Chapter 24

4.7K 445 367
                                    

Haii Livi disini dan kita ketemu lagi
Iya double update hehe

Jan lupa VOTE dua duanya ya‼️

Awas aja cuma 1, pundung nih gue!!

Disarankan sambil mendengarkan lagu Ghea Indrawari - jiwa yang bersedih

Sekian terima Jihoon 🐶

✨ Selamat membaca ✨

Tiga hari telah berlalu sejak Jeongwoo memberitahukan bahwa Anaya telah sadar dari komanya. Dan sampai sekarang Shanaya masih belum berani untuk menemui Anaya. Hatinya benar-benar belum siap.

Selama tiga hari ini juga Shanaya semakin menghindari semua saudaranya, apalagi Yoshi yang begitu terlihat berusaha membujuk dirinya. Shanaya tak lagi ikut makan bersama, ataupun sekedar menjawab perkataan basa-basi mereka. Shanaya hanya mendekam dirinya di kamar dan keluar hanya untuk mengambil makanan atau berangkat sekolah. Sisanya ia lakukan di kamar seorang diri.

Bosan? Tentu saja. Apalagi handphonenya sedang rusak sekarang.

Yang Shanaya lakukan di kamarnya hanya berbaring saja, atau sesekali ia menulis hal random tentang isi hatinya di sebuah buku. Apapun Shanaya lakukan untuk menghilangkan rasa bosan dan sekalian mengalihkan pikirannya dari masalah yang ada.

Seperti hari ini. Kebetulan hari ini adalah hari Minggu, jadi dari pagi hingga sore ini Shanaya hanya berdiam diri di kamar tanpa makan atau melakukan apapun.

Jangan tanyakan perutnya, tentu sudah berteriak sejak tadi minta diisi. Bahkan Shanaya sudah mual sejak tadi karena belum makan dari pagi. Shanaya malas untuk turun, karena biasanya di hari Minggu, hampir semua kakaknya ada di rumah, itulah kenapa Shanaya belum keluar kamar sejak tadi.

"Duh, laper banget. Semoga mereka gak ada yang di dapur." Monolognya lalu bangun dari acara rebahan nya.

Shanaya keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur. Selama berjalan itu, Shanaya menyadari satu hal, tidak ada orang di rumahnya. Entahlah mereka ada di kamar masing-masing atau memang tidak ada di rumah, Shanaya tak tau. Tapi yang pasti rumah ini benar-benar sepi.

Karena melihat situasi yang sepi, Shanaya memilih makan seorang diri di meja makan. Sudah lama ia tak makan disini. Satu hal yang Shanaya rasakan begitu duduk di kursi meja makan dan melihat kursi-kursi yang kosong itu.

Sepi.

Shanaya tetap mengacuhkan rasa itu dan mulai memakan makanannya. Namun tetap saja dirinya kembali menangis di tengah-tengah acara makannya. Shanaya begitu merasa sesak di dadanya. Setiap tarikan nafas yang ia hirup begitu menusuk dan menyesakkan hingga ia tak sanggup untuk melanjutkan makannya.

Memang hidup dengan keluarganya begitu menyakitkan bagi Shanaya, tetapi hidup tanpa mereka lebih menyakitkan lagi ternyata. Inilah alasan Shanaya tak pernah kabur meskipun sudah sering tersakiti di rumah ini. Sebesar apapun rasa benci Shanaya terhadap keluarga, tetapi rasa sayangnya tetap mendominasi yang membuat Shanaya jadi tak berdaya.

Sebuah tangan tiba-tiba terasa dari belakang tubuh Shanaya dan memeluknya dengan hangat. Tangisannya semakin pecah begitu mendengar suara yang sangat ia rindukan memasuki pendengarannya dengan lembut,

"Aya, kenapa menangis?" Ujar Anaya, seseorang yang memeluk Shanaya dari belakang.

Shanaya langsung beranjak yang membuat tangan Anaya terlepas. Shanaya berbalik dan mendapati wajah yang selalu memenuhi pikirannya akhir-akhir ini.

Sunshine In My Heart | Treasure Where stories live. Discover now