Chapter 23

4.6K 391 88
                                    

Hello, I'm back!!

Seperti biasa, sebelum membaca harus..

V
O
T
E

Oke!

Sekian terima Yoshi 🐯

✨ Selamat membaca ✨

Malam itu disaat semua kakak Shanaya berkumpul di ruang keluarga untuk membahas kasus Anaya tak sengaja di dengar oleh Shanaya. Niatnya ia ingin mengambil segelas air karena kehausan, namun begitu melewati ruang keluarga langkahnya terhenti karena mendengar suara Jihoon yang sedang berbicara di dalam sana.

"Sekarang kita bahas tentang pelaku yang mukul Anaya." Ujar Jihoon yang di dengar oleh Shanaya dan membuat langkahnya terhenti untuk menguping.

Selesai mendengarkan percakapan para kakaknya di dalam sana, Shanaya akhirnya kembali masuk ke kamar dengan pikiran yang berkecamuk.

Shanaya sungguh bingung, bagaimana cara mendapatkan bukti yang kuat untuk menangkap Yena. Setelah cukup lama berpikir, ia akhirnya mendapatkan ide. Yaitu membiarkan Yena membully dirinya dan merekam secara diam-diam. Maka hal ini bisa dijadikan alasan kenapa Yena memukuli Anaya di taman waktu itu. Karena Yena memang sering membully dirinya di sekolah, ditambah Yena tak tau bahwa Shanaya memiliki kembaran. Itu mengapa ia bisa salah orang dan memukuli Anaya.

Dan ya, rencana Shanaya itu akhirnya berjalan dengan mulus dan berhasil meskipun ia harus menahan rasa sakit setiap hari akibat pukulan dari Yena.

Tetapi, sekarang bukti itu telah hancur karena kakaknya, Yoshi. Shanaya semakin bingung sekarang. Sakit hatinya sungguh tak terkira mengingat ponselnya yang sudah hancur tak berbentuk akibat ulah Yoshi.

Pengorbanannya sia-sia, rasa sakit yang ia dapat akibat pukulan Yena telah sia-sia. Yang dapat Shanaya lakukan sekarang hanyalah menangis di kasurnya dan memukuli bantal untuk menyalurkan rasa kesalnya.

Sementara Yoshi masih terduduk menangis menyesali kebodohan yang telah ia lakukan. Ia menatap dengan nanar handphone Shanaya yang telah hancur dan tak berbentuk itu.

"Apa yang udah gue lakuin?!" Kesalnya pada diri sendiri.

Yoshi mengambil handphone itu dan menaruhnya di atas meja yang ada di pojok ruangan. Ia lalu menyeka air matanya sambil mendudukkan diri di sofa.

Kata-kata Shanaya tadi kembali terngiang dan terulang dengan jelas di kepalanya. Tangisan pilu Shanaya begitu jelas di telinganya meskipun Shanaya telah pergi meninggalkan ia sendirian.

"SHANA!" Yoshi dapat mendengar suara papanya yang meneriaki Shanaya dari luar.

Dengan cepat Yoshi beranjak dan berlari menghampiri Papanya.

Shanaya yang mendengar namanya di panggil langsung beranjak dan menghapus air matanya. Ia bergegas turun ke bawah sebelum papanya yang menyusul kemari.

Begitu menuruni tangga, Shanaya dapat melihat papanya yang sudah berdiri dengan tangan berlipat di dada, menunggu Shanaya di dekat tangga, dengan Yoshi yang berada di sebelahnya dan tampak seperti memohon kepada Papanya? Entahlah.

Shanaya rasa mungkin Yoshi ingin menghentikan papanya yang ingin memarahi dirinya.

"Iya, pa." Jawab Shanaya.

Sunshine In My Heart | Treasure Where stories live. Discover now