58 -NO REGRET-

1.8K 170 12
                                    

Hey!!!
How you been??

Soo sorry, setelah sekian purnama akhirnya aku kembali update 😣
Terimakasih untuk teman-teman yang sudah menunggu, dan memberikan feedback yang baik. I highly appreciate it🖤
Setia yah sampai cerita ini End.. Tinggal beberapa chapter lagi kok..

Btw, semoga kalian suka chap. ini..

Happy Reading!!

🌼🌼🌼

Lagi-lagi, Bara pergi.

Bara pergi bersama kebahagiaan tanpa kekhawatiran akan hubungannya dan sang kekasih yang sudah direstui oleh orang tua Skyra.

Tetapi Bara juga pergi membawa harapan agar saat dirinya kembali, Ia masih berada dalam kewarasan otak yang sama sehingga tidak lagi mengecewakan sang kekasih untuk kesekian kalinya.

Destinasi awal perjalanan Bara kini adalah Kota Sevilla, salah satu kota terbesar yang ada di Spanyol. Kota tempat kedua orang tua asuhnya lahir.

Setelah melewati perjalanan hampir 10 jam, Bara tiba di kota padat penduduk itu. Hari yang masih terik tak menghalangi Bara melanjutkan perjalanannya ke alamat yang didapatnya. Dengan tubuh yang dibalut jas hitam senada dengan celana bahannya, Bara menempuh perjalanan selama 30 menit ke area makam San Jose di utara Kota Sevilla.

Detak jantung yang terbiasa tenang mendadak bergemuruh saat Bara menapaki tanah area makam dengan luas hampir 30 hektar itu.

Bara mendapatkan informasi dari banyaknya makam itu, tempat makam kedua orang tua asuhnya berada tepat di bawah pohon cemara berwarna hijau terang. Sontak, manik birunya menyapu area tersebut dengan intens, dan dari tempatnya berdiri, kurang dari 100 meter terdapat satu-satunya pohon cemara berwarna hijau terang, tanpa menunggu lama, Bara membawa langkah kakinya mendekat.

Gugup, itulah yang dirasakan Bara sekarang. Ini pertama kali baginya menemui mereka setelah penyiksaan yang dilakukan sang ayah belasan tahun silam. Bara tak pernah punya nyali, bahkan saat mendapatkan berita sang ayah asuh meninggal, Ia masih ciut sampai-sampai tak sempat melihat tubuh kaku pria tua itu. Penyesalan yang selalu mengusiknya hingga tulang.

Dan sekarang, dengan keberanian yang telah dipupuk tinggi, Ia melangkah dengan genggaman erat pada sebuket bunga hortensia biru. Bunga yang melambangkan permintaan maaf dan penyesalan, karena dilubuk hatinya yang terdalam Bara masih sering menyalahkan dirinya sendiri atas kepergian dua sosok hebat yang membentuknya menjadi Bara yang dipuja-puja jutaan orang.

"Selamat pagi--" Bara susah payah menekan rasa gugup kala sapaan itu mengalir begitu saja saat maniknya membaca dengan jelas nama ayah dan ibu asuhnya yang tertera dalam satu makam. Suaranya mendadak tercekat di tenggorokan sebelum melanjutkan kalimatnya. "Ayah, Ibu."

Bara kemudian meletakkan bunga itu dengan pelan dan penuh hati-hati.

"Kau begitu mencintai Ibu." Bara ingat sekali, semasa hidup, Ayah asuhnya selalu gencar berujar tidak ingin berpisah dengan wanita kesayangannya, dan lihat sekarang, keinginan itu terwujud, bahkan keduanya berada dalam satu liang lahat.

"Kalian mungkin akan marah melihatku ada di sini," Bara tersenyum pedih. "terlebih kau Ayah." Di balik kacamata hitam yang masih menutupi matanya, manik Biru Bara terlihat begitu sendu.

LATIBULEWhere stories live. Discover now