Chapter 3

4.6K 386 35
                                    

"Punya mata gak sih?!" bentak Shanaya kepada pria yang tak sengaja di tabrak nya.

"Tapi Lo yang nabrak gue." Ucap pria itu dengan santai.

"Lo yang tiba-tiba di depan pintu!" Shanaya tak menyadari sekelilingnya yang sudah ramai sejak tadi.

Jake yang menyadari situasi pun dengan cepat menghampiri Shanaya.

"Shan, minta maaf." Ujar Jake dengan lembut kepada Shanaya.

"Jake?!" Protes Shanaya.

"Shanaya," Ucap Jake lagi dengan tetap lembut.

"Ck, maaf." Ucap Shanaya lalu pergi dari sana menuju toilet.

Jake menatap pria itu, "maaf, ya. Tolong jangan di ambil hati." Ucap Jake lalu pergi menyusul Shanaya.

Pria itu hanya acuh dan memasuki kelas lalu memilih bangku yang tampak kosong.

Shanaya membuka pintu toilet dengan kasar hingga membuat orang yang berada di toilet menjadi terkejut.

Shanaya menghidupkan keran air di wastafel lalu mencuci tangannya seraya menahan air mata yang akan keluar.

Ya, begitulah Shanaya. Disaat hatinya tak dapat mengeluarkan perasaannya, maka tangisan lah yang menjadi jalan lainnya.

Tapi karna ini sedang di sekolah, Shanaya akan menahan air matanya. Meskipun lagi-lagi ia harus selalu memendam perasaannya. Tak peduli di manapun itu, baik di rumah maupun sekolah.

Selesai mencuci tangannya, Shanaya keluar dari toilet dan menemukan Jake yang sedang bersandar di dinding dekat pintu toilet.

Shanaya yang masih kesal dengan Jake, berjalan melewatinya tanpa mengindahkan panggilan dari Jake.

Shanaya terus berjalan hingga sampai ke taman sekolahnya yang sudah sepi karena bel masuk sudah berbunyi 10 menit yang lalu.

Shanaya duduk di bangku taman seorang diri. Namun, tiba-tiba Jake tiba dan ikut duduk di samping Shanaya.

Jujur saja Shanaya sedikit terkejut dengan kehadiran Jake. Ia mengira Jake sudah tak mengikutinya. Apalagi bel masuk sudah berbunyi, Jake itu paling anti yang namanya membolos.

Maklum anak teladan banget dia tuh.

"Maaf," ujar Jake.

"Lo sama aja kaya kakak gue, Jake."

Jake tercekat mendengar perkataan Shanaya. Berteman sejak kecil membuat Jake sedikit banyak tau tentang kehidupan Shanaya. Terkadang Shanaya juga bercerita kepada dirinya.

"Gue gak maksud gitu, Ay. Kadang-kadang kita harus mengalah untuk menghindari keributan." Jelas Jake.

"..."

"Shan, maafin gue dong. Jangan diem aja. Gue cuma gak mau Lo dalam masalah kalau nerusin debat tadi. Lo gak liat cewek-cewek yang ngikutin cowok tadi? Gue takut Lo malah jadi sasaran bully mereka."

"Gue bisa jaga diri." Ketus Shanaya.

"Iya deh gue salah."

"Emang salah!"

"Iya iya, maaf. Pulang ini gue traktir es krim lagi deh." Mendengar kata es krim membuat Shanaya teringat dengan janji Asahi. Suasana hatinya pun jadi sedikit membaik karena memikirkan itu.

"Gak perlu, pulang ini udah janji dibeliin sama ayang." Ucap Shanaya masih dengan nada datarnya. Ia sengaja seperti itu karena ingin mengerjai Jake. Padahal dia sudah tak marah lagi dengannya.

Setelah dipikir-pikir oleh Shanaya, apa yang di bilang Jake itu ada benarnya juga.

"Sejak kapan Lo punya ayang?! Shan, Lo gak mikirin perasaan gue? Oh, hati kakanda terasa robek wahai adinda." Ucap Jake dengan nada yang dibuat-buat sedih. Jangan lupakan gayanya yang juga berlebihan. Tangannya ia letakkan di dada kirinya seakan jantungnya benar-benar robek.

Sunshine In My Heart | Treasure Where stories live. Discover now