Chapter 4

4.5K 443 58
                                    

Jangan lupa vote ☺️
V
O
T
E

•••

Shanaya berlari memasuki rumahnya hingga menuju ke kamarnya yang berada di lantai 2. Shanaya tak sedikitpun mengindahkan panggilan dari Junghwan yang memanggilnya.

Brakk!!

Shanaya membanting pintu kamarnya dengan kencang yang membuat Junghwan semakin kebingungan.

Setelah turun dari tangga, Junghwan melihat Asahi yang merangkul Anaya. Melihat mata Anaya yang sembab, Junghwan pun menghampiri mereka berdua.

"Kenapa, kak?" Tanya Junghwan kepada Asahi.

"Mana Shanaya?" Tanya balik Asahi.

"Di kamarnya." Jawab Junghwan.

"Jaga Ana sebentar." Ucap Asahi lalu meninggalkan Anaya dan Junghwan.

Asahi berjalan menuju ke kamar Shanaya lalu mengetuknya,

"Dek, buka." Ucapnya.

Tak ada sahutan dari dalam, Asahi pun mengambil kunci cadangan yang memang berada di belakang meja Buffett.

Kunci cadangan setiap kamar memang disediakan oleh keluarga Shanaya, karena takut jika terjadi sesuatu. Dan letak kunci itu pun hanya diketahui oleh Shanaya dan keluarganya saja.

Cklek

Asahi membuka pintu kamar Shanaya lalu masuk. Shanaya yang mengetahui kakaknya akan membuka pintu dengan kunci cadangan hanya dapat pasrah dan duduk di tepi kasurnya.

"Kenapa?" Tanya Shanaya.

"Minta maaf sama Ana."

"Gak."

"Gak ada salahnya kamu minta maaf, Aya."

"Aku gak salah. Ana yang salah, dia numpahin es krim aku, kak." Jelas Shanaya dengan suara yang bergetar karena menahan tangisnya.

"Tapi gak usah teriak kaya gitu juga, Shan."

"Kakak juga gak perlu bentak aku, kan?!" Air mata Shanaya pun jatuh saat mengingat bentakan Asahi tadi.

"Kakak udah nahan dari waktu jemput kamu ya, Shan. Kamu kenapa kaya gitu ke Anaya?!" Tukas Asahi.

"Kenapa gimana, kak? Aku gak ngapa-ngapain Anaya." Lirih Shanaya.

"Kamu gak suka kan kakak ajak Anaya? Dan lagi kamu gak mau Anaya pindah karena gak mau temen-temen kamu liat Anaya karna dia berbeda. Iya kan?!" Tukas Asahi lagi yang membuat Shanaya semakin sakit hati.

"Sejahat itu ya aku di mata kakak?" Gumam Shanaya dengan lirih yang masih di dengar oleh Asahi.

"Kakak gak nyangka sama kamu, Shan. Mau gimanapun Anaya dia itu kembaran kamu."

Shanaya sudah tak dapat berkata-kata lagi. Kakaknya yang sangat jarang bicara ini sudah berkata panjang lebar dengan tuduhannya sekarang. Shanaya pun lelah harus membela dirinya lagi.

Shanaya beranjak dari duduknya lalu mendorong Asahi hingga keluar dari kamarnya.

"Biarin aku sendiri, kak." Ujar Shanaya lalu menutup pintu kamarnya.

Asahi hanya dapat menghembuskan nafas lelahnya melihat tingkah adiknya itu.

Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ

Saking lelahnya, Shanaya tertidur saat menangis tadi. Tanpa terasa langit sudah berubah menjadi gelap dengan udara yang dingin karena jendela kamar Shanaya belum ditutup.

Sunshine In My Heart | Treasure Where stories live. Discover now