita jadi besan. Jadi ini cincin pertunangan anak kita, nanti pasangin ke jari anak kita kalau udah remaja ya!" lanjutnya sekali lagi membuat mereka semua terkejut. 

"Kamu siapin ini udah dari lama?" tanyanya yang dijawab anggukan oleh lelaki tersebut. 

"Aku bakal pasangin ini kalau anak kita udah sehat dan udah bisa dibawa pulang ke rumah!" Serunya dengan bersemangat. 

"Tapi itu masih kebesaran Cel," 

"Tidak papa, buat foto aja, habis itu akan ku lepas dan kusimpan lagi hehe." Ia menyengir, membuat mereka semua yang ada di sana geleng-geleng kepala dibuatnya. 

"Ada ukiran namanya?" tanyanya bingung. 

"Iya, itu inisial nama anak kita, nanti namain dia sesuai inisial di cincin ini ya!" 

"Baiklah..." 

*****

Cuaca sedikit panas karena hari sudah semakin siang, tak mengganggu siswa siswi SMA Galaksi yang masih setia menonton pertandingan basket yang sedang berlangsung terlebih sekarang saatnya kelas Fajar yang bermain. 

"FAJARR? SEMANGAT!"

"BIRU? SEMANGAT!"

"GUE GA DI SEMANGATIN?" 

"GA PERLU, LO GA GANTENG!"

"SEMANGATIN GUE JUGA DONG!

"SEMANGAT BINTANG!"

"THANKS!" 

"IYA SEMOGA CEPET TOBAT YA!!" 

"SIALAN LO RET!" 

Begitulah kira-kira suasana riuh yang diucapkan para penonton. Bukan, tepatnya teman mereka sendiri, Areta. 

"ANJIR LO RET! LO NIAT DUKUNG APA NIAT NGEJEK GUE LO?" Langit berteriak terhadap Areta tapi, tak dihiraukan oleh sang empu. 

Memang, acara untuk memeriahkan hari ulang tahun SMA Galaksi sudah berlangsung selama 3 hari terakhir ini. Dan kini saatnya pertandingan bola basket antar kelas sebelas. 

Berbeda dengan mereka, seorang gadis nampak diam dengan pikirannya di pinggir tribun bersama salah satu temannya. Dia tak berniat untuk menonton pertandingan ini jika bukan karena sahabatnya yang memaksanya.
 
Perkataan dan memori itu masih tetap bersarang jelas di fikirannya. Senja menghela nafas kasar. Aluka yang sedari tadi fokus melihat pertandingan, kini beralih pada Senja yang sepertinya tidak bersemangat sama sekali. 

"Kenapa Nja?" tanyanya. 

"Gue gak papa." 

"Bohong lo, ada masalah? Atau karena Fajar?" 

"Udah gausah bahas dia." 

"Kenapa? Lo kalau mau cerita, gue siap dengerin." Aluka menatap manik mata Senja. 

"Gue cuma lupa belum persiapan buat lomba besok, besok kan jadwal lomba literasi bahasa inggris, yang pertama kan kelas kita dan gue yang ngewakilin." jelasnya. 

SEJAJAR Where stories live. Discover now