Epilog

137 15 0
                                    

Seorang wanita bertubuh mungil menyilangkan kedua tangan di depan dada, memeluk diri sambil menatap hujan yang turun dari teras rumah tempatnya berdiri sekarang. Dia mengalihkan pandangan saat mendengar suara anak laki-laki berteriak dan gonggongan anak anjing di pekarangan luas di depannya. Senyum cantik pun terbit, bersamaan dengan subjek yang dipandang tertawa geli karena berhasil ditangkap oleh seorang pria tinggi berkaus putih dengan celana pendek selutut.

"Akkkh! Tolongin Juan, Buna! Juan ditangkap monster besar!" Bocah berusia lima tahun di sana menjerit histeris, tetapi tertawa lagi ketika orang yang menggendong mendaratkan ciuman ke pipi gembilnya.

"Ay! Ayo, ke sini juga!" Kali ini suara pria berkaus putih mendominasi. Dia menurunkan tubuh Juan, membiarkan anak laki-laki itu berlari mendekati sang ibu yang masih berdiri di teras rumah.

"Buna, ayo, ikutan mandi hujan sama Juan dan Ayah." Juan menarik baju terusan berbahan katun milik sang ibu. Dia berusaha keras sampai akhirnya kaki wanita itu bergerak untuk ikut turun bermain.

Kala sudah menyentuh rumput dengan kaki telanjang, wanita berparas anggun itu melihat Juan yang telah pergi bermain bola lempar-tangkap bersama anak anjing berbulu cokelat keemasan di sana.

"Amaya."

Panggilan itu membuat sang pemilik nama menoleh ke depan, menatap sosok tampan berahang tegas yang tengah melihatnya dengan tersenyum manis.

"Tiba-tiba panggil Amaya? Biasanya Ay."

"Aku merasa udah lama enggak panggil kamu kayak gitu."

Amaya tertawa kecil, meraih kedua tangan besar milik si lawan bicara, kemudian membawa untuk memegang sisi pinggang yang sudah agak berisi miliknya. Dia meletakkan lengan ke atas bahu tegap sang suami, lalu kala mata bertemu dengan netra indah si pemilik rahang tegas, Amaya perlahan menarik tengkuk orang yang dipandang.

"Terima kasih, Shankara," bisiknya cukup lembut, tetapi bisa terdengar jelas karena bibir mungil itu berada tepat di sebelah telinga sang pemilik nama sekarang.

Perlahan, Shankara mengubah pegangan di pinggang Amaya menjadi pelukan, membuat jarak di antara mereka semakin terkikis, beriringan dengan terlepasnya lengan sang istri dari bahu tegap di sana. Dia mendekatkan wajah ke sisi kiri sosok tercinta, lalu mendaratkan bibir ke leher lembut di depannya untuk beberapa detik.

Pada menit selanjutnya, Shankara menarik lagi kepala, meletakkan dagu ke atas kepala Amaya usai memberikan satu kecupan ke dahi wanita itu. Si pemilik ducklips tersenyum sambil memindahkan posisi pelukan ke punggung sang istri. Kembali menarik sudut bibir lebih tinggi saat merasakan balasan di pinggangnya.

"Ayah! Buna! Juan mau ikut!"

Teriakan itu membuat dua insan yang seperti di mabuk asmara tersebut segera melepaskan pelukan. Mereka saling pandang, lantas tertawa geli sambil berjongkok untuk memberikan akses bagi si pendatang yang berlari kencang sambil membawa bola karet merah di tangan kanannya.

Amaya dan Shankara adalah bentuk dari dua luka yang saling mencari obat, lantas berhasil sembuh berkat diri sendiri. Kebahagiaan yang cukup banyak menyelimuti kedua sosok yang penuh luka di masa lalu itu. Mungkin, jika salah satu di antara mereka menyerah dulu, tidak akan berakhir begitu indah seperti terlihat sekarang.

-TAMAT-

Akhirnya cerita ini tamat! 😭
Hiks aku sedih banget karena merasa membesarkan anak 😔
Semoga kalian bisa tersentuh dengan semua hal yang udah tersajikan di cerita ini yaaa teman-teman 🤗

Coba tuliskan kesan dan pesan di chapter terakhir ini yaaa, supaya author bisa lebih berkembang untuk karya karya setelah ini hehe 🤭

Terima kasih banyak kepada para Kuaci yang meluangkan waktu supaya membaca cerita ini 🤗 aku harap kalian tidak kecewa, dan tidak merasa kesal kepadaku 😊

Semoga hari-hari baik selalu menyertai kalian yaaa, terima kasih banyak, maaf atas segala kekurangan yang ada di cerita ini 😗 semoga kalian mau menantikan karya-karya lainnya dariku di masa yang akan datang 🤗

Calangeo gaes 🥰 bye bye 👋

Kenangan Bersama Hujan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang